Senin, 13 Mei 2019

TABUNGAN HADIS DALAM PENGEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL


NURYATI

PAUD PPs Universitas Negeri Jakarta
Jl. Rawamangun Muka Jakarta. Jakarta Timur. Email: nuryatimamah98@yahoo.com

Abstract: This study aims to: (1) Knowing and describing the Hadith savings program in the development of spiritual intelligence in children aged 5-6 years. The research subjects are children in group B numbering 16 people. This study is a qualitative research with phenomenological type of research study. Analysis of the data used is the model Mills and Huberman. Data were obtained from observation, interviews, documentation, and field notes. The findings of this study indicate that: (1) In the process of the development of spiritual intelligence using materials as teaching materials, methods in learning and using the evaluation as an assessment of the development of spiritual intelligence, (2) Material savings tradition in the development of spiritual intelligence that is taught is the tradition of intent Hadith greetings, Hadith affection, keeping oral traditions, traditions cleanliness and beauty traditions. While the methods used are drill method, exemplary, habituation, lectures, storytelling, play, and assignments. Kemudan evaluation used is observation, anecdotal records, conduct tests and oral tests, (3) the role of the teacher as motivator, one who is able to create an environment of love, as modeling, facilitator and evaluator for children. (4) enabling and inhibiting factors are qualifying a good teacher, school programs nuanced Islamic (saving tradition), an environment that supports the implementation of savings tradition in the development of spiritual intelligence, and form teachers who can diguguh and emulated while inhibiting factors found in some older people less supportive programs, characters of different children and parenting parents varied.

Keywords: Savings Hadit
in the development of spiritual intelligence


Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui dan mendeskripsikan program tabungan Hadis dalam pengembangan kecerdasan spiritual pada anak usia 5-6 tahun. Subjek Penelitian merupakan anak kelompok B yang berjumlah 16 orang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studi fenomenologi. Analisis data yang digunakan yaitu model Mills dan Huberman. Data penelitian diperoleh dari observasi, wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan. Hasil temuan penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Dalam proses pengembangan kecerdasan spiritual  menggunakan materi sebagai bahan ajar, menggunakan metode dalam pembelajaran dan menggunakan evaluasi sebagai penilaian dalam pengembangan kecerdasan spiritual, (2) Materi tabungan hadis dalam pengembangan kecerdasan spiritual yang diajarkan adalah hadis niat, hadis mengucapkan salam, hadis kasih sayang, hadis menjaga lisan, hadis kebersihan dan hadis keindahan. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode drill, keteladanan, pembiasaan, ceramah, bercerita, bermain, dan penugasan. Kemudan evaluasi yang digunakan adalah observasi, catatan anekdot, tes perbuatan dan tes lisan, (3) peranan guru sebagai motivator, orang yang mampu menciptakan lingkungan kasih sayang, sebagai modeling, fasilitator dan evaluator bagi anak. (4) faktor pendukung dan penghambat adalah kualifikasi guru yang baik, program sekolah yang bernuansa islami (tabungan  hadis), lingkungan yang menunjang penerapan tabungan hadis dalam pengembangan kecerdasan spiritual, dan wujud guru yang dapat diguguh dan ditiru sedangkan faktor penghambatnya terdapat pada beberapa orang tua yang kurang mendukung program-program, karakter anak yang berbeda-beda dan pola asuh orang tua yang bervariasi.
Kata Kunci :  Tabungan Hadis Dalam Pengembangan Kecerdasan Spiritual.
PENDAHULUAN
            Saat ini krisis moral yang menimpa Indonesia berawal dari lemahnya penanaman nilai agama terhadap anak usia dini. Pada zaman sekarang banyak anak-anak yang menggunakan narkoba, bolos sekolah, tawuran, dan berandal bermotor bahkan banyak anak yang pada zaman sekarang ini melawan orang tua, dan menganiaya orang tuanya. Untuk membentuk akhlak seseorang itu terkait erat dengan kecerdasan emosi, sementara itu kecerdasan tidak berarti tanpa di topangi oleh kecerdasan spiritual.
              Anak perlu diajarkan pendidikan yang berlandaskan pada agama, yakni agama yang menjadi pedoman dan petunjuk mengenai apa yang harus dilaksanakan di dalam menciptakan sikap dan perilaku yang baik sesuai ajaran agama islam serta membimbing anak mempunyai akhlak mulia. Karena anak merupakan penerus generasi bangsa dan menjadi tumpuan serta harapan orang tua di masa depan. Oleh karena itu orang tua tidak seharusnya mengutamakan kecerdasan intelektual saja, tetapi kecerdasan spiritual juga sangat penting ditanamkan pada anak sejak dini, agar anak dapat menjadi penerus bangsa yang memiliki moral yang tinggi. Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan  nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur undang-undang.  
Paparan di atas diperkuat oleh Imam Ghazali yang dikutip oleh (M. Husain.2007:9) berkata dalam kitab Ihya Ulumuddin, ”Ketahuilah bahwasanya mendidik anak merupakan perkara penting dan fundamental. Anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya. Hati seorang anak siap menerima segala bentuk ukiran yang diukirkan padanya.”  Seorang anak dapat dijadikan apa saja sesuai keinginan orang tuanya. Sesungguhnya yang paling penting adalah bukan hanya cerdas intelektual namun juga cerdas emosi dan spiritual.
            Terkait dengan pendidikan yang diberikan sejak usia dini salah satu bagian penting yang mendapatkan kecerdasan spiritual anak adalah guru harus mengajarkan pendidikan moral dan akhlak yang berlandaskan pada pendidikan agama. Potensi spiritual manusia merupakan kekuatan pengendali serangkaian tindakan intingtif manusia dalam memenuhi kebutuhan fisik dan psikisnya. Kekuatan spiritual memerlukan penajaman sehingga secara naluri manusia bertindak cerdas dalam menggapai hidup bahagia dan bermakna.
           
Anak Usia Dini
            Menurut (Yenina Akmal.2012:5) mengatakan anak adalah bukan orang dewasa kecil (small adult) dalam perkembangan usia anak melalui beberapa tahapan perkembangan usia mulai dari bayi (baby), masa kanak-kanak awal (early childhood), masa kanak-kanak pertengahan (middle childhood). Disamping itu juga proses lain akan dilalui anak adalah proses biologis (biological processes) meliputi perubahan pada pemikiran intelegensi dan bahasa individu. (Dindin Jamaludin.2013:37) menyatakan anak merupakan amanah Allah SWT, yang harus dijaga dan dibina. Hatinya yang suci merupakan permata yang sangat berharga. Ia membutuhkan pemeliharaan, penjagaan, kasih sayang, dan perhatian. Oleh karena itu orang tua memegang faktor kunci yang bisa menjadikan tumbuh dengan jiwa islami.
            Menurut (Siti Aisyah.2009:1.4-1.9) mengatakan bahwa anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis, sosial, moral dan sebagainya masa kanak-kanak juga masa yang paling penting untuk sepanjang usia kehidupannya. Hal tersebut dipertegas dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) menyiratkan bahwa anak usia dini ialah anak yang berada pada rentang masa usia lahir sampai usia 6 tahun. Sedangkan (Diana.2010:6-7) menjelaskan bahwa anak usia dini merupakan kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, daya cipta), sosioemosional, bahasa, dan komunikasi.
            Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun, dimana pada usia tersebut anak mengalami masa peka dan sangat fundamental. oleh karena itu kita selaku orang tua atau pendidik harus memberikan rangsangan pendidikan sebaik mungkin agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

Tabungan Hadis
            Tabungan adalah satu hal yang dirasakan sangat perlu pada saat seperti ini, terutama bagi kita yang memiliki penghasilan tetap maupun penghasilan tidak tetap. Dengan tujuan menyisihkan sebagian hasil pendapatan untuk dikumpulkan sebagai cadangan hari depan, dan sebagai alat untuk melakukan transaksi bisnis, usaha individu atau kelompok. Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,  Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.[1] Sedangkan menurut N. Lapoliwa dan Daniel S. Kuswandi, tabungan adalah simpanan masyarakat yang penarikannya dapat dilakukan oleh orang yang menabung sewaktu-waktu sesuai keinginannya.
            Menurut Abu Al-Baqa sebagaimana dikutip oleh Al-Qasimi, kata hadits dalam bahasa Arab “hadits” merupakan bentuk isim (noun) dan “tahdits” dan bentuk tunggal (singular) dari kata “ahadits”. Diungkap oleh Ajjaj Al-Khatib dan Muh. Zuhri artinya secara etimologi adalah jadid (baru), qarib (dekat), dan khabar (kabar, berita, perkataan, keterangan). Selanjutnya Ulama hadits dalam (Badri Khaeruman.2010:60) mendefinisikan hadis adalah segala sesuatu yang diberitakan dari Nabi SAW, baik berupa sabda, perbuatan, taqrir, sifat-sifat maupun hal ihwal Nabi. Segala pemberitaan tentang Nabi SAW, seperti yang berkaitan dengan himmah, karakteristik, sejarah kelahiran, dan kebiasaan-kebiasaannya.
            Hadis ialah setiap kata-kata yang diucapkan dan dinukil serta disampaikan oleh manusia, baik kata-kata itu diperoleh melalui pendengarannya maupun wahyu; baik dalam keadaan jaga maupun dalam keadaan tidur. Hal ini tercantum jelas dalam Al-Quran (Q.S. An-Nisa ayat 87). Oleh karenanya, Nabi Muhammad mewariskan dua perkara yaitu Al-Quran dan sunnah-Nya.
            Tabungan hadis adalah simpanan yang berupa hafalan hadis yang sisetorkan setiap minggunya dilakukan oleh anak dalam mengembangkan kecerdasan spiritul. Dalam hal ini guru dan orangtua mempunyai peranan penting dalam pengembangan kecerdasan spiritual pada anak-anak mereka sedini mungkin. Pendapat di atas ditegaskan oleh Imam Ghazali yang menyatakan bahwa akhlak yang baik akan tertanam kuat di dalam jiwa seseorang selama jiwa itu  dibiasakan untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik atau terpuji dan selama jiwa itu tidak meninggalkan seluruh perbuatan buruk. Menurut (Badri Khaeruman.2010:11) mengatakan bahwa akhlak yang terpuji juga tidak akan tertanam kuat di dalam jiwa seseorang jika jiwa tersebut tidak dibiasakan untuk memiliki kerinduan melakukan perbuatan-perbuatan terpuji dan menikmatinya, serta membenci perbuatan-perbuatan tercela dan merasa bersalah karenanya. Jadi hal tersebut di atas dapat diartikan bahwa tabungan yang dimaksudkan adalah tabungan berupa hafalan hadis yang diberikan kepada semua anak.
            Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tabungan hadis merupakan suatu program yang menjadi strategi guru dalam menanamkan dan mengembangkan kecerdasan spiritual yang berupa setoran hafalan hadis. Melalui program ini terlihat dampak yang positif terhadap perilaku anak, seperti halnya dalam menyikapi suatu persoalan hidup yang dihadapinya.

Kecerdasan Spiritual
            Menurut Jalaluddin Rahmat menjelaskan kecerdasan spiritual merupakan potensi inheren yang perlu dikembangkan melalui bangku pendidikan atau sekolah. Potensi yang dahsyat itu harus dilatih secara sistematis dengan melibatkan kurikulum, guru, dan lingkungan yang sehat. menurut (Ari Ginanjar Agustian.2005:73) yang tercantum dalam Al-Quran:
“sebelum bumi dan manusia diciptakan, ruh manusia telah mengadakan perjanjian dengan Allah. Allah bertanya kepada jiwa manusia: “bukankah aku Tuhnmu?” lalu ruh manusia menjawab “Ya, kami bersaksi” (surat Al-Araf ayat 172). Bukti adanya perjanjian ini menurut Muhamad Abduh ialah adanya fitrah iman dalam jiwa manusia, dan menurut Prof. Dr N Dryarkara SJ, hal tersebut dipertegas dengan adanya suara hati manusia, suara hati Tuhan yang terekam dalam jiwa manusia. Oleh karena itu, bila manusia hendak berbuat keburukan, pasti akan dilarang oleh suara hati nuraninya sendiri, karena Tuhan tak menghendaki manusia berbuat kemungkaran. Jikalau manusia tetap mengerjakan perbuatan yang tidak baik, maka suara hatinya akan bernasihat.

            Menurut Dewantoro dalam (Muhammad Yaumi, Nurdin Ibrahim.2013:22) menyatakan bahwa kecerdasan spiritual berarti kemampuan seseorang untuk dapat mengenal dan memahami diri sepenuhnya sebagai makhluk spiritual maupun sebagai bagian dan alam semesta. Sedangkan Zohar dan Marshall dalam (Muhammad Yaumi, Nurdin Ibrahim.2013:22) mengatakan bahwa kecerdasan spiritual diyakini sebagai kecerdasan yang paling esensial dalam kehidupan manusia dibandingkkan dengan berbagai jenis kecerdasan lain seperti kecerdasan intelelektual. Kecerdasan spiritual dapat dijadikan landasan yang diperlukan untuk memfungsikan kecerdasan intelektual dan emosional. Ibnu Sina dalam (Eneng Muslihah.2011:95-96) menyatakan bahwa pendidikan anak harus dimulai dengan membiasakan mengerjakan hal-hal yang terpuji semenjak kecil sebelum ia dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan yang jelek. Selanjutnya (Ismail Kusmayadi.2011:65) menyatakan lima karakteristik orang yang cerdas secara spiritual yakni: (1) kemampuan untuk mentransendensikan yang fisik dan material, (2) kemampuan untuk mengalami tingkat kesadaran yang memuncak, (3) kemampuan untuk mensakralkan pengalaman sehari-hari, (4) kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber spiritual untuk menyelesaikan masalah,(5) kemampuan untuk berbuat budi.
            Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual merupakan kemampuan mengenal dan mencintai Tuhan yang dapat dirangsang melalui penanaman nilai-nilai agama dan moral, serta kecerdasan ini dapat digunakan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan orang lain. Adapun aspek yang harus dimiliki orang atau anak yang cerdas secara spiritual adalah mempunyai kemampuan untuk menstransedensikan yang fisik dan material, menggunakan sumber-sumber spiritual untuk menyelesaikan masalah dan mampu untuk berbuat budi pada sesama.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi fenomenologi, yaitu Penelitian ini mengacu pada paradigma alamiah yang bersumber pada pandangan fenomenologi. Putra dan Lestari (2012:193) mengungkapkan fenomenologi adalah penelitian kualitatif yang mencoba mengungkapkan makna yang dihayati subjek yang diteliti. Dengan demikian penelitian ini mengacu pada gejala-gejala yang menempatkan diri dimana peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya dalam situasi tertentu yang berhubungan dengan kondisi atau keadaan sebuah lingkungan belajar yang dapat memberikan makna mengenai tabungan hadis dalam pengembangan kecerdasan spiritual di TK Kasih Ananda Serang Banten.
Cara yang digunakan dalam mendapatkan data penerapan tabungan hadis di TK Kasih Ananda Serang, teknik pengumpulkan data yaitu dengan observasi, wawancara serta dokumentasi di TK Kasih Ananda Serang Banten. Subjek penelitiannya adalah anak Kelompok B. Lokasi sosial dalam penelitian ini adalah guru-guru dan anak-anak di TK Kasih Ananda Serang Banten. Prosedur penelitian ini secara garis besar dilakukan melalui empat tahapan kegiatan, yaitu tahap pra-lapangan, pelaksanaan, analisis data, dan diakhiri dengan penulisan laporan, seperti yang diungkapkan Moleong (2010:127) bahwa penelitian kualitatif terdiri dari tahap pra-penelitian dan tahap pekerjaan lapangan. Teknik analisa data pada penelitian ini menggunakan analisis data model Miles and Huberman, yaitu reduksi data, display data, verifikasi data.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dari pengamatan yang telah dilakukan maka didapat hasil dan temuan penelitian sebagai berikut  di TK Kasih Ananda Serang Banten adalah salah satu sekolah yang dalam pembelajarannya menanamkan nilai-nilai agama dan moral melalui tabungan hadis dalam pengembangan kecerdasan spiritual. Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah TK Kasih Andanda menanamkan tabungan hadis kepada anak secara implisit artinya tabungan hadis  tersebut dimasukkan kedalam pembelajaran. Kecerdasan yang paling ditekankan di TK Kasih Ananda adalah kecerdasan spiritual. Hal ini dikarenakan TK Kash Ananda memiliki tujuan yakni mengenalkan tentang Allah sedini mungkin kepada anak. hal ini sesuai dengan visi misi sekolah yakni menciptakan manusia yang bertaqwa, berakhlakul karimah, rajin beribadah, cinta Al-Quran, cerdas, tampil dan berkepribadian muslim serta mampu menyiapkan diri dalam kehidupan selanjutnya.
Program  tabungan hadis dalam pengembangan kecerdasan spiritual pada anak usia 5-6 Tahun
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, dalam mengembangkan kecerdasan spiritual ini tidak semerta-merta anak dapat melakukan sendiri, hal ini membutuhkan proses peniruan dan modeling serta metode yang tepat. Oleh karena itu lembaga pendidikan  TK Kasih Ananda menggunakan tabungan hadis sebagai metode dalam mengembangkan kecerdasan spiritual.
Program-program di TK Kasih Ananda lebih menekankan kepada proses belajar secara aktif, pembiasaan beribadah, sopan santun yakni mengucapkan salam, disiplin, kemandirian, jujur, bekerja sama dan tanggung jawab, mengajak anak untuk bersama-sama membaca kitab suci Al-Quran dengan membaca iqro dan surah-surah pendek, menceritakan kisah para  nabi dan rasul, atau tokoh-tokoh spiritual lainnya, melibatkan anak dalam kegiatan-kegiatan ibadah seperti sholat, berpuasa dan yang lainnya, serta melantunkan lagu-lagu dengan syair yng menginspirasi anak untuk lebih dekat dengan tuhan. Selain itu mengikutsertakan anak dalam kegiatan-kegiatan sosial, seperti menyumbang orang yang terkena bencana alam atau menengok teman yang sakit. Serta mengajak anak untuk menikmati keindahan alam, kemudian mengaitkan dengan keagungan Tuhan yang telah menciptakan alam semesta. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk atau cara yang dilakukan dalam mengembangkan keerdasan spiritual pada anak. Pendekatan pada pembelajaran ini berdasarkan pada pengalaman anak secaa langsung, teladan dari guru-guru dan praktik langsung, dan pengulangan yang dilakukan secara konsisten.
 Adapun program tabungan hadis yang diterapkan di TK Kasih Ananda diantaranya adalah Hadis  mengucapkan salam, Hadis kasih sayang,  Hadis menjaga lisan, Hadis kebersihan, Hadis larangan marah, Hadis adab makan, Hadis tidak mencela, Hadis bersabar, Hadis niat, Hadis belajar al-Quran, Hadis keindahan  dan Hadis suka menolong.
Kurikulum yang digunakan dalam mengembangan kecerdasan spiritual
            Berdasarkan hasil wawancara, kurikulum yang digunakan adalah kurikulum yang berkaitan dengan nilai-nilai agama dan moral seperti yang terlihat pada permendiknas No. 58 tahun 2009. Tujuan lembaga pendidikan tidak hanya menjadi kecerdasan otak dan emosi para peserta didik akan tetapi tugas lain yang juga lebih penting adalah kecerdasan spiritual anak berarti melatih anak memiliki kemampuan meraih kebahagiaan.
Materi program tabungan hadis yang diterapkan di TK Kasih Ananda
Berdasarkan hasil temuan, materi dalam mengembangkan kecerdasan spiritual pada anak, guru hendaknya mengenal dan memahami anak seutuhya sesuai dengan tahapan dan karakteristik perkembangan anak. Begitu pula dengan jenis-jenis hadis yang ditanamkan kepada anak harus sesuai dengan perkembangan anak. Kemudian hadis menjaga lisan, Kunci masuk syurga adalah dengan menjaga lisan. Karena satu kata yang meluncur darinya, bisa membawa ke surga atau neraka. Proses pembelajaran dalam memberikan pemahaman hadis ini yaitu dengan menggunakan metode bercerita secara klasikal. Anak-anak duduk melingkar didalam atau di luar kelas, kemudian ibu guru mulai membacakan hadis yang di ikuti oleh anak-anak. Kemudian ibu guru bercerita tentang kunci masuk syurga adalah dengan menjaga lisan atau ucapan. 
Proses Belajar di TK Kasih Ananda
Berdasarkan hasil temuan dalam pelaksanaan proses pembelajaran tabungan hadis guru menggunakan  berbagai materi yang terkait dengan kecerdasan spiritual yang terintegrasi dalam pembelajaran, kemudian menggunakan berbagai metode, strategi serta media dalam pentransferan ilmu yang dilakukan guru kepada anak, setelah itu guru melakukan evaluasi untuk melihat dan meninjau setiap perkembangan anak baik dari aspek perkembangan maupun dari segi nilai-nilai agama dalam mengembangkan kecerdasan spiritual pada anak. Dalam menanamkan nilai-nilai agama pada anak maka guru hendaknya mengenal dan memahami anak seutuhnya sesuai dengan tahapan dan karakteristik perkembangan anak, dalam hal karakter anak usia 5-6 tahun, anak juga aktif dalam bergerak. Mereka pun tidak mudah menyerah, mulai menjalin persahabatan dengan teman sebaya. Dalam hal ini guru harus bisa menanamkan nilai-nilai agama yang di sampaikan melalui program tabungan hadis dalam mengembangkan kecerdasan spiritual pada anak sesuai dengan tahap perkembangan anak.
      Agar penanaman kecerdasan spiritual dalam kegiatan pembelajaran terlihat jelas maka peneliti memaparkan proses pembelajaran melalui materi yang diajarkan guru dalam hal ini terkait dengan jenis-jenis hadis yang sesuai dengan perkembangan anak. Kemudian metode yang diaplikasikan, dan evaluasi yang digunakan dalam kegiatan tabungan hadis dalam mengembangkan kecerdasan spiritual.
Evaluasi/Penilaian Peserta Didik di TK  Kasih Ananda
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara evaluasi pembelajaran yang dilakukan di TK Kasih Ananda adalah berupa pengamatan atau observasi, catatan anekdot dan portofolio dan tes perbuatan, serta tes lisan. Penilaian observasi terlihat dalam perkembangan anak seperti pengamatan yang dilkukan guru di TK Kasih Ananda melalui aktivitas kegiatan anak sehari-hari. Hal ini  terlihat dalam penilaian guru perhari, perminggu, persemester yang berupa raport. Portofolio merupakan  penilaian yang didasarkan pada kumpulan hasil kerja anak yang dapat menggambarkan sejauh mana keterampilan anak berkembang. Portofolio merupakan kumpulan fakta-fakta atu hasil kerja anak serta informasi mengenai apa yang telah dilakukan oleh anak. Evaluasi pembelajaran selanjutnya adalah tes perbuatan, tes perbuatan adalah tes yang dilakukan berdasarkan perbuatan. Dalam penilaian ini guru meminta anak untuk melakukan suatu perbuatan dan guru akan menilai apakah anak tersebut melakukannya dengan baik atau tidak. Tes perbuatan ini berkolaborasi dengan tes pengamatan atau obserbasi. Evaluasi terakhir adalah tes lisan. Tes lisan adalah tes yang dilakukan melalui beberapa pertanyaan yang dijawab anak melalui lisan. Tes ini dilakukan guru untuk mengetahui seberapa dalam anak mengetahui dan memahami tentang materi yang telah diajarkan.

Peran guru dalam mengembangkan kecerdasan spiritual
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, berhasil atau tidaknya  program tabungan hadis sangat bergantung kepada guru. Karena guru sebagai modeling ataupun sebagai suri tauladan bagi anak-anak, terkhusus anak usia 5-6 tahun yang tergolong dalam kategori peniru. Hal ini menekankan bahwa guru sangat berperan penting terhadap keberhasilan penanaman nilai-nlai agama pada anak. Untuk dapat di gugu dan ditiru maka guru harus memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, dimana guru harus membimbing anak kearah yang lebih baik, agar dapat membimbing anak, maka guru harus memahami karakteristik anak dan lain-lain. Selain itu guru harus memiliki kompetensi kepribadian dan sosial yang baik, dapat bersosialisasi baik dengan atasan dengan bawahan, antar guru dan interaksi dengan peserta didik dengan baik, serta kompetensi profesional. Bila ke empat kompetensi ini dimiliki guru secara otomatis pendidikan yang diajarkn guru pada anak akan berhasil khususnya dalam penanaman nilai-nilai agama dalam mengembangkan kecerdasan spiritual pada anak, dan melalui pembiasaan.
Hasil dari  pengembangan kecerdasan spiritual
     Adapun temuan hasil dari pengembangan kecerdasan spiritual melalui tabungan hadis sangat mempengaruhi sekali terhadap perilaku anak dan melekat dalam diri anak. Hal tersebut dapat terlihat ketika ada seorang anak yang tanpa sengaja berbicara kasar, kemudian temannya mengatakan bahwa “kita tidak boleh berbicara seperti itu, kata ibu guru juga tidak boleh, dan kata ibu guru juga disebelah kanan dan kiri kita kan ada malikat yang mencatat semua amal kita, baik dan buruknya”. Selain itu juga anak-anak terbiasa untuk mengucapkan asma-asma Allah ketika mereka lalai mereka mengucapkan kata “Astagfirullah”, ketika mereka bersyukur saat menerima sesuatu dengan mengatakan atau mengucapkan “Alhamdulillah.”

Peran orang tua dalam mengembangkan kecerdasan spiritual
              Berdasarkan hasil temuan upaya orang tua dalam membina kecerdasan spiritual anak dalam keluarga adalah melalui 4 jalan tugas, “melalui jalan pengasuhan, pengetahuan, perubahan pribadi, persaudaraan dan jalan kepemimpinan yang penuh pengabdian”. Membiasakan mengucapkan “Basmallah” sebelum memulai suatu perbuatan, dan mengucapkan “Alhamdulillah” sebagai ucapan syukur atas segala hasil dan kenikmatan yang diterima, “Masya Allah” sewaktu keheranan dan ta’jub terhadap sesuatu, “ Astagfirullah” sewaktu terjadi kekeliruan. Selain itu juga metode keteladanan, Latihan dan praktikum, dengan latihan ini anak-anak dapat  melakukan  amal keagamaan sesuai dengan yang telah ditetapkan agama.
Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam mengembangkan kecerdasan spiritual
Berdasarkan hasil temuan pelaksanaan tabungan hadis di TK Kasih Ananda ini telah berjalan dengan baik sesuai dengan perencanaan dan program yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan program tabungan hadis tersebut telah didukung oleh semua aspek, mulai dari kinerja guru, kepedulian orang tua, lingkungan serta sarana dan prasarana yang ada. Hal ini membuktikan adanya ungkapan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk melaksanakan pendidikan secara efektif dan efisien yang diantranya menggunakan pendekatan yang komprehensif, komunitas sekolah yang penuh perhatian, tumbuhkan kebersamaan, serta melibatkan orang tua sebagai mitra dalam upaya mengembangkan kecerdasan spiritual pada anak. Faktor-faktor tersebut sebagian besar telah dimiliki oleh TK Kasih Ananda disamping adanya rasa tanggung jawab dan komitmen dalam pelaksanaan program yang ada beserta sarana dan prasarana yang belum tersebut dalam teori yang ada peneliti sebagai motivasi yang cukup kuat baik bagi para peserta didik maupun seluruh guru yang ada.



Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian dilakukan dengan menghubungkan dilakukan dengan menghubungkan temuan-temuan penelitian dengan sumber-sumber referensi. Adapun program tabungan hadis yang diterapkan di TK Kasih Ananda diantaranya adalah Hadis  mengucapkan salam, Hadis kasih sayang,  Hadis menjaga lisan, Hadis kebersihan, Hadis larangan marah, Hadis adab makan, Hadis tidak mencela, Hadis bersabar, Hadis niat, Hadis belajar al-Quran, Hadis keindahan  dan Hadis suka menolong. kurikulum yang terkait dengan nilai agama dan moral tersebut yang diterapkan di TK Kasih Ananda adalah sesuai dengan yang tercantum dalam permen  No. 58 tahun 2009.  Hal  senada juga dikemukakan oleh Luluk Asmawati (2009:10-11) yang menyatakan bahwa pokok-pokok pendidikan anak yang dikemukakan adalah:
“(1)Menanamkan nilai-nilai ketuhanan dengan benar, (2) Mengajarkan bagaimana mentaati kedua orangtua, dalam batas-batas ketaatan kepada pencipta,(3) Mengajarkan pergaulan yang benar atas dasar keimanan hari berbangkit, sehingga pergaulan tersebut memiliki akar kebenaran dan bukan kepalsuan, (4) Menanamkan nilai-nilai kebaikan, (5) Menumbuhkan kepribadian yang memiliki hubungan yang kuat dengan Tuhan (mendirikan sholat), (6) Menumbuhkan dalam diri anak kepedulian sosial yang tinggi, (7) Membentuk kejiwaan anak yang kokoh (kesabaran), (8) Menumbuhkan sifat rendah hati serta menjauhkan sifat arogan, (9) Mengajarkan kesopanan dalam sikap dan ucapannya”.

Materi tabungan hadis yang diterapkan di TK Kasih Ananda diantaranya adalah beberapa hadis pendek seperti hadis niat, hadis mengucapkan salam. hadis kasih sayang, hadis menjaga lisan dan lain-lain. Dalam agama islam pun diwajibkan untuk mengucapkan salam dan menjawab salam seperti yang tertulis dalam surat  An-Nur ayat 27. Menurut (Eneng Muslihah.2011:93-95) mengatakan bahwa dalam mempengaruhi proses sosialisasi ada beberapa metode yang dapat digunakan oleh orang tua. Menurut (Badri Khaeruman.2010:85-87) mengatakan tingkat kesempurnaan dan ketinggian kecakapan seseorang mendengar hadis itu berpangkal pada kecakapannya memahami fikih dan mengamalkan ilmunya. Menurut (Mulyasa.2011:98) mengatakan bahwa penilaian proses dimaksud untuk menilai kualitas proses pendidikan dan pembentukan kompetensi peserta didik, termasuk bagaimana tujuan-tujuan belajar direalisasikan. Kualitas proses pendidikan dapat dilihat dari segi proses dan penilaian. Hal tersebut menjelaskan bahwa tujuan dai penilaian pendidikan  adalah tolak ukur guru dalam keberhasilan anak mengaplikasikan materi kedalam kehidupan sehari-hari anak. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan di TK Kasih Ananda berupa pengamatan atau observasi, catatan anekdot dan portofolio dan tes perbuatan, serta tes lisan. Penilaian observasi terlihat dalam perkembangan anak seperti pengamatan yang dilkukan guru di TK Kasih Ananda melalui aktivitas kegiatan anak sehari-hari. Hal ini  terlihat dalam penilaian guru perhari, perminggu, persemester yang berupa raport.
Berhasil atau tidaknya  program tabungan hadis sangat bergantung kepada guru. Karena guru sebagai modeling ataupun sebagai suri tauladan bagi anak-anak, terkhusus anak usia 5-6 tahun yang tergolong dalam kategori peniru. Hal ini menekankan bahwa guru sangat berperan penting terhadap keberhasilan penanaman nilai-nlai agama pada anak. Kemudian Ibnu Sina dalam (Eneng Muslihah. 2011:95-96) mengatakan bahwa pendidikan anak harus dimulai dengan membiasakan mengerjakan hal-hal yang terpuji semenjak kecil sebelum ia dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan yang jelek. Tabungan hadis sangat berpengaruh sekali terhadap perkembangan anak, baik perkembangan sosialnya, perkembangan agama dan moralnya, perkembangan kognitif dan aspek perkembangan lainnya. Begitu pula menurut Gestalt dalam (Martini Jamaris.2010:193) yang memandang bahwa keseluruhan lebih berarti daripada bagian-bagian. Hal tersebut dipertegas oleh (Eneng Muslihah.2011:96) bahwa keluarga mempunyai peranan penting dalam proses pendidikan anak. Oleh karena itu, orangtua berperan dan bertanggung jawab atas kehidupan keluarga harus memberikan dasar dan pengarahan yang benar terhadap anak, yakni dengan menanamkan ajaran agama dan akhlak karimah. Menurut (Eneng Muslihah.2011:95) kembali menegaskan bahwa dalam mempengaruhi proses sosialisasi ada beberapa metode yang dapat digunakan oleh orang tua, sewaktu terjadi kekeliruan. Selain itu juga metode keteladanan, Latihan dan praktikum, dengan latihan ini anak-anak dapat  melakukan  amal keagamaan sesuai dengan yang telah ditetapkan agama. Hal senada juga dikatakan oleh (Tholhah Hasan.2009:73-74) yang mengatakan bahwa anak itu merupakan amanat bagi kedua orangtuanya, dan hatinya yang bersih merupakan permata mahal, yang masih polos dan belum tersentuh goresan dan lukisan apapun, masih dapat menerima pahatan apa saja, dan siap mengikuti pengaruh apapun yang disuguhkan kepadanya. Imam Ghazali yang dikutip oleh (M.Husain. 2007:9) berkata dalam kitab Ihya Ulumuddin, ”Ketahuilah bahwasanya mendidik anak merupakan perkara penting dan fundamental. Hal ini membuktikan adanya ungkapan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk melaksanakan pendidikan secara efektif dan efisien yang diantranya menggunakan pendekatan yang komprehensif, komunitas sekolah yang penuh perhatian, tumbuhkan kebersamaan, serta melibatkan orang tua sebagai mitra dalam upaya mengembangkan kecerdasan spiritual pada anak.

Peranan Tabungan Hadis di Pandang dalam Berbagai Disiplin Ilmu

Oval: Pedagogiek
Oval: Perspektif 
Agama 
                        
 


                                                                                                                       
 


                                                                                                            

            Peranan tabungan hadis dalam pengembangan kecerdasan spiritual pada anak usia dini dalam perspektif Agama Islam menurut Imam Ghazali yang menyatakan bahwa akhlak yang baik akan tertanam kuat di dalam jiwa seseorang selama jiwa itu dibiasakan untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik atau terpuji dan selama jiwa itu tidak meninggalkan seluruh perbuatan buruk. Akhlak yang terpuji juga tidak akan tertanam kuat di dalam jiwa seseorang jika jiwa tersebut tidak dibiasakan untuk memiliki kerinduan melakukan perbuatan-perbuatan terpuji dan menikmatinya, serta membenci perbuatan-perbuatan tercela dan merasa bersalah karenanya. Kecerdasan spiritual  dalam Islam lebih menekankan pada prinsip-prinsip ajaran yang abadi, aturan dan hukum dalam memperkuat moralitas. Pembinaan akhlak dimulai dari manusia sejak lahir hingga dewasa. Jika sejak dini seseorang ditanamkan nilai-nilai akhlak yang baik, maka orang tersebut akan tumbuh menjadi manusia yang baik dan mematuhi perintah serta menjauhkan diri dari larangan Allah SWT, sehingga anak mengaplikasikan akhlak tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Penanaman nilai-nilai agama terkait dengan tabungan hadis bila dipandang dari bidang pedagogik, maka dapat meningkatkan hasil belajar anak, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Berkowitz&Bier.2003:32) yang menyatakan bahwa penerapan tabungan hadis terkhusus kecerdasan spiritual  mempengaruhi peningkatan motivasi anak dalam meraih prestasi. Hal tersebut disebabkan karena salah satu tujuan pengembangan kecerdasan spiritual adalah untuk pengembangan kepribadian yang berintegritas terhadap nilai atau aturan yang ada. Ketika anak mempunyai integritas maka ia akan memiliki keyakinan terhadap potensi diri (self efficacy) untuk menghadapi hambatan dalam belajar.
Tabungan hadis dalam perpektif ilmu sosial pada anak usia dini menurut (M.Miftah.2013:26) adalah untuk mengondisikan anak, berlatih dan membiasakan diri konsisten dalam berperilaku sesuai dengan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang dipahami. Hal ini bertujuan agar anak terampil, interpretatif, dan mampu mengkomunikasikan gagasan yang dimilikinya dengan baik. Selain itu anak juga dibiasakan untuk bersosialisasi dengan teman sebaya ataupun orang disekitar anak. Tabungan hadis dalam pengembangan kecerdasan spiritual dalam pembelajaran ilmu sosial tersebut sebaiknya diterapkan sejak anak dini atau para ahli menyebut sebagai usia emas (golden age) karena usia ini terbukti sangat menentukan ke mampuan anak dalam mengembangkan potensi mereka. Proses pembelajaran lebih menekankan pada pengajaran pendidikan moral dan budi pekerti. Orientasi pembelajaran ilmu sosial adalah untuk mengembangkan pengetahuan dasar, keterampilan, dan sikap positif yang diperlukan untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan mampu berkontribusi secara aktif dalam kehidupan sosial sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Sasaran akhir yang dijadikan ukuran keberhasilan pembelajaran ilmu sosial adalah perubahan sikap dan perilaku anak. Tabungan hadis ditinjau dari bidang psikologi anak. (Kochanska, dkk.2004:26) menyatakan bahwa kelekatan antara orangtua dan anak merupakan aspek yang sangat penting bagi awal perkembangan moral anak. Di samping itu, pola disiplin yang diterapkan orangtua juga merupakan hal yang penting (Kochanska, dkk., 2003:15). Dalam hal ini, disiplin akan mengontrol perilaku anak dan biasanya dikaitkan dengan konsekuensi negatif terhadap perilaku pelanggaran. Aspek yang paling penting dari penegakkan disiplin tersebut adalah konsekuensi yang logis terkait dengan pelanggaran yang dilakukan. Sebagaimana yang dinyatakan oleh (Laible&Thompson.2000:17) bahwa disiplin yang menekankan pada penalaran dan logika akan mempercepat terjadinya internalisasi nilai-nilai pada anak. Sekolah, sebagai lingkungan kedua, turut mempengaruhi konsep diri, keterampilan sosial, nilai, kematangan penalaran moral, perilaku prososial, pengetahuan tentang moralitas, dan sebagainya (Berkowitz, 2002:47). Adanya ikatan yang kuat dengan sekolah dan komunitasnya, termasuk juga kelekatan dengan guru, merupakan dasar bagi perkembangan prososial dan moral anak.

SIMPULAN
Berdasarkan kesimpulan penelitian dan implikasi yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut:  Pertama, bagi Guru dalam mengembangkan kecerdasan spiritual melalui tabungan hadis kepada anak hendaknya  guru memilih jenis hadis yang lebih mudah dimengerti dan dalam menyampaikan pemahaman arti dari hadis tersebut di kemas dalam bahasa yang sederhana yang mudah dimengerti dan dipahami oleh anak. Kemudian berikan contoh yang real dalam kehidupan keseharian mereka. selain itu guru juga dapat mengkomunikasikan proses penanaman nilai-nilai agama dan jenis hadis yang terkait dengan pengembangan kecerdasan spiritual yang dilakukan disekolah dengan orang tua. Dengan demikian anak tidak hanya mempelajari hadis disekolah saja namun dirumah juga anak mendapatkan pengajaran yang sesuai sehingga anak dapat mengaplikasikannya kedalam kehidupan mereka sehari-hari.
Kedua, bagi orang tua. Sebaiknya orangtua memahami bahwa kecerdasan spiritual itu lebih penting dibandingkan kecerdasan intelektual. Karena mayoritas orang tua lebih mengedepankan kecerdasan intelektualnya saja. Kemudian membiasakan anak dengan hal-hal yang sederhana dalam menanamkan nilai-nilai agama yang terkandung pada setiap hadis dalam mengembangkan kecerdasan spiritual. Dan seyogyanya orang tua berkolaborasi dengan guru dalam mengembangkan kecerdasan spiritual yang telah dibiasakan dan diterapkan guru disekolah sebaiknya dilakukan juga oleh orang tua dirumah.
Ketiga, bagi peneliti selanjutnya. Dapat melakukan penelitian lanjutan tentang tabungan hadis dalam pengembangan kecerdasan spiritual dan juga mengkolaborasikan dengan kecerdasan yang lain seperti kecerdasan intelektual juga kecerdasan emosional. Karena ketiga kecerdasan tersebut jika dilakukan secara seimbang maka akan lebih baik, anak tidak hanya sukses atau berhasil di dunia tapi juga diakhirat kelak. Diharapkan pula agar peneliti selanjutnya dapat mengkaji lebih dalam mengenai jenis-jenis hadis dan karakteristik hadis lainnya dalam mengembangkan kecerdasan spiritual pada anak.

REKOMENDASI
Dari temuan dan informasi hasil penelitian, maka peneliti mengajukan beberapa rekomendasi diantaranya: penanaman tabungan hadis dalam pengembangan kecerdasan spiritual harus ada kolaborasi antara guru dan orang tua, ketika guru menerapkan nila-nilai agama dan moral yang terkandung dalam tabungan hadis, maka dari itu selayaknya orang tua juga menerapkannya dirumah agar nilai agama dan moral yang ada pada diri anak tertanam dengan baik dan karena seperti diketahui bahwa anak lebih banyak berada di rumah dibandingkan di sekolah. Dalam pengembangan kecerdasan spiritual sebaiknya lingkungan sekitar anak juga mendukung mengingat sifat anak usia dini adalah peniru maka dari itu lingkungan terutama keluarga dan lingkungan sekolah serta lingkungan rumah menunjukan prilaku yang baik kepada anak. Adapun jenis tabungan hadis yang ditanamkan adalah hadis mengucapkan salam, hadis kasih sayang, hadis menjaga lisan, hadis kebersihan, hadis adab makan, hadis larangan marah, hadis tidak mencela, hadis bersabar, hadis keindahan dan hadis menolong. karena hadis-hadis tersebut adalah dasar ataupun pondasi bagi karakter anak untuk dimasa yang akan datang. Kecerdasan spiritual adalah kemampun jiwa dalam melihat sesuatu dari sudut pandang yang potitif. Pada dasarnya semua hadis yang dikenalkan pada anak sangat berkaitan dan ini selayaknya ditanamkan agar melekat pada diri anak. Guru dapat lebih mengeksplor lagi mengenai jenis hadis yang lebih sederhana, dan lebih kreatif lagi dalam menggunakan berbagai metode dan media dalam pentranferan ilmu yang dilakukan guru kepada anak.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar