Senin, 13 Mei 2019

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA KANTONG HURUF


NURYATI, M.PD

PRODI PAUD STKIP Situs Banten
Jl. Bhayangkara Cipocok Jaya Serang – Banten Telp. (0254) 220193

Abstract: This article describes early reading learning in early childhood through the application of media bag pockets. Methods of this action research using a combined method that is using qualitative methods and quantitative methods. The action research model used is the Kemmis and Taggart model. The research data was obtained from observation, interview, documentation, and field notes. The results of this study indicate an increase in reading and writing. Play activities and interests of the child on the media of the pocket of the letters, the child will try to see, read, and communicate or reproduce the writing contained in the media bag of the letter and mention the name of the initial letter of an object, such as the name of fruits, animal names, or the name of the person associated with the letter he or she picked.
Keywords: Learning, read-write, Early Childhood

Abstrak: Artikel ini mendeskripsikan  tentang pembelajaran membaca permulaan pada anak usia dini melalui penerapan media kantong huruf. Metode penelitian tindakan ini menggunakan metode gabungan yaitu menggunakan metode kualitatif dan metode kuantitatif. Model penelitian tindakan yang digunakan adalah model Kemmis dan Taggart. Data penelitian diperoleh dari observasi, wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan. Hasil penelitian ini menunjukan adanya  peningkatan dalam membaca dan menulisnya. Kegiatan bermain dan ketertarikan yang dimiliki anak terhadap media kantong huruf, anak akan mencoba melihat, membaca, dan mengkomunikasikan maupun menirukan kembali tulisan yang terdapat dalam media kantong huruf tersebut serta menyebutkan nama huruf awal dari suatu benda, seperti nama buah-buahan, nama binatang, atau nama orang yang terkait dengan huruf yang diambilnya.
Kata Kunci :  Pembelajaran, baca-tulis, Anak Usia Dini







PENDAHULUAN
Membaca merupakan kunci pertama dan utama untuk membuka jendela pengetahuan, menulis merupakan kunci kedua untuk mengembangkan pengetahuan dari segala hasil yang dibacanya dan meneliti merupakan kunci ketiga untuk mengembangkan segala dari hasil yang dibaca dan ditulisnya menjadi lebih baik, sempurna dan bermanfaat untuk masyarakat. Membaca, menulis dan berhitung merupakan salah satu bentuk kegiatan yang paling penting bagi manusia. Oleh sebab itu membaca, menulis dan berhitung dikenalkan sejak usia dini. Banyak hal yang menjadi permasalahan dalam dunia pendidikan salah satunya adalah problema yang terjadi dalam dunia pendidikan khususnya di lembaga PAUD diseluruh Indonesia. Berbagai macam problema baik yang pro dan kontra terkait dengan pembelajaran tersebut. Hal ini merupakan dilema bagi para guru Pendidikan Anak Usia Dini, di satu sisi, adalah tuntutan masyarakat, disisi lain adalah berupa larangan yang menyatakan bahwa anak usia dini tidak diperkenankan untuk belajar membaca, menulis dan berhitung.
              Merujuk pada pendapat Bruner melalui telaahnya yang menyatakan bahwa sebagian pembelajaran terpenting dalam kehidupan diperoleh dari masa kanak-kanak yang paling awal dan pembelajaran itu sebagian besar diperoleh melalui bermain (Suyadi, 2010:198). Kritik yang ditujukan kepada sejumlah TK bukan karena mengajarkan membaca, menulis dan berhitung, melainkan cara yang digunakan salah,  seakan-akan menjadikan TK sebagai maniatur SD.
              Kemampuan baca-tuis permulaan seharusnya tidak diarahkan pada kemampuan akademik, melainkan diarahkan pada kegiatan bermain yang tentunya juga ditunjang oleh berbagai media bermain yang memadai. Berdasarkan gambaran tersebut, peranan guru sebagai fasilitator benar-benar dituntut untuk lebih kreatif dalam menyiapkan  media bermain yang dapat memfasilitasi anak belajar. Media bermain yang dimaksud adalah media yang digunakan untuk membangkitkan minat bermain anak dalam sentra bahasa, khususnya kegiatan baca tulis yang mana melalui kegiatan bermain tersebut anak juga bisa belajar membaca dan menulis. Media yang digunakan terbuat dari bahan yang sederhana, mudah didapat dan mudah dibuat oleh guru, mudah digunakan dalam pembelajaran, menarik perhatian anak, dekat dengan lingkungan anak dan inovatf. Media kantong huruf juga dapat menjembatani kemampuan yang diperoleh anak PAUD dengan lingkungan sekitarnya.
Anak Usia Dini
   Menurut NAEYC (Brewer:4)  “The National Association for the Education of Young Children (NAEYC) defines early childhood as the period from birth to age eight”. Paparan ini menjelaskan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada  rentang usia dan 0-8. Yuliani (2009:6) mengatakan anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Berdasarkan hal tersebut anak usia dini memerlukan pendidikan sedini mungkin. Menurut Maimunah dalam Ramli dan Soegeng Santosp (2009:15). Anak usia dini sebagai individu yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan bukan anak yang pasif melainkan aktif dalam proses tumbuh kembangnya. Selain satu keaktifannya ialah upaya anak memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan anak beraneka ragam, anak membutuhkan kasih sayang, penerimaan oleh sebayanya, penerimaan oleh orang-orang yang memiliki otoritas kemandirian, kompetensi dan harga diri.Glasser mengemukakan bahwa anak memiliki kebutuhan yang harus dipenuhinya seperti kebutuhan untuk bertahan hidup, memiliki, berkuasa, dan kesenangan.[1]Jadi dapat dikatakan bahwa  anak membutuhkan rasa aman, nyaman, rasa diterima, eksplorasi dan aktivitas.
            Diana juga menjelaskan bahwa anak usia dini merupakan kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, daya cipta), sosioemosional, bahasa, dan komunikasi.[2] Keunikan dalam tingkat pertumbuhan dan perkembangannya anak usia dini mengalami berapa tahapan perkembangan.
pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan ruhani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Berdasarkan pendapat tersebut, Suyadi (2014:22) berpendapat bahwa pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek keperibadian anak. Menurut Mukhtar Latif (2013:23) tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
            Begitu juga yang dikatakan Jamaris Bahwa pada masa tiga tahun pertama dalam kehidupan anak, untuk dapat berinteraksi dengan dunia disekitarnya, anak memerlukan bantuan orang-orang disekitarnya.Pada tahap selanjutnya, anak dapat mengembangkan berbagai pengetahuan dan keterampilannya.[3] Oleh sebab itu, penyediaan lingkungan yang kaya dengan berbagai nilai kebudayaan dan stimulasi yang tepat berdasarkan usia perkembangan anak sangat mendukung perkembangan anak ke arah yang lebih baik.
            Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun, dimana pada usia tersebut anak mengalami masa peka dan sangat fundamental. oleh karena itu kita selaku orang tua atau pendidik harus memberikan rangsangan pendidikan sebaik mungkin agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

Karakteristik Anak Usia 5-6 Tahun
Karakteristik anak usia 5-6 tahun menurut Sofia Hartati (2005: 8-9) sebagai berikut: 1) memiliki rasa ingin tahu yang besar, 2) merupakan pribadi yang unik, 3) suka berfantasi dan berimajinasi, 4) masa potensial untuk belajar, 5) memiliki sikap egosentris, 6)memiliki rentan daya konsentrasi yang pendek, 7) merupakan bagian dari mahluk sosial. Pada usia 5-6 tahun anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, anak berkepribadian yang unik, anak senang berimajinasi, masa belajar anak yang paling tepat, bersikap egois, memiliki konsentrasi yang pendek dan mulai melakukan sosialisasi dengan lingkungan sekitar.
Anak memiliki tahapan tertentu dalam perkembangannya. Baik dalam aspek perkembangan fisik motorik, kognitif, sosial emosional, bahasa dan sosial emosional. Tahapan perkembangan yang dilalui anak ketika anak mengalami kemajuan merupakan hal yang sangat menarik. Semua aspek perkembangan anak meliputi fisik motorik, bahasa, kognitif, sosial emosional serta moral perlu untuk distimulasi dengan berbagai macam aktivitas yang dapat dilakukan sebagai wujud pencapaian tujuan pendidikan anak usia dini.
Yenina Akmal (2012:5) mengatakan anak adalah bukan orang dewasa kecil (small adult) dalam perkembangan usia anak melalui beberapa tahapan perkembangan usia mulai dari bayi (baby), masa kanak-kanak awal (early childhood), masa kanak-kanak pertengahan (middle childhood). Disamping itu juga proses lain akan dilalui anak adalah proses biologis (biological processes) meliputi perubahan pada pemikiran intelegensi dan bahasa individu. (Dindin Jamaludin.2013:37) menyatakan anak merupakan amanah Allah SWT, yang harus dijaga dan dibina. Hatinya yang suci merupakan permata yang sangat berharga. Ia membutuhkan pemeliharaan, penjagaan, kasih sayang, dan perhatian. Oleh karena itu orang tua memegang faktor kunci yang bisa menjadikan tumbuh dengan jiwa islami.
            Menurut (Siti Aisyah.2009:1.4-1.9) mengatakan bahwa anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis, sosial, moral dan sebagainya masa kanak-kanak juga masa yang paling penting untuk sepanjang usia kehidupannya. Hal tersebut dipertegas dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) menyiratkan bahwa anak usia dini ialah anak yang berada pada rentang masa usia lahir sampai usia 6 tahun. Sedangkan (Diana.2010:6-7) menjelaskan bahwa anak usia dini merupakan kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, daya cipta), sosioemosional, bahasa, dan komunikasi.

Kemampuan Baca-Tulis Permulaan
            Kostelnik, et al. (2007:296) menyatakan bahwa semua komponen tersebut harus diberikan dengan bermakna dan berguna agar anak mampu membaca dan menulis, Papalia mendukung keterkaitan dalam bahasa tersebut dalam mengembangkan kemampuan baca-tulis permulaan. Papalia (2008: 346) mengatakan “Ayah yang sering menceritakan kisah dan kemudian anak berbicara tentang berbagai hal yang dilihat disekelilingnya, memberikan kontribusi terhadap kemunculan literasinya”. Anak mampu membaca dan menulis diawali dengan kemampuan untuk mendengarkan dan berbicara dengan baik dan dilakukan secara terus menerus.
            Morison (2012: 260) dalam jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2013: 208-209, menyatakan, “kemampuan baca-tulis berarti kemampuan untuk membaca, menulis, berbicara dan mendengarkan”. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Ferreiro dan Taberosky (sudono, 2007: 12) “kemampuan baca-tulis permulaan berhubungan erat dengan perkembangan berbahasa seseorang, yaitu menerima (mendengar, membaaca) dan mengungkapkan (berbicara, menulis)”. Anak mengekspresikan  diri dengan berbagai cara, yang terkait erat dengan harapan lingkungannya atau merespon lingkungan yang dipersiapkan untuknya. Menurut Brewer dan Bronson, dalam perkembangan membaca dan menulis, anak usia 5 tahun telah dapat mengidentifikasi huruf-huruf dan membuat sendiri huruf-huruf tersebut (Musfiroh, 2008: 79).
            Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemamppuan baca-tulis permulaan adalah kemampuan yang dimiliki anak dalam hal berbahasa khususnya dalam pengucapan apa yang dilihat secara visual dan menerapkannya dalam sebuah tulisan.            Kemampuan baca-tulis permulaan meliputi kemampuan yang menunjukkan ketertarikan terhadap bacaan dan tulisan, kemampuan yang menunjukkan gerakan motoric halus, kemamppuan mengidentifikasi symbol (huruf), kemmapuan yang menunjukkan pemahaman antara nama dan gambar dan kemampuan memahami koonsep serta tata bahasa cetakan.

Media Pendidikan Untuk Anak Usia Dini
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media dapat dikatakan sebagai berbagai jenis komponen yang ada di lingkungan baik berbentuk visual amupun audiovisual yang dapat digunakan untuk menyapaikan informasi pembelajaran kepada anak disik. Minarso  (2004: 458) menjelaskan media sebagai segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan anak sehiingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali. Syukur (2008: 117) menyatakan bahwa media pendidikan merupakan alat atau perantara yang berguna untuk memudahkan proses belajar mengajar, dalam rangka mengefektifkan komunikasi antara guru dan murid. Hal ini sangat membantu guru dalam mengajar dan memudahkan anak menerima dan memahami pelajaran.
Anak usia dini belajar melalui bermain, sehingga setiap kegiatan yang dilakukan juga memerlukan media bermain. Kegiatan bermain dengan media bertujuan untuk menunjang anak agar lebih mudah memainkan dan merangsangnya menjadi lebih semangat. Kegunaan media bermain menurut psikolog Elizabet (Hoom, 1999: 43-56) diantaranya, pertama, supaya anak menjadi jelas menerima pesan yang terkandung dalam esensi mainan tersebut, kedua, mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera anak untuk menggunakan mainan tersebut. Ketiga, sebagai factor pendorong atau motivasi agar anak lebih tertantang lagi. Dna keempat, sebagai alat ukur sejauh mana mainan tersebut dapat digunakan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pendidikan merupakan wahana dari pesan yang oleh sumber pesan (guru) ingin diteruskan kepada penerima pesan (anak). Kegiatan yang disesuaikan dengan tema atau topic kegiatan. Tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar pada diri anak.

Media kantong huruf
Kantong dapat diartikna sebagai saku pada baju atau celana, dapat juga diartikan sebagai tempat menyimpan atau membawa sesuatu barang belanjaan dalam bentuk kain, plastic atau kertas. Begitu juga dalam penelitian ini, media kantong huruf yang dimaksud adalah kantong yang terbuat dari kain, baik dari kain perca atau kain panel, kemudian diisi dengan berbagai macam huruf a-z dalam bentuk yang viariatif dan menarik untuk anak.
Kantong huruf yang digunakan dalam penelitian ini adalah kantong yang berisikan macam-macam huruf yang berwarna warni, dibuat semenarik mungkin agar anak tertarik untuk belajar melalui bermain kantong huruf.

Metode penelitian
            Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan yag bersifat kualitatif menjelaskan peristiwa yang dilakukan dalam penelitian ini sehingga mendapatkan gambaran dan penjelasan yang lengkap dalam pelaksanaan penelitian tindakan. Penelitian ini menggunakan desain Kemmis dan Taggart. Desain dan prosedur pada penelitian tindakan ini meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dann refleksi. Sebelum membuat perencanaan program kegiatan, dilakukan tes awal terlebih dahulu. Tes awal dilakukan dengan maksud untuk mengetahui kemampuan baca-tulis permulaan yang dimiliki anak. Hasil tes tersebut digunakan untuk membandingkan hasil tes pada akhir tindakan untuk melihat apakah tindakan yang dilakukan sudah menunjukkan peningkatan atau belum. Dalam proses perencanaan, dirancang kegiatan yang memmadukan kegiatan pengembangan kemampuan baca-tulis permulaan dengan menggunakan media kantong huruf.

Hasil Penelitian dan Pembahasan
Setelah diberikan tindakan berupa kegiatan bermain baca-tulis permulaan melalui penggunaan media kantong huruf, terdapat peningkatan dalam membaca dan menulisnya. Kegiatan bermain dan ketertarikan yang dimiliki anak terhadap media kantong huruf, anak akan mencoba melihat, membaca, dan mengkomunikasikan maupun menirukan kembali tulisan yang terdapat dalam media kantong huruf tersebut serta menyebutkan nama huruf awal dari suatu benda, seperti nama buah-buahan, nama binatang, atau nama orang yang terkait dengan huruf yang diambilnya. Hasil temuan tindakan ini diketahui bahwa dengan menggunakan media pembelajaran kontong huruf terjadi peningkatan yang sugnifikan pada kemampuan baca tulis anak usia dini. Hal ini terlihat dari hasil pra siklus, dengan hasil tindakan siklus I dan siklus II. Peningkatan yang trjadi terlihat dari segi aspek yang diteliti maupun yang dilihat dari kemampuan baca tulis setiap anak (responden).
Kemampuan baca-tulis permulaan terjadi pada anak dimulai dengan ketertarikan anak terhadap bacaan dan tulisan. Ketertarikan anak tersebut terlihat dari kemampuan anak dalam bermain huruf, mengambil dari kantong huruf tersebut serta anak mengkomunikasikannya. Permainan ini dilakukan secara bertahap. Selain kemampuan yang menunjukkan ketertarikan terhadap bacaan dan tulisan, anak juga memiliki kemampuan yang menunjukkan gerakan motorik halus dan motoric kasar. Dalam mengidentifikasi symbol atau huruf di TK B di TK Kasih Ananda Serang Banten, sudah mampu membaca dan menulis abjad dengan cukup baik.




Peranan Pembelajaran Baca-Tulis di Pandang dalam Berbagai Disiplin Ilmu

Oval: Pedagogiek
Oval: Perspektif 
Agama 
                        
 


                                                                                                                       
 


                                                                                                            
 



            Peranan pembelajaran  baca-tulis dalam perspektif Agama Islam menurut Imam Ghazali yang menyatakan bahwa akhlak yang baik akan tertanam kuat di dalam jiwa seseorang selama jiwa itu dibiasakan untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik atau terpuji dan selama jiwa itu tidak meninggalkan seluruh perbuatan buruk. Membaca adalah suatu yang sangat penting bagi manusia pada umumnya dan bagi murid kelas rendah Sekolah Dasar (SD) yang sedang belajar membaca permulaan pada khususnya. Sesuai dengan perintah pertama (wahyu) Allah kepada manusia melalui malaikat jibril yang diterima oleh Nabi Muhammad yaitu perintah membaca karena membaca merupakan gerbang pengetahuan dan kunci kesuksesan dalam belajar. Tidak ada kesuksesan dalam belajar tanpa membaca, banyak ditemukan yang sukses mempunyai keterampilan membaca yang baik, cepat, lancar dan memahami segala sesuatu yang dibacanya bahkan mampu mengembangkan materi yang dibacanya sukses dalam sekolah, kuliah, dan pekerjaan. Keterampilan membaca tidak hanya mempengaruhi kesuksesan dalam belajar bahkan lebih dari itu keterampilan membaca akan mempengaruhi kehidupan masa depan anak .
            Penanaman nilai-nilai agama terkait dengan pembelajaran baca-tulis bila dipandang dari bidang pedagogik, maka dapat meningkatkan hasil belajar anak, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Berkowitz&Bier.2003:32) yang menyatakan bahwa penerapan baca tulis dapat  mempengaruhi peningkatan motivasi anak dalam meraih prestasi. Hal tersebut disebabkan karena salah satu tujuan pengembangan kemampuan membaca dan menulis adalah untuk pengembangan kepribadian yang berintegritas terhadap nilai atau aturan yang ada. Ketika anak mempunyai integritas maka ia akan memiliki keyakinan terhadap potensi diri (self efficacy) untuk menghadapi hambatan dalam belajar.
Pembelajaran baca-tulis dalam perpektif ilmu sosial pada anak usia dini menurut (M.Miftah.2013:26) adalah untuk mengondisikan anak, berlatih dan membiasakan diri konsisten dalam berperilaku sesuai dengan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang dipahami. Hal ini bertujuan agar anak terampil, interpretatif, dan mampu mengkomunikasikan gagasan yang dimilikinya dengan baik. Selain itu anak juga dibiasakan untuk bersosialisasi dengan teman sebaya ataupun orang disekitar anak. Pembelajaran baca-tulis dalam pembelajaran ilmu sosial tersebut sebaiknya diterapkan sejak anak dini atau para ahli menyebut sebagai usia emas (golden age) karena usia ini terbukti sangat menentukan ke mampuan anak dalam mengembangkan potensi mereka. Proses pembelajaran lebih menekankan pada pengajaran pendidikan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak. Pembelajaran baca-tulis dikemas dalam suatu permainan yang menarik untuk anak. Orientasi pembelajaran ilmu sosial adalah untuk mengembangkan pengetahuan dasar, keterampilan, dan sikap positif yang diperlukan untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan mampu berkontribusi secara aktif dalam kehidupan sosial sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Sasaran akhir yang dijadikan ukuran keberhasilan pembelajaran ilmu sosial adalah perubahan sikap dan perilaku anak. Dengan kemampuan baca-tulis, anak akan lebih merasa percaya diri, dan termotivasi dalam belajar.
Pembelajaran baca-tulis ditinjau dari bidang psikologi anak. (Kochanska, dkk.2004:26) menyatakan bahwa kelekatan antara orangtua dan anak merupakan aspek yang sangat penting bagi awal perkembangan bahasa anak. Hubungan emosional antara orang tua dan anak juga berpengaruh dalam keberhasilan belajar membaca anak. Dalam sauasana rumah yang selalu ribut dengan pertengkaran akan mengakibatkan terganggunya ketenangan dan konsentrasi anak sehingga anak tidak dapat belajar dengan baik. Hubungan dengan orang tua dan anak yang ditandai dengan sikap acuh dapat pula menimbulkan reaksi frustasi pada anak. Orang tua yang selalu keras pada anak dapat menyebabkan jauhnya hubungan mereka yang pada gilirannya menghambat proses belajar hubungan mereka. Di samping itu, pola disiplin yang diterapkan orangtua juga merupakan hal yang penting (Kochanska, dkk., 2003:15). Crawley dan Mountain yang dikutip oleh Farida Rahim, 2005: 15, bahwa membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal. Tidak sekedar melafalkan tulisan tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik dan metakognitif. Sebagai  proses visual membaca merupakan proses menerjamahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup sebagai pengenalan kata, pemahaman literal, interprestasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata bisa berupa aktivitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus. 
Membaca melibatkan banyak hal tidak hanya mata, lidah, berpikir bahkan anggota tubuh kita pun terhubung dan bergerak. Mata merupakan bagian pertama dan utama yang lebih dominan dalam aktivias membaca. Mata merupakan bagian tubuh yang paling berpengaruh dalam aktivitas membaca. Bila mata lelah, maka kegiatan membaca sulit dilakukan dan bila dipaksakan mata akan merasa lebih sakit dan kegiatan membaca tidak akan tercapai secara maksimal. Bila pembaca merasa lelah maka mata harus segera diistirahatkan beberapa menit dan mengarahkan pandangannya ke tempat-tempat sejuk, tenang, hijau dan nyaman. Hindari dari pemandangan yang panas karena akan lebih cepat lelah dan sakit matanya.



SIMPULAN
Berdasarkan kesimpulan penelitian dan implikasi yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut:  Pertama, bagi Guru dalam pembelajaran baca-tulis harus memahami faktor yang berpengaruh terhadap anak yang mengalami kesulitan belajar membaca permulaan yaitu faktor internal maupun faktor eksternal. Keduanya saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Faktor internal diantaranya yaitu kecerdasan anak, kemampuan penglihatan anak terhadap bacaan, minat dan motivasi anak untuk bisa membaca dengan baik dan lancar. Beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi kesulitan membaca permulaan diantaranya yaitu metode membaca permulaan dan media membaca permulaan yang diterapkan dalam aktivitas belajar mengajar membaca permulaan. Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kerangka berpikir yang demikian adalah bukanlah yang aneh, tapi nyata dan memang betul-betul dipikirkan oleh seorang guru (Syaiful Bahri, (2006: 82).
Kedua, bagi orang tua. hubungan emosional antara orang tua dengan anak juga dapat mempengaruhi dalam keberhasilan belajar membaca anak. Karena mayoritas orang tua lebih mengedepankan kecerdasan intelektualnya saja, dan seyogyanya orang tua berkolaborasi dengan guru dalam pembelajaran baca-tulis pada anak usia dini dan membiasakan, serta menerapkan metode yang sama antara guru disekolah sebaiknya dengan orang tua dirumah.
Ketiga, bagi peneliti selanjutnya. Dapat melakukan penelitian lanjutan tentang pembelajaran baca-tulis dengan menggunakan berbagai metode agar dapat diterima oleh anak dengan baik dan mudah di fahami.

REKOMENDASI
Dari temuan dan informasi hasil penelitian, maka peneliti mengajukan beberapa rekomendasi diantaranya: penanaman pembelajaran untuk anak usia dini harus ada kolaborasi antara guru dan orang tua, ketika guru menerapkan metode pembelajaran yang variatif, dan menarik bagi anak, hendaknya guru mengkomunikasikan juga kepada orang tua agar menggunakan metode yang sama dalam belajar dirumah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar