NURYATI, M.PD
PRODI PAUD STKIP Situs Banten
Jl. Bhayangkara Cipocok Jaya Serang – Banten
Telp. (0254) 220193
Abstract: This article describes
early reading learning in early childhood through the application of media bag
pockets. Methods of this action research using a combined method that is using
qualitative methods and quantitative methods. The action research model used is
the Kemmis and Taggart model. The research data was obtained from observation,
interview, documentation, and field notes. The results of this study indicate
an increase in reading and writing. Play activities and interests of the child
on the media of the pocket of the letters, the child will try to see, read, and
communicate or reproduce the writing contained in the media bag of the letter
and mention the name of the initial letter of an object, such as the name of
fruits, animal names, or the name of the person associated with the letter he
or she picked.
Keywords:
Learning, read-write, Early Childhood
Abstrak: Artikel ini mendeskripsikan tentang pembelajaran membaca permulaan pada
anak usia dini melalui penerapan media kantong huruf. Metode penelitian
tindakan ini menggunakan metode gabungan yaitu menggunakan metode kualitatif
dan metode kuantitatif. Model penelitian tindakan yang digunakan adalah model
Kemmis dan Taggart. Data penelitian diperoleh dari observasi, wawancara,
dokumentasi, dan catatan lapangan. Hasil penelitian ini menunjukan adanya peningkatan dalam membaca dan menulisnya. Kegiatan
bermain dan ketertarikan yang dimiliki anak terhadap media kantong huruf, anak
akan mencoba melihat, membaca, dan mengkomunikasikan maupun menirukan kembali
tulisan yang terdapat dalam media kantong huruf tersebut serta menyebutkan nama
huruf awal dari suatu benda, seperti nama buah-buahan, nama binatang, atau nama
orang yang terkait dengan huruf yang diambilnya.
Kata Kunci : Pembelajaran,
baca-tulis, Anak Usia Dini
PENDAHULUAN
Membaca merupakan kunci pertama dan
utama untuk membuka jendela pengetahuan, menulis merupakan kunci kedua untuk
mengembangkan pengetahuan dari segala hasil yang dibacanya dan meneliti
merupakan kunci ketiga untuk mengembangkan segala dari hasil yang dibaca dan
ditulisnya menjadi lebih baik, sempurna dan bermanfaat untuk masyarakat. Membaca,
menulis dan berhitung merupakan salah satu bentuk kegiatan yang paling penting
bagi manusia. Oleh sebab itu membaca, menulis dan berhitung dikenalkan sejak
usia dini. Banyak hal yang menjadi permasalahan dalam dunia pendidikan salah
satunya adalah problema yang terjadi dalam dunia pendidikan khususnya di
lembaga PAUD diseluruh Indonesia. Berbagai macam problema baik yang pro dan
kontra terkait dengan pembelajaran tersebut. Hal ini merupakan dilema bagi para
guru Pendidikan Anak Usia Dini, di satu sisi, adalah tuntutan masyarakat,
disisi lain adalah berupa larangan yang menyatakan bahwa anak usia dini tidak
diperkenankan untuk belajar membaca, menulis dan berhitung.
Merujuk pada pendapat Bruner
melalui telaahnya yang menyatakan bahwa sebagian pembelajaran terpenting dalam
kehidupan diperoleh dari masa kanak-kanak yang paling awal dan pembelajaran itu
sebagian besar diperoleh melalui bermain (Suyadi, 2010:198). Kritik yang
ditujukan kepada sejumlah TK bukan karena mengajarkan membaca, menulis dan
berhitung, melainkan cara yang digunakan salah, seakan-akan menjadikan TK sebagai maniatur SD.
Kemampuan baca-tuis permulaan
seharusnya tidak diarahkan pada kemampuan akademik, melainkan diarahkan pada
kegiatan bermain yang tentunya juga ditunjang oleh berbagai media bermain yang
memadai. Berdasarkan gambaran tersebut, peranan guru sebagai fasilitator
benar-benar dituntut untuk lebih kreatif dalam menyiapkan media bermain yang dapat memfasilitasi anak
belajar. Media bermain yang dimaksud adalah media yang digunakan untuk
membangkitkan minat bermain anak dalam sentra bahasa, khususnya kegiatan baca
tulis yang mana melalui kegiatan bermain tersebut anak juga bisa belajar
membaca dan menulis. Media yang digunakan terbuat dari bahan yang sederhana,
mudah didapat dan mudah dibuat oleh guru, mudah digunakan dalam pembelajaran,
menarik perhatian anak, dekat dengan lingkungan anak dan inovatf. Media kantong
huruf juga dapat menjembatani kemampuan yang diperoleh anak PAUD dengan
lingkungan sekitarnya.
Anak Usia Dini
Menurut NAEYC (Brewer:4) “The
National Association for the Education of Young Children (NAEYC) defines early
childhood as the period from birth to age eight”. Paparan
ini menjelaskan bahwa anak usia dini
adalah anak yang berada pada rentang
usia dan 0-8. Yuliani (2009:6)
mengatakan anak usia dini adalah sosok individu yang sedang
menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan
selanjutnya. Berdasarkan hal tersebut anak usia dini memerlukan
pendidikan sedini mungkin. Menurut Maimunah dalam Ramli dan Soegeng Santosp (2009:15). Anak usia dini
sebagai individu yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan bukan anak
yang pasif melainkan aktif dalam proses tumbuh kembangnya. Selain satu
keaktifannya ialah upaya anak memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan anak beraneka ragam, anak membutuhkan kasih sayang,
penerimaan oleh sebayanya, penerimaan oleh orang-orang yang memiliki otoritas kemandirian, kompetensi dan
harga diri.Glasser mengemukakan bahwa anak memiliki kebutuhan yang harus
dipenuhinya seperti kebutuhan untuk bertahan hidup, memiliki, berkuasa, dan
kesenangan.[1]Jadi dapat dikatakan bahwa anak membutuhkan rasa aman, nyaman, rasa diterima, eksplorasi
dan aktivitas.
Diana juga menjelaskan bahwa anak usia dini merupakan kelompok anak yang
berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, artinya
memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik kasar dan
halus), kecerdasan (daya pikir, daya cipta), sosioemosional, bahasa, dan
komunikasi.[2]
Keunikan dalam tingkat pertumbuhan dan perkembangannya anak usia dini mengalami
berapa tahapan perkembangan.
pendidikan anak usia dini
adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu
upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan ruhani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal,
nonformal, dan informal. Berdasarkan pendapat tersebut, Suyadi (2014:22)
berpendapat bahwa pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang
diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan
anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek
keperibadian anak. Menurut Mukhtar Latif (2013:23) tujuan pendidikan anak usia
dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini
sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Begitu juga yang dikatakan Jamaris
Bahwa pada masa tiga tahun pertama dalam kehidupan anak, untuk dapat
berinteraksi dengan dunia disekitarnya, anak memerlukan bantuan orang-orang
disekitarnya.Pada tahap selanjutnya, anak dapat mengembangkan berbagai
pengetahuan dan keterampilannya.[3]
Oleh sebab itu, penyediaan
lingkungan yang kaya dengan berbagai nilai kebudayaan dan stimulasi yang tepat
berdasarkan usia perkembangan anak sangat mendukung perkembangan anak ke arah
yang lebih baik.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada
pada rentang usia 0-8 tahun, dimana pada usia tersebut anak mengalami masa peka
dan sangat fundamental. oleh karena itu kita selaku orang tua atau pendidik
harus memberikan rangsangan pendidikan sebaik mungkin agar anak dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal.
Karakteristik Anak Usia 5-6 Tahun
Karakteristik anak usia 5-6 tahun menurut Sofia Hartati
(2005: 8-9) sebagai berikut: 1) memiliki rasa ingin tahu yang besar, 2)
merupakan pribadi yang unik, 3) suka berfantasi dan berimajinasi, 4) masa
potensial untuk belajar, 5) memiliki sikap egosentris, 6)memiliki rentan daya
konsentrasi yang pendek, 7) merupakan bagian dari mahluk sosial. Pada usia 5-6
tahun anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, anak berkepribadian yang unik,
anak senang berimajinasi, masa belajar anak yang paling tepat, bersikap egois,
memiliki konsentrasi yang pendek dan mulai melakukan sosialisasi dengan
lingkungan sekitar.
Anak
memiliki tahapan tertentu dalam perkembangannya. Baik dalam aspek perkembangan
fisik motorik, kognitif, sosial emosional, bahasa dan sosial emosional. Tahapan
perkembangan yang dilalui anak ketika anak mengalami kemajuan merupakan hal
yang sangat menarik. Semua aspek perkembangan anak meliputi fisik motorik,
bahasa, kognitif, sosial emosional serta moral perlu untuk distimulasi dengan
berbagai macam aktivitas yang dapat dilakukan sebagai wujud pencapaian tujuan
pendidikan anak usia dini.
Yenina Akmal (2012:5) mengatakan anak adalah bukan orang dewasa kecil (small adult) dalam perkembangan usia
anak melalui beberapa tahapan perkembangan usia mulai dari bayi (baby), masa kanak-kanak awal (early childhood), masa kanak-kanak pertengahan (middle childhood). Disamping itu juga
proses lain akan dilalui anak adalah proses biologis (biological processes) meliputi perubahan pada pemikiran intelegensi
dan bahasa individu. (Dindin Jamaludin.2013:37) menyatakan
anak merupakan amanah Allah SWT, yang harus dijaga dan dibina. Hatinya yang suci merupakan permata yang
sangat berharga. Ia membutuhkan pemeliharaan, penjagaan,
kasih sayang, dan perhatian. Oleh
karena itu orang tua memegang faktor
kunci yang bisa menjadikan tumbuh dengan jiwa islami.
Menurut
(Siti Aisyah.2009:1.4-1.9) mengatakan bahwa anak usia dini memiliki
karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis, sosial, moral dan
sebagainya masa kanak-kanak juga masa yang paling penting untuk sepanjang usia
kehidupannya. Hal tersebut dipertegas dalam Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) menyiratkan
bahwa anak usia dini ialah anak yang berada pada rentang masa usia lahir sampai
usia 6 tahun. Sedangkan (Diana.2010:6-7) menjelaskan bahwa anak usia dini
merupakan kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
yang bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik
(koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, daya cipta),
sosioemosional, bahasa, dan komunikasi.
Kemampuan
Baca-Tulis Permulaan
Kostelnik, et al. (2007:296)
menyatakan bahwa semua komponen tersebut harus diberikan dengan bermakna dan
berguna agar anak mampu membaca dan menulis, Papalia mendukung keterkaitan
dalam bahasa tersebut dalam mengembangkan kemampuan baca-tulis permulaan.
Papalia (2008: 346) mengatakan “Ayah yang sering menceritakan kisah dan
kemudian anak berbicara tentang berbagai hal yang dilihat disekelilingnya,
memberikan kontribusi terhadap kemunculan literasinya”. Anak mampu membaca dan
menulis diawali dengan kemampuan untuk mendengarkan dan berbicara dengan baik
dan dilakukan secara terus menerus.
Morison
(2012: 260) dalam jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2013: 208-209, menyatakan,
“kemampuan baca-tulis berarti kemampuan untuk membaca, menulis, berbicara dan
mendengarkan”. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Ferreiro dan Taberosky
(sudono, 2007: 12) “kemampuan baca-tulis permulaan berhubungan erat dengan
perkembangan berbahasa seseorang, yaitu menerima (mendengar, membaaca) dan
mengungkapkan (berbicara, menulis)”. Anak mengekspresikan diri dengan berbagai cara, yang terkait erat
dengan harapan lingkungannya atau merespon lingkungan yang dipersiapkan
untuknya. Menurut Brewer dan Bronson, dalam perkembangan membaca dan menulis,
anak usia 5 tahun telah dapat mengidentifikasi huruf-huruf dan membuat sendiri
huruf-huruf tersebut (Musfiroh, 2008: 79).
Berdasarkan
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemamppuan baca-tulis permulaan adalah
kemampuan yang dimiliki anak dalam hal berbahasa khususnya dalam pengucapan apa
yang dilihat secara visual dan menerapkannya dalam sebuah tulisan. Kemampuan baca-tulis permulaan
meliputi kemampuan yang menunjukkan ketertarikan terhadap bacaan dan tulisan,
kemampuan yang menunjukkan gerakan motoric halus, kemamppuan mengidentifikasi
symbol (huruf), kemmapuan yang menunjukkan pemahaman antara nama dan gambar dan
kemampuan memahami koonsep serta tata bahasa cetakan.
Media
Pendidikan Untuk Anak Usia Dini
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti
tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media perantara atau
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media dapat dikatakan
sebagai berbagai jenis komponen yang ada di lingkungan baik berbentuk visual
amupun audiovisual yang dapat digunakan untuk menyapaikan informasi
pembelajaran kepada anak disik. Minarso
(2004: 458) menjelaskan media sebagai segala sesuatu yang digunakan
untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
kemauan anak sehiingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang
disengaja, bertujuan, dan terkendali. Syukur (2008: 117) menyatakan bahwa media
pendidikan merupakan alat atau perantara yang berguna untuk memudahkan proses
belajar mengajar, dalam rangka mengefektifkan komunikasi antara guru dan murid.
Hal ini sangat membantu guru dalam mengajar dan memudahkan anak menerima dan
memahami pelajaran.
Anak usia dini belajar melalui bermain, sehingga setiap kegiatan yang
dilakukan juga memerlukan media bermain. Kegiatan bermain dengan media
bertujuan untuk menunjang anak agar lebih mudah memainkan dan merangsangnya
menjadi lebih semangat. Kegunaan media bermain menurut psikolog Elizabet (Hoom,
1999: 43-56) diantaranya, pertama, supaya anak menjadi jelas menerima pesan
yang terkandung dalam esensi mainan tersebut, kedua, mengatasi keterbatasan
ruang, waktu, dan daya indera anak untuk menggunakan mainan tersebut. Ketiga,
sebagai factor pendorong atau motivasi agar anak lebih tertantang lagi. Dna
keempat, sebagai alat ukur sejauh mana mainan tersebut dapat digunakan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pendidikan
merupakan wahana dari pesan yang oleh sumber pesan (guru) ingin diteruskan
kepada penerima pesan (anak). Kegiatan yang disesuaikan dengan tema atau topic
kegiatan. Tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar pada diri
anak.
Media kantong huruf
Kantong dapat diartikna sebagai saku pada baju atau celana, dapat juga
diartikan sebagai tempat menyimpan atau membawa sesuatu barang belanjaan dalam
bentuk kain, plastic atau kertas. Begitu juga dalam penelitian ini, media kantong
huruf yang dimaksud adalah kantong yang terbuat dari kain, baik dari kain perca
atau kain panel, kemudian diisi dengan berbagai macam huruf a-z dalam bentuk
yang viariatif dan menarik untuk anak.
Kantong huruf yang digunakan dalam penelitian ini adalah kantong yang
berisikan macam-macam huruf yang berwarna warni, dibuat semenarik mungkin agar
anak tertarik untuk belajar melalui bermain kantong huruf.
Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan
adalah penelitian tindakan yag bersifat kualitatif menjelaskan peristiwa yang
dilakukan dalam penelitian ini sehingga mendapatkan gambaran dan penjelasan
yang lengkap dalam pelaksanaan penelitian tindakan. Penelitian ini menggunakan
desain Kemmis dan Taggart. Desain dan prosedur pada penelitian tindakan ini
meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dann refleksi. Sebelum
membuat perencanaan program kegiatan, dilakukan tes awal terlebih dahulu. Tes
awal dilakukan dengan maksud untuk mengetahui kemampuan baca-tulis permulaan
yang dimiliki anak. Hasil tes tersebut digunakan untuk membandingkan hasil tes
pada akhir tindakan untuk melihat apakah tindakan yang dilakukan sudah
menunjukkan peningkatan atau belum. Dalam proses perencanaan, dirancang
kegiatan yang memmadukan kegiatan pengembangan kemampuan baca-tulis permulaan
dengan menggunakan media kantong huruf.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Setelah diberikan tindakan berupa kegiatan bermain baca-tulis permulaan
melalui penggunaan media kantong huruf, terdapat peningkatan dalam membaca dan
menulisnya. Kegiatan bermain dan ketertarikan yang dimiliki anak terhadap media
kantong huruf, anak akan mencoba melihat, membaca, dan mengkomunikasikan maupun
menirukan kembali tulisan yang terdapat dalam media kantong huruf tersebut
serta menyebutkan nama huruf awal dari suatu benda, seperti nama buah-buahan,
nama binatang, atau nama orang yang terkait dengan huruf yang diambilnya. Hasil
temuan tindakan ini diketahui bahwa dengan menggunakan media pembelajaran
kontong huruf terjadi peningkatan yang sugnifikan pada kemampuan baca tulis
anak usia dini. Hal ini terlihat dari hasil pra siklus, dengan hasil tindakan
siklus I dan siklus II. Peningkatan yang trjadi terlihat dari segi aspek yang
diteliti maupun yang dilihat dari kemampuan baca tulis setiap anak (responden).
Kemampuan baca-tulis permulaan terjadi pada anak dimulai dengan
ketertarikan anak terhadap bacaan dan tulisan. Ketertarikan anak tersebut
terlihat dari kemampuan anak dalam bermain huruf, mengambil dari kantong huruf
tersebut serta anak mengkomunikasikannya. Permainan ini dilakukan secara
bertahap. Selain kemampuan yang menunjukkan ketertarikan terhadap bacaan dan
tulisan, anak juga memiliki kemampuan yang menunjukkan gerakan motorik halus
dan motoric kasar. Dalam mengidentifikasi symbol atau huruf di TK B di TK Kasih
Ananda Serang Banten, sudah mampu membaca dan menulis abjad dengan cukup baik.
Peranan Pembelajaran Baca-Tulis di Pandang dalam Berbagai
Disiplin Ilmu


![]() |
|||||
![]() |
|||||
![]() |
|||||

![]() |
|||
![]() |
|||
![]() |
Peranan
pembelajaran baca-tulis dalam perspektif Agama Islam menurut Imam
Ghazali yang menyatakan bahwa akhlak yang baik akan tertanam kuat di dalam jiwa
seseorang selama jiwa itu dibiasakan untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan yang
baik atau terpuji dan selama jiwa itu tidak meninggalkan seluruh perbuatan
buruk. Membaca adalah suatu yang sangat penting bagi manusia pada
umumnya dan bagi murid kelas rendah Sekolah Dasar (SD) yang sedang belajar
membaca permulaan pada khususnya. Sesuai dengan perintah pertama (wahyu) Allah
kepada manusia melalui malaikat jibril yang diterima oleh Nabi Muhammad yaitu
perintah membaca karena membaca merupakan gerbang pengetahuan dan kunci
kesuksesan dalam belajar. Tidak ada kesuksesan dalam belajar tanpa membaca,
banyak ditemukan yang sukses mempunyai keterampilan membaca yang baik, cepat,
lancar dan memahami segala sesuatu yang dibacanya bahkan mampu mengembangkan
materi yang dibacanya sukses dalam sekolah, kuliah, dan pekerjaan. Keterampilan
membaca tidak hanya mempengaruhi kesuksesan dalam belajar bahkan lebih dari itu
keterampilan membaca akan mempengaruhi kehidupan masa depan anak .
Penanaman nilai-nilai agama terkait dengan pembelajaran baca-tulis bila dipandang dari bidang
pedagogik, maka dapat meningkatkan hasil belajar anak, hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh (Berkowitz&Bier.2003:32) yang menyatakan bahwa penerapan baca tulis dapat
mempengaruhi peningkatan motivasi anak dalam meraih prestasi. Hal tersebut disebabkan
karena salah satu tujuan pengembangan kemampuan membaca dan menulis adalah untuk
pengembangan kepribadian yang berintegritas terhadap nilai atau aturan yang
ada. Ketika anak mempunyai integritas maka ia
akan memiliki keyakinan terhadap potensi diri (self efficacy) untuk
menghadapi hambatan dalam belajar.
Pembelajaran baca-tulis dalam
perpektif ilmu sosial pada anak usia dini menurut (M.Miftah.2013:26) adalah
untuk mengondisikan anak, berlatih dan membiasakan diri konsisten dalam
berperilaku sesuai dengan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang
dipahami. Hal ini bertujuan agar anak terampil, interpretatif, dan mampu
mengkomunikasikan gagasan yang dimilikinya dengan baik. Selain itu anak juga
dibiasakan untuk bersosialisasi dengan teman sebaya ataupun orang disekitar
anak. Pembelajaran baca-tulis dalam pembelajaran ilmu sosial tersebut sebaiknya diterapkan sejak anak
dini atau para ahli menyebut sebagai usia emas (golden age) karena usia ini
terbukti sangat menentukan ke mampuan anak dalam mengembangkan potensi mereka.
Proses pembelajaran lebih menekankan pada pengajaran pendidikan yang
sesuai dengan tahap perkembangan anak. Pembelajaran baca-tulis dikemas dalam
suatu permainan yang menarik untuk anak. Orientasi pembelajaran ilmu sosial adalah untuk mengembangkan pengetahuan
dasar, keterampilan, dan sikap positif yang diperlukan untuk menjadi warga
negara yang bertanggung jawab dan mampu berkontribusi secara aktif dalam
kehidupan sosial sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Sasaran
akhir yang dijadikan ukuran keberhasilan pembelajaran ilmu sosial adalah perubahan
sikap dan perilaku anak. Dengan
kemampuan baca-tulis, anak akan lebih merasa percaya diri, dan termotivasi
dalam belajar.
Pembelajaran baca-tulis ditinjau dari bidang psikologi anak. (Kochanska, dkk.2004:26) menyatakan bahwa kelekatan antara orangtua dan anak merupakan aspek
yang sangat penting bagi awal perkembangan bahasa anak. Hubungan
emosional antara orang tua dan anak juga berpengaruh dalam keberhasilan belajar
membaca anak. Dalam sauasana rumah yang selalu ribut dengan pertengkaran akan
mengakibatkan terganggunya ketenangan dan konsentrasi anak sehingga anak tidak
dapat belajar dengan baik. Hubungan dengan orang tua dan anak yang ditandai
dengan sikap acuh dapat pula menimbulkan reaksi frustasi pada anak. Orang tua
yang selalu keras pada anak dapat menyebabkan jauhnya hubungan mereka yang pada
gilirannya menghambat proses belajar hubungan mereka. Di samping itu, pola disiplin yang diterapkan orangtua juga merupakan
hal yang penting (Kochanska, dkk., 2003:15). Crawley dan Mountain yang dikutip oleh
Farida Rahim, 2005: 15, bahwa membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit
yang melibatkan banyak hal. Tidak sekedar melafalkan tulisan tetapi juga
melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik dan metakognitif.
Sebagai proses visual membaca merupakan
proses menerjamahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai
suatu proses berpikir, membaca mencakup sebagai pengenalan kata, pemahaman
literal, interprestasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata
bisa berupa aktivitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus.
Membaca melibatkan banyak hal tidak hanya mata, lidah, berpikir bahkan
anggota tubuh kita pun terhubung dan bergerak. Mata merupakan bagian pertama
dan utama yang lebih dominan dalam aktivias membaca. Mata merupakan bagian
tubuh yang paling berpengaruh dalam aktivitas membaca. Bila mata lelah, maka
kegiatan membaca sulit dilakukan dan bila dipaksakan mata akan merasa lebih
sakit dan kegiatan membaca tidak akan tercapai secara maksimal. Bila pembaca
merasa lelah maka mata harus segera diistirahatkan beberapa menit dan
mengarahkan pandangannya ke tempat-tempat sejuk, tenang, hijau dan nyaman.
Hindari dari pemandangan yang panas karena akan lebih cepat lelah dan sakit
matanya.
SIMPULAN
Berdasarkan kesimpulan penelitian dan implikasi yang telah dikemukakan
sebelumnya, dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut: Pertama, bagi Guru dalam pembelajaran
baca-tulis harus memahami faktor
yang berpengaruh terhadap anak yang mengalami kesulitan belajar membaca permulaan
yaitu faktor internal maupun faktor eksternal. Keduanya saling mempengaruhi
satu dengan yang lainnya. Faktor internal diantaranya yaitu kecerdasan anak,
kemampuan penglihatan anak terhadap bacaan, minat dan motivasi anak untuk bisa
membaca dengan baik dan lancar. Beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi
kesulitan membaca permulaan diantaranya yaitu metode membaca permulaan dan
media membaca permulaan yang diterapkan dalam aktivitas belajar mengajar
membaca permulaan. Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah
bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil
bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kerangka berpikir yang
demikian adalah bukanlah yang aneh, tapi nyata dan memang betul-betul dipikirkan
oleh seorang guru (Syaiful Bahri, (2006: 82).
Kedua, bagi orang tua. hubungan
emosional antara orang tua dengan anak juga dapat mempengaruhi dalam
keberhasilan belajar membaca anak. Karena mayoritas orang tua lebih
mengedepankan kecerdasan intelektualnya saja, dan seyogyanya orang tua berkolaborasi dengan guru
dalam pembelajaran baca-tulis pada anak usia dini dan membiasakan, serta
menerapkan metode yang sama
antara guru disekolah sebaiknya dengan orang tua dirumah.
Ketiga, bagi peneliti selanjutnya.
Dapat melakukan penelitian lanjutan tentang pembelajaran baca-tulis
dengan menggunakan berbagai metode agar dapat diterima oleh anak dengan baik
dan mudah di fahami.
REKOMENDASI
Dari temuan dan
informasi hasil penelitian, maka peneliti mengajukan beberapa rekomendasi
diantaranya: penanaman pembelajaran untuk anak usia dini harus ada kolaborasi antara guru dan orang tua,
ketika guru menerapkan metode pembelajaran yang variatif, dan menarik
bagi anak, hendaknya guru mengkomunikasikan juga kepada orang tua agar
menggunakan metode yang sama dalam belajar dirumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar