NURYATI
PAUD PPs Universitas Negeri Jakarta
Jl. Rawamangun Muka Jakarta. Jakarta Timur.
Email: nuryatimamah98@yahoo.com
Abstract: This study
aims to: (1) Knowing and describing the Hadith savings program in the development of
spiritual intelligence in children aged 5-6 years. The research subjects are
children in group B numbering 16 people. This study is a qualitative research
with phenomenological type of research study. Analysis of the data used is the model Mills and
Huberman. Data were obtained from observation, interviews, documentation, and
field notes. The findings of this study indicate that: (1) In the process of
the development of spiritual intelligence using materials as teaching
materials, methods in learning and using the evaluation as an assessment of the
development of spiritual intelligence, (2) Material savings tradition in the
development of spiritual intelligence that is taught is the tradition of intent
Hadith greetings, Hadith affection, keeping oral traditions, traditions
cleanliness and beauty traditions. While the methods used are drill method,
exemplary, habituation, lectures, storytelling, play, and assignments. Kemudan
evaluation used is observation, anecdotal records, conduct tests and oral
tests, (3) the role of the teacher as motivator, one who is able to create an
environment of love, as modeling, facilitator and evaluator for children. (4)
enabling and inhibiting factors are qualifying a good teacher, school programs
nuanced Islamic (saving tradition), an environment that supports the
implementation of savings tradition in the development of spiritual
intelligence, and form teachers who can diguguh and emulated while inhibiting
factors found in some older people less supportive programs, characters of
different children and parenting parents varied.
Keywords: Savings Hadit in the development of spiritual intelligence
Keywords: Savings Hadit in the development of spiritual intelligence
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk: (1)
Mengetahui dan mendeskripsikan program tabungan Hadis dalam pengembangan kecerdasan
spiritual pada anak usia 5-6 tahun. Subjek
Penelitian merupakan anak kelompok B yang berjumlah 16 orang. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studi fenomenologi.
Analisis data yang digunakan yaitu model Mills dan Huberman. Data penelitian
diperoleh dari observasi, wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan. Hasil
temuan penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Dalam proses pengembangan kecerdasan
spiritual menggunakan materi sebagai bahan ajar,
menggunakan metode dalam pembelajaran dan menggunakan evaluasi sebagai
penilaian dalam pengembangan kecerdasan spiritual, (2)
Materi tabungan
hadis dalam pengembangan kecerdasan spiritual yang diajarkan adalah hadis niat, hadis mengucapkan salam, hadis kasih sayang,
hadis menjaga lisan, hadis kebersihan dan hadis keindahan. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode drill,
keteladanan, pembiasaan, ceramah, bercerita, bermain, dan penugasan. Kemudan
evaluasi yang digunakan adalah observasi, catatan anekdot, tes perbuatan dan
tes lisan, (3) peranan guru sebagai motivator, orang yang mampu menciptakan
lingkungan kasih sayang, sebagai modeling, fasilitator dan evaluator bagi anak.
(4) faktor pendukung dan penghambat adalah kualifikasi guru yang baik, program
sekolah yang bernuansa islami (tabungan hadis), lingkungan yang menunjang penerapan tabungan hadis dalam
pengembangan kecerdasan spiritual, dan
wujud guru yang dapat diguguh dan ditiru sedangkan faktor penghambatnya
terdapat pada beberapa orang tua yang kurang mendukung program-program,
karakter anak yang berbeda-beda dan pola asuh orang tua yang bervariasi.
Kata Kunci
: Tabungan
Hadis Dalam Pengembangan Kecerdasan Spiritual.
PENDAHULUAN
Saat ini krisis moral yang
menimpa Indonesia berawal dari lemahnya penanaman nilai agama terhadap anak
usia dini. Pada zaman sekarang banyak anak-anak yang menggunakan narkoba, bolos
sekolah, tawuran, dan berandal bermotor bahkan banyak anak yang pada zaman
sekarang ini melawan orang tua, dan menganiaya orang tuanya. Untuk membentuk
akhlak seseorang itu terkait erat dengan kecerdasan emosi, sementara itu
kecerdasan tidak berarti tanpa di topangi oleh kecerdasan spiritual.
Anak
perlu diajarkan pendidikan yang berlandaskan pada agama, yakni agama yang
menjadi pedoman dan petunjuk mengenai apa yang harus dilaksanakan di dalam
menciptakan sikap dan perilaku yang baik sesuai ajaran agama islam serta
membimbing anak mempunyai akhlak mulia. Karena anak merupakan penerus generasi
bangsa dan menjadi tumpuan serta harapan orang tua di masa depan. Oleh karena
itu orang tua tidak seharusnya mengutamakan kecerdasan intelektual saja, tetapi
kecerdasan spiritual juga sangat penting ditanamkan pada anak sejak dini, agar
anak dapat menjadi penerus bangsa yang memiliki moral yang tinggi. Undang-Undang
Dasar 1945 mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur undang-undang.
Paparan di
atas diperkuat oleh Imam Ghazali yang dikutip oleh (M. Husain.2007:9) berkata dalam kitab Ihya
Ulumuddin, ”Ketahuilah bahwasanya
mendidik anak merupakan perkara penting dan fundamental. Anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya. Hati seorang anak siap menerima segala bentuk ukiran yang diukirkan
padanya.” Seorang anak dapat dijadikan
apa saja sesuai keinginan orang tuanya. Sesungguhnya yang paling penting adalah
bukan hanya cerdas intelektual namun juga cerdas emosi dan spiritual.
Terkait
dengan pendidikan yang diberikan sejak usia dini salah satu bagian penting yang
mendapatkan kecerdasan spiritual anak adalah guru harus mengajarkan pendidikan
moral dan akhlak yang berlandaskan pada pendidikan agama. Potensi spiritual
manusia merupakan kekuatan pengendali serangkaian tindakan intingtif manusia
dalam memenuhi kebutuhan fisik dan psikisnya. Kekuatan spiritual memerlukan penajaman
sehingga secara naluri manusia bertindak cerdas dalam menggapai hidup bahagia
dan bermakna.
Anak Usia Dini
Menurut (Yenina Akmal.2012:5) mengatakan anak adalah bukan orang dewasa kecil (small adult) dalam perkembangan usia
anak melalui beberapa tahapan perkembangan usia mulai dari bayi (baby), masa kanak-kanak awal (early childhood), masa kanak-kanak pertengahan (middle childhood). Disamping itu juga
proses lain akan dilalui anak adalah proses biologis (biological processes) meliputi perubahan pada pemikiran intelegensi
dan bahasa individu. (Dindin Jamaludin.2013:37) menyatakan anak
merupakan amanah Allah SWT, yang harus dijaga dan dibina. Hatinya yang suci merupakan permata yang
sangat berharga. Ia membutuhkan pemeliharaan, penjagaan,
kasih sayang, dan perhatian. Oleh
karena itu orang tua memegang faktor
kunci yang bisa menjadikan tumbuh dengan jiwa islami.
Menurut (Siti Aisyah.2009:1.4-1.9) mengatakan
bahwa anak usia dini memiliki
karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis, sosial, moral dan
sebagainya masa kanak-kanak juga masa yang paling penting untuk sepanjang usia
kehidupannya. Hal tersebut dipertegas dalam Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) menyiratkan
bahwa anak usia dini ialah anak yang berada pada rentang masa usia lahir sampai
usia 6 tahun. Sedangkan (Diana.2010:6-7) menjelaskan bahwa anak usia dini
merupakan kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
yang bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik
(koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, daya cipta),
sosioemosional, bahasa, dan komunikasi.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada
pada rentang usia 0-8 tahun, dimana pada usia tersebut anak mengalami masa peka
dan sangat fundamental. oleh karena itu kita selaku orang tua atau pendidik
harus memberikan rangsangan pendidikan sebaik mungkin agar anak dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal.
Tabungan Hadis
Tabungan adalah satu hal yang dirasakan
sangat perlu pada saat seperti ini, terutama bagi kita yang memiliki
penghasilan tetap maupun penghasilan tidak tetap. Dengan tujuan menyisihkan
sebagian hasil pendapatan untuk dikumpulkan sebagai cadangan hari depan, dan
sebagai alat untuk melakukan transaksi bisnis, usaha individu atau kelompok. Menurut
Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Tabungan
adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati,
tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang
dipersamakan dengan itu.[1] Sedangkan
menurut N. Lapoliwa dan Daniel S. Kuswandi, tabungan adalah simpanan masyarakat
yang penarikannya dapat dilakukan oleh orang yang menabung sewaktu-waktu sesuai
keinginannya.
Menurut
Abu Al-Baqa sebagaimana dikutip oleh Al-Qasimi, kata hadits dalam bahasa Arab “hadits” merupakan bentuk isim (noun) dan
“tahdits” dan bentuk tunggal
(singular) dari kata “ahadits”.
Diungkap oleh Ajjaj Al-Khatib dan Muh. Zuhri artinya secara etimologi adalah jadid (baru), qarib (dekat), dan khabar
(kabar, berita, perkataan, keterangan). Selanjutnya Ulama hadits dalam (Badri
Khaeruman.2010:60) mendefinisikan hadis adalah segala sesuatu yang diberitakan
dari Nabi SAW, baik berupa sabda, perbuatan, taqrir, sifat-sifat maupun hal
ihwal Nabi. Segala pemberitaan tentang Nabi SAW, seperti yang berkaitan dengan
himmah, karakteristik, sejarah kelahiran, dan kebiasaan-kebiasaannya.
Hadis ialah setiap kata-kata yang
diucapkan dan dinukil serta disampaikan oleh manusia, baik kata-kata itu
diperoleh melalui pendengarannya maupun wahyu; baik dalam keadaan jaga maupun
dalam keadaan tidur. Hal ini tercantum jelas dalam Al-Quran (Q.S. An-Nisa ayat 87). Oleh karenanya, Nabi
Muhammad mewariskan dua perkara yaitu Al-Quran dan sunnah-Nya.
Tabungan hadis adalah simpanan yang
berupa hafalan hadis yang sisetorkan setiap minggunya dilakukan oleh anak dalam
mengembangkan kecerdasan spiritul. Dalam hal ini guru dan orangtua mempunyai peranan penting dalam
pengembangan kecerdasan spiritual pada anak-anak mereka sedini mungkin. Pendapat di atas ditegaskan oleh
Imam Ghazali yang menyatakan bahwa akhlak yang baik akan tertanam kuat di dalam
jiwa seseorang selama jiwa itu
dibiasakan untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik atau terpuji
dan selama jiwa itu tidak meninggalkan seluruh perbuatan buruk. Menurut (Badri Khaeruman.2010:11)
mengatakan bahwa akhlak yang terpuji juga tidak akan tertanam kuat di dalam
jiwa seseorang jika jiwa tersebut tidak dibiasakan untuk memiliki kerinduan
melakukan perbuatan-perbuatan terpuji dan menikmatinya, serta membenci
perbuatan-perbuatan tercela dan merasa bersalah karenanya. Jadi hal tersebut di
atas dapat diartikan bahwa tabungan
yang dimaksudkan adalah tabungan berupa hafalan hadis yang diberikan kepada
semua anak.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tabungan hadis merupakan suatu program
yang menjadi strategi guru dalam menanamkan dan mengembangkan kecerdasan spiritual
yang berupa setoran hafalan hadis. Melalui program ini terlihat dampak yang
positif terhadap perilaku anak, seperti halnya dalam menyikapi suatu persoalan hidup
yang dihadapinya.
Kecerdasan Spiritual
Menurut Jalaluddin Rahmat menjelaskan kecerdasan
spiritual merupakan potensi inheren yang perlu dikembangkan melalui bangku
pendidikan atau sekolah. Potensi yang dahsyat itu harus dilatih secara
sistematis dengan melibatkan kurikulum, guru, dan lingkungan yang sehat. menurut
(Ari Ginanjar Agustian.2005:73) yang tercantum dalam Al-Quran:
“sebelum bumi dan manusia
diciptakan, ruh manusia telah mengadakan perjanjian dengan Allah. Allah
bertanya kepada jiwa manusia: “bukankah aku Tuhnmu?” lalu ruh manusia menjawab
“Ya, kami bersaksi” (surat Al-Araf ayat 172). Bukti adanya perjanjian ini
menurut Muhamad Abduh ialah adanya fitrah iman dalam jiwa manusia, dan menurut
Prof. Dr N Dryarkara SJ, hal tersebut dipertegas dengan adanya suara hati
manusia, suara hati Tuhan yang terekam dalam jiwa manusia. Oleh karena itu,
bila manusia hendak berbuat keburukan, pasti akan dilarang oleh suara hati
nuraninya sendiri, karena Tuhan tak menghendaki manusia berbuat kemungkaran.
Jikalau manusia tetap mengerjakan perbuatan yang tidak baik, maka suara hatinya
akan bernasihat.
Menurut
Dewantoro dalam (Muhammad Yaumi, Nurdin Ibrahim.2013:22) menyatakan bahwa kecerdasan
spiritual berarti kemampuan
seseorang untuk dapat mengenal dan memahami diri sepenuhnya sebagai makhluk
spiritual maupun sebagai bagian dan alam semesta. Sedangkan Zohar dan Marshall dalam
(Muhammad Yaumi, Nurdin Ibrahim.2013:22) mengatakan bahwa kecerdasan spiritual
diyakini sebagai kecerdasan yang paling esensial dalam kehidupan manusia
dibandingkkan dengan berbagai jenis kecerdasan lain seperti kecerdasan
intelelektual. Kecerdasan spiritual dapat dijadikan landasan yang
diperlukan untuk memfungsikan kecerdasan intelektual dan emosional. Ibnu Sina dalam (Eneng Muslihah.2011:95-96) menyatakan bahwa pendidikan anak harus dimulai dengan membiasakan
mengerjakan hal-hal yang terpuji semenjak kecil sebelum ia dipengaruhi oleh
kebiasaan-kebiasaan yang jelek. Selanjutnya (Ismail Kusmayadi.2011:65) menyatakan
lima karakteristik orang yang cerdas secara spiritual yakni: (1) kemampuan
untuk mentransendensikan yang fisik dan material, (2) kemampuan untuk mengalami
tingkat kesadaran yang memuncak, (3) kemampuan untuk mensakralkan pengalaman
sehari-hari, (4) kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber spiritual untuk
menyelesaikan masalah,(5) kemampuan untuk berbuat budi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa kecerdasan spiritual
merupakan kemampuan mengenal dan mencintai Tuhan yang dapat dirangsang melalui
penanaman nilai-nilai agama dan moral, serta kecerdasan ini dapat digunakan untuk menilai bahwa
tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan orang
lain. Adapun aspek yang harus
dimiliki orang atau anak yang cerdas secara spiritual adalah mempunyai
kemampuan untuk menstransedensikan yang fisik dan material, menggunakan
sumber-sumber spiritual untuk menyelesaikan masalah dan mampu untuk berbuat
budi pada sesama.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi fenomenologi, yaitu
Penelitian ini mengacu pada paradigma alamiah yang bersumber pada pandangan
fenomenologi. Putra dan Lestari (2012:193) mengungkapkan fenomenologi adalah
penelitian kualitatif yang mencoba mengungkapkan makna yang dihayati subjek
yang diteliti. Dengan demikian penelitian ini mengacu pada gejala-gejala yang
menempatkan diri dimana peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya
dalam situasi tertentu yang berhubungan dengan kondisi atau keadaan sebuah
lingkungan belajar yang dapat memberikan makna mengenai tabungan hadis dalam pengembangan kecerdasan
spiritual di TK Kasih Ananda Serang Banten.
Cara yang
digunakan dalam mendapatkan data penerapan tabungan hadis di TK Kasih Ananda Serang, teknik pengumpulkan
data yaitu dengan observasi, wawancara serta
dokumentasi di TK Kasih Ananda
Serang Banten. Subjek penelitiannya adalah anak Kelompok B. Lokasi sosial dalam penelitian
ini adalah guru-guru dan anak-anak di
TK Kasih Ananda Serang Banten. Prosedur penelitian ini secara garis
besar dilakukan melalui empat tahapan kegiatan, yaitu tahap pra-lapangan,
pelaksanaan, analisis data, dan diakhiri dengan penulisan laporan, seperti yang
diungkapkan Moleong (2010:127) bahwa penelitian kualitatif terdiri dari tahap
pra-penelitian dan tahap pekerjaan lapangan. Teknik analisa
data pada penelitian ini menggunakan analisis data model Miles and Huberman,
yaitu reduksi data, display data, verifikasi data.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dari pengamatan yang telah dilakukan maka didapat hasil
dan temuan penelitian sebagai berikut di TK Kasih Ananda Serang Banten
adalah salah satu sekolah yang dalam pembelajarannya menanamkan nilai-nilai agama dan
moral melalui tabungan hadis dalam pengembangan kecerdasan spiritual. Dari
hasil wawancara dengan kepala sekolah TK Kasih Andanda menanamkan tabungan
hadis kepada anak secara implisit artinya tabungan hadis tersebut
dimasukkan kedalam pembelajaran. Kecerdasan yang paling ditekankan di TK Kasih
Ananda adalah kecerdasan spiritual. Hal ini dikarenakan TK Kash Ananda memiliki
tujuan yakni mengenalkan tentang Allah sedini mungkin kepada anak. hal ini
sesuai dengan visi misi sekolah yakni menciptakan manusia yang bertaqwa,
berakhlakul karimah, rajin beribadah, cinta Al-Quran, cerdas, tampil dan
berkepribadian muslim serta mampu menyiapkan diri dalam kehidupan selanjutnya.
Program tabungan hadis dalam
pengembangan kecerdasan spiritual pada anak usia 5-6 Tahun
Berdasarkan
hasil observasi dan wawancara, dalam mengembangkan kecerdasan spiritual ini
tidak semerta-merta anak dapat melakukan sendiri, hal ini membutuhkan proses
peniruan dan modeling serta metode yang tepat. Oleh karena itu lembaga
pendidikan TK Kasih Ananda menggunakan
tabungan hadis sebagai metode dalam mengembangkan kecerdasan spiritual.
Program-program
di TK Kasih Ananda lebih menekankan kepada proses belajar secara aktif,
pembiasaan beribadah, sopan santun yakni mengucapkan salam, disiplin,
kemandirian, jujur, bekerja sama dan tanggung jawab, mengajak anak untuk
bersama-sama membaca kitab suci Al-Quran dengan membaca iqro dan surah-surah
pendek, menceritakan kisah para nabi dan
rasul, atau tokoh-tokoh spiritual lainnya, melibatkan anak dalam
kegiatan-kegiatan ibadah seperti sholat, berpuasa dan yang lainnya, serta
melantunkan lagu-lagu dengan syair yng menginspirasi anak untuk lebih dekat
dengan tuhan. Selain itu mengikutsertakan anak dalam kegiatan-kegiatan sosial,
seperti menyumbang orang yang terkena bencana alam atau menengok teman yang
sakit. Serta mengajak anak untuk menikmati keindahan alam, kemudian mengaitkan
dengan keagungan Tuhan yang telah menciptakan alam semesta. Hal tersebut
merupakan salah satu bentuk atau cara yang dilakukan dalam mengembangkan
keerdasan spiritual pada anak. Pendekatan pada pembelajaran ini berdasarkan pada
pengalaman anak secaa langsung, teladan dari guru-guru dan praktik langsung,
dan pengulangan yang dilakukan secara konsisten.
Adapun program tabungan hadis yang diterapkan
di TK Kasih Ananda diantaranya adalah Hadis mengucapkan salam, Hadis kasih sayang, Hadis menjaga lisan, Hadis kebersihan, Hadis
larangan marah, Hadis adab makan, Hadis tidak mencela, Hadis bersabar, Hadis
niat, Hadis belajar al-Quran, Hadis keindahan
dan Hadis suka menolong.
Kurikulum yang digunakan dalam mengembangan kecerdasan spiritual
Berdasarkan hasil wawancara, kurikulum
yang digunakan adalah kurikulum yang berkaitan dengan nilai-nilai agama dan
moral seperti yang terlihat pada permendiknas No. 58 tahun 2009. Tujuan lembaga pendidikan tidak hanya
menjadi kecerdasan otak dan emosi para peserta didik akan tetapi tugas lain
yang juga lebih penting adalah kecerdasan spiritual anak berarti melatih anak
memiliki kemampuan meraih kebahagiaan.
Materi program tabungan hadis yang diterapkan di TK Kasih Ananda
Berdasarkan hasil temuan, materi dalam
mengembangkan kecerdasan spiritual pada anak, guru hendaknya mengenal dan
memahami anak seutuhya sesuai dengan tahapan dan karakteristik perkembangan
anak. Begitu pula dengan jenis-jenis hadis yang ditanamkan kepada anak harus
sesuai dengan perkembangan anak. Kemudian hadis menjaga lisan, Kunci masuk
syurga adalah dengan menjaga lisan. Karena satu kata yang meluncur
darinya, bisa membawa ke surga atau neraka. Proses pembelajaran dalam memberikan pemahaman hadis ini yaitu dengan
menggunakan metode bercerita secara klasikal. Anak-anak duduk melingkar didalam
atau di luar kelas, kemudian ibu guru mulai membacakan hadis yang di ikuti oleh
anak-anak. Kemudian ibu guru bercerita tentang kunci masuk syurga adalah dengan
menjaga lisan atau ucapan.
Proses Belajar di TK Kasih Ananda
Berdasarkan hasil temuan dalam
pelaksanaan proses pembelajaran tabungan hadis guru menggunakan berbagai materi yang terkait dengan
kecerdasan spiritual yang terintegrasi dalam pembelajaran, kemudian menggunakan
berbagai metode, strategi serta media dalam pentransferan ilmu yang dilakukan
guru kepada anak, setelah itu guru melakukan evaluasi untuk melihat dan
meninjau setiap perkembangan anak baik dari aspek perkembangan maupun dari segi
nilai-nilai agama dalam mengembangkan kecerdasan spiritual pada anak. Dalam menanamkan
nilai-nilai agama pada anak maka guru hendaknya mengenal dan memahami anak
seutuhnya sesuai dengan tahapan dan karakteristik perkembangan anak, dalam hal
karakter anak usia 5-6 tahun, anak juga aktif dalam bergerak. Mereka pun tidak
mudah menyerah, mulai menjalin persahabatan dengan teman sebaya. Dalam hal ini
guru harus bisa menanamkan nilai-nilai agama yang di sampaikan melalui program
tabungan hadis dalam mengembangkan kecerdasan spiritual pada anak sesuai dengan
tahap perkembangan anak.
Agar
penanaman kecerdasan spiritual dalam kegiatan pembelajaran terlihat jelas maka
peneliti memaparkan proses pembelajaran melalui materi yang diajarkan guru
dalam hal ini terkait dengan jenis-jenis hadis yang sesuai dengan perkembangan
anak. Kemudian metode yang diaplikasikan, dan evaluasi yang digunakan dalam
kegiatan tabungan hadis dalam mengembangkan kecerdasan spiritual.
Evaluasi/Penilaian Peserta Didik di TK Kasih Ananda
Berdasarkan hasil observasi
dan wawancara evaluasi pembelajaran yang dilakukan di TK Kasih Ananda adalah berupa
pengamatan atau observasi, catatan anekdot dan portofolio dan tes perbuatan,
serta tes lisan. Penilaian observasi terlihat dalam perkembangan anak seperti
pengamatan yang dilkukan guru di TK Kasih Ananda melalui aktivitas kegiatan
anak sehari-hari. Hal ini terlihat dalam
penilaian guru perhari, perminggu, persemester yang berupa raport. Portofolio
merupakan penilaian yang didasarkan pada
kumpulan hasil kerja anak yang dapat menggambarkan sejauh mana keterampilan
anak berkembang. Portofolio merupakan kumpulan fakta-fakta atu hasil kerja anak
serta informasi mengenai apa yang telah dilakukan oleh anak. Evaluasi
pembelajaran selanjutnya adalah tes perbuatan, tes perbuatan adalah tes yang dilakukan
berdasarkan perbuatan. Dalam penilaian ini guru meminta anak untuk melakukan
suatu perbuatan dan guru akan menilai apakah anak tersebut melakukannya dengan
baik atau tidak. Tes perbuatan ini berkolaborasi dengan tes pengamatan atau
obserbasi. Evaluasi terakhir adalah tes lisan. Tes lisan adalah tes yang
dilakukan melalui beberapa pertanyaan yang dijawab anak melalui lisan. Tes ini
dilakukan guru untuk mengetahui seberapa dalam anak mengetahui dan memahami
tentang materi yang telah diajarkan.
Peran guru dalam mengembangkan kecerdasan spiritual
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara,
berhasil atau tidaknya program tabungan
hadis sangat bergantung kepada guru. Karena guru sebagai modeling ataupun
sebagai suri tauladan bagi anak-anak, terkhusus anak usia 5-6 tahun yang
tergolong dalam kategori peniru. Hal ini menekankan bahwa guru sangat berperan
penting terhadap keberhasilan penanaman nilai-nlai agama pada anak. Untuk dapat
di gugu dan ditiru maka guru harus memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi
pedagogik, dimana guru harus membimbing anak kearah yang lebih baik, agar dapat
membimbing anak, maka guru harus memahami karakteristik anak dan lain-lain.
Selain itu guru harus memiliki kompetensi kepribadian dan sosial yang baik,
dapat bersosialisasi baik dengan atasan dengan bawahan, antar guru dan
interaksi dengan peserta didik dengan baik, serta kompetensi profesional. Bila
ke empat kompetensi ini dimiliki guru secara otomatis pendidikan yang diajarkn
guru pada anak akan berhasil khususnya dalam penanaman nilai-nilai agama dalam
mengembangkan kecerdasan spiritual pada anak, dan melalui pembiasaan.
Hasil dari pengembangan kecerdasan
spiritual
Adapun temuan hasil dari pengembangan
kecerdasan spiritual melalui tabungan hadis sangat mempengaruhi sekali terhadap
perilaku anak dan melekat dalam diri anak. Hal tersebut dapat terlihat ketika
ada seorang anak yang tanpa sengaja berbicara kasar, kemudian temannya
mengatakan bahwa “kita tidak boleh berbicara seperti itu, kata ibu guru juga
tidak boleh, dan kata ibu guru juga disebelah kanan dan kiri kita kan ada
malikat yang mencatat semua amal kita, baik dan buruknya”. Selain itu juga
anak-anak terbiasa untuk mengucapkan asma-asma Allah ketika mereka lalai mereka
mengucapkan kata “Astagfirullah”, ketika mereka bersyukur saat menerima sesuatu
dengan mengatakan atau mengucapkan “Alhamdulillah.”
Peran orang tua dalam mengembangkan kecerdasan spiritual
Berdasarkan
hasil temuan upaya orang tua dalam membina kecerdasan spiritual anak
dalam keluarga adalah melalui 4 jalan tugas, “melalui jalan pengasuhan,
pengetahuan, perubahan pribadi, persaudaraan dan jalan kepemimpinan yang penuh
pengabdian”. Membiasakan mengucapkan “Basmallah” sebelum memulai suatu perbuatan, dan mengucapkan “Alhamdulillah” sebagai ucapan syukur
atas segala hasil dan kenikmatan yang diterima, “Masya Allah” sewaktu keheranan dan ta’jub terhadap sesuatu, “
Astagfirullah” sewaktu terjadi kekeliruan. Selain itu juga metode
keteladanan, Latihan dan praktikum, dengan latihan ini anak-anak dapat melakukan
amal keagamaan sesuai dengan yang telah ditetapkan agama.
Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam mengembangkan kecerdasan
spiritual
Berdasarkan hasil temuan pelaksanaan tabungan
hadis di TK Kasih Ananda ini telah berjalan dengan baik sesuai dengan
perencanaan dan program yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa
pelaksanaan program tabungan hadis tersebut telah didukung oleh semua aspek,
mulai dari kinerja guru, kepedulian orang tua, lingkungan serta sarana dan
prasarana yang ada. Hal ini membuktikan adanya ungkapan bahwa ada beberapa hal
yang harus diperhatikan untuk melaksanakan pendidikan secara efektif dan
efisien yang diantranya menggunakan pendekatan yang komprehensif, komunitas
sekolah yang penuh perhatian, tumbuhkan kebersamaan, serta melibatkan orang tua
sebagai mitra dalam upaya mengembangkan kecerdasan spiritual pada anak.
Faktor-faktor tersebut sebagian besar telah dimiliki oleh TK Kasih Ananda
disamping adanya rasa tanggung jawab dan komitmen dalam pelaksanaan program
yang ada beserta sarana dan prasarana yang belum tersebut dalam teori yang ada
peneliti sebagai motivasi yang cukup kuat baik bagi para peserta didik maupun
seluruh guru yang ada.
Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian
dilakukan dengan menghubungkan dilakukan dengan menghubungkan temuan-temuan
penelitian dengan sumber-sumber referensi. Adapun program tabungan hadis yang
diterapkan di TK Kasih Ananda diantaranya adalah Hadis mengucapkan salam, Hadis
kasih sayang, Hadis menjaga lisan, Hadis
kebersihan, Hadis larangan marah, Hadis adab makan, Hadis tidak mencela, Hadis
bersabar, Hadis niat, Hadis belajar al-Quran, Hadis keindahan dan Hadis suka menolong. kurikulum yang
terkait dengan nilai agama dan moral tersebut yang diterapkan di TK Kasih
Ananda adalah sesuai dengan yang tercantum dalam permen No. 58 tahun 2009. Hal
senada juga dikemukakan oleh Luluk Asmawati (2009:10-11) yang menyatakan
bahwa pokok-pokok pendidikan anak yang dikemukakan adalah:
“(1)Menanamkan
nilai-nilai ketuhanan dengan benar, (2) Mengajarkan bagaimana mentaati kedua
orangtua, dalam batas-batas ketaatan kepada pencipta,(3) Mengajarkan pergaulan
yang benar atas dasar keimanan hari berbangkit, sehingga pergaulan tersebut
memiliki akar kebenaran dan bukan kepalsuan, (4) Menanamkan nilai-nilai
kebaikan, (5) Menumbuhkan kepribadian yang memiliki hubungan yang kuat dengan
Tuhan (mendirikan sholat), (6) Menumbuhkan dalam diri anak kepedulian sosial
yang tinggi, (7) Membentuk kejiwaan anak yang kokoh (kesabaran), (8)
Menumbuhkan sifat rendah hati serta menjauhkan sifat arogan, (9) Mengajarkan
kesopanan dalam sikap dan ucapannya”.
Materi tabungan hadis yang diterapkan di
TK Kasih Ananda diantaranya adalah beberapa hadis pendek seperti hadis niat,
hadis mengucapkan salam. hadis kasih sayang, hadis menjaga lisan dan lain-lain.
Dalam agama islam pun diwajibkan untuk mengucapkan salam dan menjawab salam
seperti yang tertulis dalam surat An-Nur
ayat 27. Menurut (Eneng Muslihah.2011:93-95) mengatakan bahwa dalam
mempengaruhi proses sosialisasi ada beberapa metode yang dapat digunakan oleh
orang tua. Menurut (Badri Khaeruman.2010:85-87) mengatakan tingkat kesempurnaan
dan ketinggian kecakapan seseorang mendengar hadis itu berpangkal pada
kecakapannya memahami fikih dan mengamalkan ilmunya. Menurut (Mulyasa.2011:98)
mengatakan bahwa penilaian proses dimaksud untuk menilai kualitas proses pendidikan
dan pembentukan kompetensi peserta didik, termasuk bagaimana tujuan-tujuan
belajar direalisasikan. Kualitas proses pendidikan dapat dilihat dari segi
proses dan penilaian. Hal tersebut menjelaskan bahwa tujuan dai penilaian
pendidikan adalah tolak ukur guru dalam
keberhasilan anak mengaplikasikan materi kedalam kehidupan sehari-hari anak.
Evaluasi pembelajaran yang dilakukan di TK Kasih Ananda berupa pengamatan atau
observasi, catatan anekdot dan portofolio dan tes perbuatan, serta tes lisan.
Penilaian observasi terlihat dalam perkembangan anak seperti pengamatan yang
dilkukan guru di TK Kasih Ananda melalui aktivitas kegiatan anak sehari-hari.
Hal ini terlihat dalam penilaian guru
perhari, perminggu, persemester yang berupa raport.
Berhasil atau tidaknya program tabungan hadis sangat bergantung kepada
guru. Karena guru sebagai modeling ataupun sebagai suri tauladan bagi
anak-anak, terkhusus anak usia 5-6 tahun yang tergolong dalam kategori peniru.
Hal ini menekankan bahwa guru sangat berperan penting terhadap keberhasilan
penanaman nilai-nlai agama pada anak. Kemudian Ibnu Sina dalam (Eneng Muslihah. 2011:95-96) mengatakan bahwa pendidikan
anak harus dimulai dengan membiasakan mengerjakan hal-hal yang terpuji semenjak
kecil sebelum ia dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan yang jelek. Tabungan
hadis sangat berpengaruh sekali terhadap perkembangan anak, baik perkembangan
sosialnya, perkembangan agama dan moralnya, perkembangan kognitif dan aspek
perkembangan lainnya. Begitu pula
menurut Gestalt dalam (Martini Jamaris.2010:193) yang memandang bahwa
keseluruhan lebih berarti daripada bagian-bagian. Hal tersebut dipertegas oleh (Eneng
Muslihah.2011:96) bahwa keluarga mempunyai peranan penting dalam proses
pendidikan anak. Oleh karena itu, orangtua berperan dan bertanggung jawab atas
kehidupan keluarga harus memberikan dasar dan pengarahan yang benar terhadap
anak, yakni dengan menanamkan ajaran agama dan akhlak karimah. Menurut (Eneng
Muslihah.2011:95) kembali menegaskan bahwa dalam mempengaruhi proses
sosialisasi ada beberapa metode yang dapat digunakan oleh orang tua, sewaktu
terjadi kekeliruan. Selain itu juga metode keteladanan, Latihan dan praktikum,
dengan latihan ini anak-anak dapat
melakukan amal keagamaan sesuai
dengan yang telah ditetapkan agama. Hal senada juga dikatakan oleh (Tholhah
Hasan.2009:73-74) yang mengatakan bahwa anak itu merupakan amanat
bagi kedua orangtuanya, dan hatinya yang bersih merupakan permata mahal, yang
masih polos dan belum tersentuh goresan dan lukisan apapun, masih dapat
menerima pahatan apa saja, dan siap mengikuti pengaruh apapun yang disuguhkan
kepadanya. Imam Ghazali yang dikutip oleh (M.Husain. 2007:9) berkata dalam kitab Ihya Ulumuddin, ”Ketahuilah bahwasanya mendidik anak merupakan perkara penting dan
fundamental. Hal ini membuktikan
adanya ungkapan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk
melaksanakan pendidikan secara efektif dan efisien yang diantranya menggunakan
pendekatan yang komprehensif, komunitas sekolah yang penuh perhatian, tumbuhkan
kebersamaan, serta melibatkan orang tua sebagai mitra dalam upaya mengembangkan
kecerdasan spiritual pada anak.
Peranan Tabungan Hadis di Pandang dalam Berbagai Disiplin Ilmu


![]() |
|||||
![]() |
|||||
![]() |
|||||

![]() |
|||
![]() |
|||
Peranan
tabungan hadis dalam pengembangan kecerdasan spiritual pada anak usia dini
dalam perspektif Agama Islam menurut Imam Ghazali yang menyatakan bahwa akhlak
yang baik akan tertanam kuat di dalam jiwa seseorang selama jiwa itu dibiasakan
untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik atau terpuji dan selama jiwa itu
tidak meninggalkan seluruh perbuatan buruk. Akhlak yang terpuji juga tidak akan
tertanam kuat di dalam jiwa seseorang jika jiwa tersebut tidak dibiasakan untuk
memiliki kerinduan melakukan perbuatan-perbuatan terpuji dan menikmatinya,
serta membenci perbuatan-perbuatan tercela dan merasa bersalah karenanya. Kecerdasan spiritual dalam Islam lebih menekankan pada
prinsip-prinsip ajaran yang abadi, aturan dan hukum dalam memperkuat moralitas.
Pembinaan akhlak dimulai dari manusia sejak lahir hingga dewasa. Jika sejak
dini seseorang ditanamkan nilai-nilai akhlak yang baik, maka orang tersebut
akan tumbuh menjadi manusia yang baik dan mematuhi perintah serta menjauhkan
diri dari larangan Allah SWT, sehingga anak mengaplikasikan akhlak tersebut
dalam kehidupan sehari-hari.
Penanaman
nilai-nilai agama terkait dengan tabungan hadis bila dipandang dari bidang
pedagogik, maka dapat meningkatkan hasil belajar anak, hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Berkowitz&Bier.2003:32)
yang menyatakan bahwa penerapan tabungan hadis terkhusus kecerdasan spiritual mempengaruhi peningkatan motivasi anak dalam
meraih prestasi. Hal tersebut disebabkan karena salah satu tujuan pengembangan kecerdasan spiritual adalah untuk pengembangan kepribadian yang berintegritas
terhadap nilai atau aturan yang ada. Ketika anak mempunyai integritas maka ia
akan memiliki keyakinan terhadap potensi diri (self efficacy) untuk menghadapi
hambatan dalam belajar.
Tabungan hadis dalam perpektif
ilmu sosial pada anak usia dini menurut (M.Miftah.2013:26) adalah untuk
mengondisikan anak, berlatih dan membiasakan diri konsisten dalam berperilaku
sesuai dengan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang dipahami. Hal ini
bertujuan agar anak terampil, interpretatif, dan mampu mengkomunikasikan
gagasan yang dimilikinya dengan baik. Selain itu anak juga dibiasakan untuk
bersosialisasi dengan teman sebaya ataupun orang disekitar anak. Tabungan hadis
dalam pengembangan kecerdasan spiritual dalam pembelajaran ilmu sosial tersebut
sebaiknya diterapkan sejak anak dini atau para ahli menyebut sebagai usia emas
(golden age) karena usia ini terbukti sangat menentukan ke mampuan anak dalam
mengembangkan potensi mereka. Proses pembelajaran lebih menekankan pada
pengajaran pendidikan moral dan budi pekerti. Orientasi pembelajaran ilmu
sosial adalah untuk mengembangkan pengetahuan dasar, keterampilan, dan sikap
positif yang diperlukan untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan
mampu berkontribusi secara aktif dalam kehidupan sosial sebagai anggota
masyarakat dan warga negara. Sasaran akhir yang dijadikan ukuran
keberhasilan pembelajaran ilmu sosial adalah perubahan sikap dan perilaku anak. Tabungan hadis ditinjau dari bidang psikologi
anak. (Kochanska, dkk.2004:26) menyatakan bahwa kelekatan antara orangtua dan anak
merupakan aspek yang sangat penting bagi awal perkembangan moral anak. Di
samping itu, pola disiplin yang diterapkan orangtua juga merupakan hal yang
penting (Kochanska, dkk., 2003:15). Dalam hal ini, disiplin akan mengontrol perilaku anak dan
biasanya dikaitkan dengan konsekuensi negatif terhadap perilaku pelanggaran.
Aspek yang paling penting dari penegakkan disiplin tersebut adalah konsekuensi
yang logis terkait dengan pelanggaran yang dilakukan. Sebagaimana yang dinyatakan
oleh (Laible&Thompson.2000:17) bahwa disiplin yang menekankan pada penalaran dan logika
akan mempercepat terjadinya internalisasi nilai-nilai pada anak. Sekolah, sebagai lingkungan kedua, turut
mempengaruhi konsep diri, keterampilan sosial, nilai, kematangan penalaran
moral, perilaku prososial, pengetahuan tentang moralitas, dan sebagainya
(Berkowitz, 2002:47).
Adanya ikatan yang kuat dengan sekolah dan komunitasnya, termasuk juga
kelekatan dengan guru, merupakan dasar bagi perkembangan prososial dan moral
anak.
SIMPULAN
Berdasarkan kesimpulan
penelitian dan implikasi yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat disampaikan
beberapa saran sebagai berikut: Pertama,
bagi Guru dalam mengembangkan kecerdasan spiritual melalui tabungan hadis
kepada anak hendaknya guru memilih jenis
hadis yang lebih mudah dimengerti dan dalam menyampaikan pemahaman arti dari
hadis tersebut di kemas dalam bahasa yang sederhana yang mudah dimengerti dan
dipahami oleh anak. Kemudian berikan contoh yang real dalam kehidupan
keseharian mereka. selain itu guru juga dapat mengkomunikasikan proses
penanaman nilai-nilai agama dan jenis hadis yang terkait dengan pengembangan
kecerdasan spiritual yang dilakukan disekolah dengan orang tua. Dengan demikian
anak tidak hanya mempelajari hadis disekolah saja namun dirumah juga anak
mendapatkan pengajaran yang sesuai sehingga anak dapat mengaplikasikannya
kedalam kehidupan mereka sehari-hari.
Kedua, bagi orang tua.
Sebaiknya orangtua memahami bahwa kecerdasan spiritual itu lebih penting
dibandingkan kecerdasan intelektual. Karena mayoritas orang tua lebih
mengedepankan kecerdasan intelektualnya saja. Kemudian membiasakan anak dengan
hal-hal yang sederhana dalam menanamkan nilai-nilai agama yang terkandung pada
setiap hadis dalam mengembangkan kecerdasan spiritual. Dan seyogyanya orang tua
berkolaborasi dengan guru dalam mengembangkan kecerdasan spiritual yang telah
dibiasakan dan diterapkan guru disekolah sebaiknya dilakukan juga oleh orang
tua dirumah.
Ketiga, bagi peneliti
selanjutnya. Dapat melakukan penelitian lanjutan tentang tabungan hadis dalam
pengembangan kecerdasan spiritual dan juga mengkolaborasikan dengan kecerdasan
yang lain seperti kecerdasan intelektual juga kecerdasan emosional. Karena
ketiga kecerdasan tersebut jika dilakukan secara seimbang maka akan lebih baik,
anak tidak hanya sukses atau berhasil di dunia tapi juga diakhirat kelak.
Diharapkan pula agar peneliti selanjutnya dapat mengkaji lebih dalam mengenai
jenis-jenis hadis dan karakteristik hadis lainnya dalam mengembangkan
kecerdasan spiritual pada anak.
REKOMENDASI
Dari temuan dan informasi hasil penelitian, maka peneliti mengajukan
beberapa rekomendasi diantaranya: penanaman tabungan hadis dalam pengembangan
kecerdasan spiritual harus ada kolaborasi antara guru dan orang tua, ketika
guru menerapkan nila-nilai agama dan moral yang terkandung dalam tabungan
hadis, maka dari itu selayaknya orang tua juga menerapkannya dirumah agar nilai
agama dan moral yang ada pada diri anak tertanam dengan baik dan karena seperti
diketahui bahwa anak lebih banyak berada di rumah dibandingkan di sekolah. Dalam
pengembangan kecerdasan spiritual sebaiknya lingkungan sekitar anak juga
mendukung mengingat sifat anak usia dini adalah peniru maka dari itu lingkungan
terutama keluarga dan lingkungan sekolah serta lingkungan rumah menunjukan prilaku
yang baik kepada anak. Adapun jenis tabungan
hadis yang ditanamkan adalah hadis mengucapkan salam, hadis kasih sayang, hadis
menjaga lisan, hadis kebersihan, hadis adab makan, hadis larangan marah, hadis
tidak mencela, hadis bersabar, hadis keindahan dan hadis menolong. karena hadis-hadis
tersebut adalah dasar ataupun pondasi bagi karakter anak untuk dimasa yang akan
datang. Kecerdasan spiritual adalah kemampun jiwa dalam melihat sesuatu dari
sudut pandang yang potitif. Pada dasarnya semua hadis yang dikenalkan pada anak
sangat berkaitan dan ini selayaknya ditanamkan agar melekat pada diri anak.
Guru dapat lebih mengeksplor lagi mengenai jenis hadis yang lebih sederhana,
dan lebih kreatif lagi dalam menggunakan berbagai metode dan media dalam
pentranferan ilmu yang dilakukan guru kepada anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar