NURYATI, M.PD
PRODI PG PAUD STKIP Situs
Banten
Jl. Bhayangkara Cipocok
Jaya Serang – Banten Telp. (0254) 220193
NUNI YUNIAWATI,
M.PD
PRODI PG PAUD STKIP Situs
Banten
Jl. Bhayangkara Cipocok
Jaya Serang – Banten Telp. (0254) 220193
Abstract: This article describes the activities of
practicum batik in early childhood early childhood is age 6-8 years. Methods of
this action research using a combined method that is using qualitative methods
and quantitative methods. The action research model used is the Kemmis and
Taggart model. Research data obtained from observation and interview. The
results of this study indicate an increase in the creativity of children
through the practice of batik namely batik and batik jumputan. Playing
activities and interests of children on the practice of batik, is a capability
that is characterized by four aspects of creativity: fluency, flexibility,
originality, and elaboration.
Keywords:
Creativity, early childhood, practicing batik
Abstrak: Artikel ini mendeskripsikan tentang kegiatan praktikum membatik pada anak
usia dini SD awal yaitu usia 6-8 tahun. Metode penelitian tindakan ini
menggunakan metode gabungan yaitu menggunakan metode kualitatif dan metode
kuantitatif. Model penelitian tindakan yang digunakan adalah model Kemmis dan
Taggart. Data penelitian diperoleh dari observasi dan wawancara. Hasil
penelitian ini menunjukan adanya
peningkatan dalam kreativitas anak melalui praktikum membatik yaitu
batik tulis dan batik jumputan. Kegiatan bermain dan ketertarikan yang dimiliki
anak terhadap praktikum membatik, adalah suatu kemampuan yang ditandai dengan
empat aspek kreativitas: kelancaran (fluency),
keluwesan (flexibility), keaslian (originality), dan elaborasi (elaboration).
Kata Kunci : Kreativitas,
anak usia dini, praktikum membatik
PENDAHULUAN
Salah satu cara meningkatkan
kreativitas anak usia dini adalah dengan banyak melakukan kegiatan pembelajaran
yang melibatkan siswa untuk berperan lebih aktif dan eksploratif, yaitu dengan
menggunakan metode pembelajaran praktikum. Metode
pembelajaran praktikum adalah suatu cara mengajar yang memberi kesempatan
kepada siswa untuk menemukan suatu fakta yang diperlukan atau ingin
diketahuinya. (Mirnayati,
2011:37). Praktikum yang menarik dan cocok bagi anak usia dini
adalah kegiatan seni. Saat peneliti mengobservasi siswa kelas 1 dan 2 SDN
Drangong II Taktakan Serang menjumpai bahwa di sekolah tersebut tingkat
kreativitas siswa masih rendah, dan masih sangat jarang untuk melakukan
pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum untuk pembelajaran seni. Pada
umumnya anak yang masih masuk dalam kategori anak usia dini senang bertanya dan
senang untuk mencoba hal-hal baru. Namun pada kelas 1 dan 2 di SDN Drangong II
Taktakan, anak- anak kurang berani bertanya dan takut menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru. Setiap membuat atau mengerjakan sesuatu,
anak selalu menunggu contoh dari guru. Mereka
mau mencontoh tetapi tidak mau
membuat sendiri, belum mencoba tapi sudah menyatakan tidak bisa. Peneliti melihat anak-anak tersebut sebenarnya bisa
dan kreatif, hanya perlu diberi kesempatan dan ditingkatkan.
Pembelajaran seni bagi siswa kelas 1
dan 2 SDN Drangong II Taktakan yang sering dilakukan adalah menggambar dan
mewarnai dengan menggunakan media kertas dan pensil warna. Untuk melakukan
kegitan praktikum seni membatik belum pernah dilakukan, hal tersebut
dikarenakan beberapa hal yang menjadi kendala seperti sarana dan prasarana yang
belum memadai untuk melakukan kegiatan praktikum, serta guru yang kurang
kompeten.
Pada dasarnya membatik adalah
menggambar dengan mengunakan canting dan zat perintang berupa wax yang
digoreskan pada kain, namun untuk membatik pada anak bisa diterapkan dengan
alat dan bahan yang lebih sederhana. Membatik dapat dijadikan alternatif untuk
pembelajaran seni bagi anak usia dini. Dengan kegiatan membatik diharapkan
siswa mendapatkan pengalaman baru dalam membuat sebuah karya seni dan lebih
meningkatkan kreativitasnya. Dari uraian
diatas maka peneliti mengharapkan metode praktikum membatik untuk anak
dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menjadi tempat bagi
anak untuk menuangkan ide/gagasan serta dapat meningkatkan kreativitas anak .
Maka penulis bertujuan untuk melakukan penelitian tentang “Peningkatan
Kreativitas Anak Usia 6-8 Tahun Melalui Metode Praktikum Membatik di Kelas 1
dan 2 SDN Drangong II taktakan Serang”.
Kreativitas
Kreativitas
merupakan ide atau pikiran manusia yang bersifat inovatif, berdaya guna, dan
dapat dimengerti, sehingga hasil pikiran anak yang baru merupakan bentuk
kreativitas dari individu anak. (Lawrence dalam Suratno, 2003: 24).
Kreatif merupakan suatu sifat yang
dimiliki oleh seseorang yang mempunyai
kreativitas. Hal ini dikarenakan hanya orang kreatif yang mempunyai ide gagasan kreatif dan
original. Orang akan menjadi kreatif apabila distimulasi
sejak dini. Anak dikatakan kreatif
apabila mampu menghasilkan produk secara kreif serta tidak tergantung dengan
orang lain yang berarti bahwa dalam memuaskan diri bukan karena tekanan dari luar.
Kreativitas yang ditunjukkan anak
merupakan bentuk kreativitas
yang original dengan frekuensi kemunculannya seolah tanpa
terkendali.
(Sujiono, 2005:134). Motivasi dalam
diri atau intrinsik tercipta dengan sendirinya dan mendorong timbulnya kreativitas, dan itu akan
berlangsung dalam kondisi mental
tertentu. (Suratno, 1990: 10).
Kreativitas dapat dibedakan menjadi
tiga pengertian, yaitu: Pertama, kemampuan untuk membuat kondisi baru,
berdasarkan data, informasi, dan unsur-unsur yang ada (daya cipta). Kedua, kemampuan
menggunakan data atau informasi yang tersedia. Ketiga, kemampuan yang
mencerminkan kelancaran, keluwesan, kemurnian (orisinal) dalam mengembangkan
dan memperkaya gagasan. Secara khusus, kreativitas berkarya senirupa diartikan
sebagai kemampuan menemukan, mencipta,
membuat, merancang ulang, dan memadukan suatu gagasan baru maupun lama menjadi
kombinasi baru yang divisualkan ke dalam komposisi suatu karya senirupa dengan
didukung kemampuan terampil yang dimilikinya (Dirjen Dikti, 2005: 11).
Berdasarkan dari beberapa pendapat yang telah dipaparkan diatas
dapat diartikan bahwa kreativitas adalah suatu kemampuan untuk menghasilkan
gagasan baru, memecahkan masalah, dan ide serta mempunyai maksud dan tujuan
yang ditentukan. Kreativitas dalam bidang seni dimaknai sebagai berkarya yaitu
suatu kemampuan untuk mewujudkan karya seni sebagai hasil kreativitasnya.
Kreativitas dalam penelitian ini adalah suatu kemampuan yang ditandai dengan
empat aspek kreativitas: kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility),
keaslian (originality), dan elaborasi (elaboration).
Memahami kreativitas anak perlu
diperhatikan karakteristik tindakan anak secara umum yang menunjukkan
kreativitas. Paul Torrance dari Universitas Georgia (Suratno, 2005: 11)
menyebutkan karakteristik tindakan anak yang menunjukkan kreativitas adalah sebagai
berikut; belajar kreatif, rentang
perhatian panjang, mampu mengorganisasikan yang menakjubkan, dapat kembali
kepada sesuatu yang sudah dikenalnya dan melihat dari cara yang berbeda,
belajar banyak melalui fantasi dan memecahkan permasalahan dengan menggunakan
pengalamannya, menikmati permainan dengan kata-kata dan tempat sebagai
pencerita yang alami.
Ciri-ciri kreativitas anak dapat
diketahui melalui pengamatan terhadap perilaku anak yang berbeda dengan anak
pada umumnya. Peningkatan kreativitas dapat dilakukan dengan berbagai macam
kegiatan eksperimen dan eksplorasi yang dapat dilakukan oleh anak. Hal yang
perlu dipahami adalah cara memfasilitasi anak agar kreativitasnya dapat
berkembang, dan hal tersebut menjadi tugas orang tua, guru, dan linkungan sekitar.
Ciri-ciri Kreativitas Anak menurut
pendapat Utami Munandar (2009: 71) diantaranya yaitu:
a.
Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam
b.
Sering mengajukan pertanyaan yang baik
c.
Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah
d.
Bebas dalam menyatakan pendapat
e.
Mempunyai rasa keindahan yang dalam
f.
Menonjol dalam salah satu bidang seni
g.
Mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi/sudut pandang
h.
Mempunyai rasa humor yang luas
i.
Mempunyai daya imajinasi
j.
Orisinal dalam ungkapan gagasan dan dalam pemecahan masalah.
Orang yang kreatif dalam berpikir berbeda dengan orang yang tidak
kreatif. Berdasarkan berbagai definisi tentang kreativitas yang dikemukakan
para ahli, Rhodes menyebutkan empat ciri kreativitas sebagai “Four P’s Creativity” atau empat P, yaitu:
1)
Person,
merupakan keunikan individu dalam pikiran dan ungkapnya.
2)
Process,
yaitu kelancaran, fleksibilitas dan orisionalitas dalam berpikir.
3)
Press,
merupakan situasi kehidupan dan lingkungan sosial yang memberi kemudahan dan
dorongan untuk menampilkan tindakan kreatif.
4)
Product,
diartikan sebagai kemampuan dalam menghasilkan karya yang baru dan orisinil dan
bermakna (Sugihartono dkk.; 2007:
14-15).
Faktor Pendukung Kreativitas
Untuk terciptanya suatu
kreatifitas, ada beberapa faktor yang dapat mendukung perkembangan kreativitas
pada anak. Kondisi yang dapat meningkatkan kreativitas anak menurut Hurlock
(1978: 11), yaitu adalah :
a) Waktu, anak kreatif membutuhkan waktu untuk
menuangkan ide/gagasan atau konsep-konsep dan mencobanya dalam bentuk baru atau
original. Anak-anak TK jika sudah mencoba sesuatu mereka tidak mau atau sulit
untuk pindah pada kegiatan yang lain.
b)
Kesempatan menyendiri, anak membutuhkan waktu dan kesempatan menyendiri untuk
mengembangkan imajinasinya. Adakalanya anak tidak mau membaur dengan
teman-temannya karena sedang melakukan sesuatu yang menarik perhatiannya.
c)
Dorongan, terlepas seberapa jauh hasil belajar anak memenuhi standar orang
dewasa, mereka memerlukan dorongan atau motivasi untuk kreatif, bebas dari
ejekan. Anak kreatif biasanya dianggap tidak sama dengan teman lain dan mungkin
berbuat sesuatu yang aneh menurut orang dewasa dan membuat orangtua khawatir.
d)
Sarana, untuk merangsang dorongan eksperimen dan eksplorasi perlu disediakan
sarana bermain.
Faktor Penghambat
Kreativitas
Selain
faktor-faktor yang mendukung kreativitas, ada pula beberapa faktor yang dapat
menjadi pengambat kreativitas bagi anak. Berikut ini adalah faktor-faktor
penghambat kreativitas menurut Imam Musbikin (2007: 7) :
Metode Pembelajaran Praktikum
Metode praktikum adalah
metode mengajar yang mengajak siswa melakukan kegiatan percobaan untuk
membuktikan atau menguji teori yang telah dipelajari memang memiliki kebenaran.
(Nurlaeli, 2013:19). Menurut Djamarah dan Zain
(2002:95) memberi pengertian bahwa
metode pembelajaran praktikum adalah proses pembelajaran dimana siswa melakukan
dan mengalami sendiri, mengikuti proses, mengamati obyek, menganalisis,
membuktikan dan menarik kesimpulan suatu obyek, keadaan dan proses dari materi
yang dipelajari tentang gejala alam dan interaksinya. Metode pembelajaran praktikum
adalah suatu cara mengajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan
suatu fakta yang diperlukan atau ingin diketahuinya. (Mirnayati, 2011:37).
Dari pengertian yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan
bahwa metode praktikum adalah metode pembelajaran yang dilakukan siswa untuk
melakukan proses, mengalami sendiri dalam meneliti obyek, serta membuktikan dan
menguji kebenaran tentang suatu konsep yang dipelajari. melalui metode pembelajaran praktikum siswa
dapat memiliki banyak pengalaman, baik pengalaman yang dilakukan berupa
pengamatan langsung, ataupun melakukan percobaan sendiri dengan objek tertentu.
Melalui pengalaman langsung (first-hand experiences),
siswa dapat belajar lebih mudah dibandingkan dengan belajar melalui sumber
sekunder, misalnya buku. Hal tersebut sangat sesuai dengan pendapat Bruner yang
menyatakan bahwa anak belajar dengan pola inactive melalui perbuatan (learning
by doing) akan dapat mentrasnfer ilmu pengetahuan yang
dimilikinya pada berbagai situasi. (Mirnayati,
2011:46).
Membatik
Batik sama artinya dengan
menulis, tetapi batik secara umum memiliki arti khusus yaitu melukis pada kain
mempergunakan lilin (malam) dengan menggunakan alat yaitu canting. Berikut ini
adalah pendapat yang menyebutkan tentang asal mula kata batik : Kata tik pada kain batik berasal dari kata
Melayu, yang berarti titik-titik atau tetes-tetes, maksudnya sama dengan
menulis atau menggambar. Batik yang mengandung titik-titik atau tetes-tetes
menunjukkan bahwa dalam proses batik dibutuhkan kesabaran serta kesungguhan.
(Taruna, 1999:22).
Jika ditinjau dari asal
katanya, batik berarti suatu tulisan atau gambar, yang seolah-olah mempunyai
bayangan. Pada kain batik, garis-garis yang membentuk motif serta memiliki
warna yang berbeda namun saling berdekatan, maka warna tersebut akan tercipta
seperti warna gelap dan terang yang menjadikan seolah-olah garis tersebut
menyerupai bayangan. batik dapat juga disebut sebagai suatu karya seni di atas
kain yang dihasilkan dari proses rintang warna dengan menggunakan malam.
(Yussac,1969).
Batik juga dapat
dikatakan sebagai suatu teknik untuk memberi hiasan pada kain dengan cara
menutupi bagian-bagian tertentu dengan menggunakan zat perintang. Zat perintang
yang sering digunakan adalah lilin atau malam.
Kain yang sudah selesai digambari dengan malam kemudian diberi warna dengan
cara dicelup, bisa juga dicolet dengan menggunakan zat pewarna dengan alat
bantu berupa kuas. Setelah melalui proses pewarnaan, malam dihilangkan dengan cara merebus kain. Akhirnya dihasilkan
sebuah kain yang disebut batik atau batikan berupa beragam
motif.
Dalam penelitian
ini, membatik akan diajarkan pada anak usia 6-8 tahun siswa SD. Untuk lebih
memudahkan dan disesuaikan dengan kemampuan anak, maka media yang akan
digunakan adalah media yang sifatnya serupa namun lebih sederhana. Wax atau zat
lilin yang digunakan untuk menggambar motif diganti dengan lem putih, pewarna
batik menggunakan cat akrilik, pewarnaan menggunakan kuas lukis, dan media
gambar berupa kain katun ukuran 20 cm x 25 cm.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah
penelitian tindakan yang bersifat partisipatif dan kolaboratif. Pendekatan
kualitatif menjelaskan peristiwa yang dilakukan dalam penelitian ini sehingga
mendapatkan gambaran dan penjelasan uang lengkap dalam pelaksanaan penelitian
tindakan. Pendekatn kuantitatif digunakan untuk menganalisis data hasil proses
belajar mengajar atau membandingkan nilai peserta didik sebelum dan sesudah
penelitian tindakan dilakukan.
Penelitian ini menggunakan desain Kemmis
dan Taggart. Desain dan prosedur pada penelitian tindakan ini meliputi tahap
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Sebelum membuat perencanaan
program kegiatan, dilakukan tes awal terlebih dahulu. Tes awal dengan maksud
untuk mengetahui kemampuan kreativitas yang dimiliki anak. Hasil ters tersebut
digunakan untuk membandingkan hasil tes pada ahkir tindakan untuk melihat
apakah tindakan yang dilakukan sudah menunjukkan peningkatan atau belum. Dalam
peoses perencanaan, dirancang kegiatan yang memadukan pengembangan kreativitas
membatik dengan menggunakan media kertas HVS untuk menggambar sketsa yang
kemudian akan digambar kembali pada kain untuk membatik.
Pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah dengan melakukan observasi untuk mengukur kreativitas anak yang
berkaitan dengan kelancaran dalam melakukan proses membuat batik, mengamati
seberapa kemampuan anak untuk menuangkan kreativitasnya dalam membuat gambar
pada media kertas dan kain, membandingkan hasil pekerjaan satu siswa dengan
siswa yag lain apakah siswa tersebut mampu mengolah bidang gambar dengan baik /
gambar yang dibuat dapat memenuhi bidang gambar. Observasi dilakukan pada saat aktivitas membuat motif/ gambar berjalan
selama praktikum berjalan di kelas 1 dan 2 SDN Drangong II taktakan Serang,
dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan pada saat kegiatan/aktivitas
praktikum berjalan, tanpa mengganggu proses belajar
mengajar yang sedang berlangsung.
Observasi dilakukan oleh guru dibantu guru pendamping sebagai kolaborator.
Selanjutnya adalah melalui wawancara,
Teknik wawancara ini digunakan untuk
mengukur flexibility atau kelancaran dapat dilihat ketika masing-
masing anak menggambar apa yang
mereka sukai dan menuangkan idenya dengan goresan pada media gambar dengan
mudah, mewarnai gambar dengan kuas dan cat akrilik. Alasan anak dalam
menjelaskan gambar yang dibuatnya dan untuk mengukur pengembangan ide/gagasan
anak atau elaborasi. Wawancara juga dilakukan untuk memastikan kembali seberapa
jauh kemampuan siswa dalam memahami proses praktikum yang ia lakukan. Wawancara
dilakukan oleh guru dengan cara mengajukan pertanyaan berkaitan dengan apa yang
digambar atau dilakukan anak pada saat
kegiatan membuat gambar pada kertas sketsa. Wawancara bertujuan untuk
mengetahui keterangan dari siswa terhadap pengembangan idenya tentang gambar
yang dibuatnya.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Setelah diberikan tindakan berupa
kegiatan membatik melalui metode praktikum, terdapat peningkatan skor kemampuan
membatik dari pra-intervensi sampai pada akhir siklus II. Peningkatan
kreativitas anak dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1
Peningkatan
Kreativitas membatik dari Pra-Interval,
Siklus I sampai
Siklus II
Responden
|
Pra-Intervensi
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Peningkatan
|
|||
Skor
|
%
|
Skor
|
%
|
Skor
|
%
|
||
AD
|
31
|
51,67
|
36
|
60,00
|
46,5
|
77,50
|
25,83
|
IN
|
31,5
|
50,42
|
35,5
|
58,75
|
42,5
|
75,83
|
25,41
|
TG
|
38
|
63,3
|
44
|
72,50
|
51
|
84,17
|
20,84
|
SI
|
32,5
|
54,17
|
37,5
|
62,50
|
45
|
75,00
|
20,83
|
MA
|
27
|
45,00
|
33,5
|
55,83
|
43
|
71,67
|
26,67
|
DK
|
29
|
48,33
|
34
|
56,67
|
42
|
70,00
|
21,67
|
KL
|
30,5
|
50,83
|
37
|
61,67
|
43,5
|
72,50
|
21,67
|
TG
|
34,5
|
57,50
|
37,5
|
62,50
|
46,5
|
77,50
|
20,00
|
BR
|
31,5
|
52,50
|
38
|
63,33
|
45
|
75,00
|
22,50
|
GK
|
29
|
48,33
|
35
|
58,33
|
44
|
73,33
|
25,00
|
ST
|
30,5
|
50,83
|
39
|
65,00
|
43,5
|
72,50
|
21,67
|
EG
|
26,5
|
44,17
|
32,5
|
54,17
|
43,5
|
72,50
|
28,33
|
YH
|
28,5
|
47,50
|
33,5
|
55,83
|
43,5
|
72,50
|
25,00
|
YN
|
29
|
48,33
|
32
|
53,33
|
46,5
|
77,50
|
29,17
|
NY
|
28
|
46,67
|
36,5
|
60,83
|
44,5
|
74,17
|
27,50
|
KIA
|
29,5
|
49,17
|
36
|
60,00
|
42
|
70,00
|
20,83
|
PG
|
25
|
41,67
|
33,5
|
55,83
|
39
|
64,17
|
22,50
|
JN
|
28,5
|
47,50
|
34
|
56,67
|
45
|
75,00
|
27,50
|
LH
|
37,5
|
62,50
|
44
|
73,33
|
50
|
83,33
|
20,83
|
PK
|
32
|
53,33
|
36
|
60,00
|
45
|
75,00
|
21,67
|
UK
|
34,5
|
57,50
|
41,5
|
69,17
|
51,5
|
85,83
|
28,33
|
YG
|
28,5
|
47,5
|
35
|
58,33
|
44
|
73,33
|
25,80
|
NN
|
37,5
|
62,5
|
42
|
70,00
|
49,5
|
82,50
|
220,00
|
KS
|
27
|
45,00
|
33,5
|
55,83
|
42,5
|
70,83
|
25,83
|
PM
|
31
|
51,67
|
38
|
63,33
|
47
|
78,33
|
26,66
|
HG
|
31
|
51,67
|
33,5
|
55,83
|
44
|
73,33
|
21,66
|
SK
|
37,5
|
62,50
|
46
|
76,67
|
50,5
|
84,17
|
21,67
|
TR
|
34,5
|
57,50
|
36,5
|
60,83
|
47
|
78,33
|
20,83
|
KP
|
34,5
|
57,50
|
37
|
61,67
|
47,5
|
79,17
|
21,67
|
Rata-rata
Kelas
|
31,22
|
52,00
|
36,90
|
61,45
|
45,34
|
75,69
|
23,69
|
Berdasarkan data hasil penimgkatan
kreativitas anak di SDN Drangong 2 Taktakan Serang Banten usia 6-8 Tahun yang
berjumlah 29 orang dapat dilihat dari Pra-intervensi dengan rata-rata hasil
kreativitas 52,00% mengalami peningkatan pada siklus I sebesar 9,45% menjadi 61,45%. Selanjutnya, dari siklus I ke
siklus II peningkatan kreativitas anak mengalami peningkatan sebesar 14,24%
dari 61,45% menjadi 75,69%.
Kegiatan pembelajaran
diawali dengan doa bersama, menyiapkan kondisi kelas untuk siap menerima
pembelajaran, Guru menerangkan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan,
memberi penjelasaan teori dan prosedur atau tahapan yang akan dilakukan pada
praktikum membatik. Selanjutnya anak
diajak menuju ke lapangan atau area terbuka di sekitar sekolah. Anak diberi
kertas A4 dan diberikan kebebasan dalam menggambar. Selama kegiatan berlangsung
guru bersama kolaborator melakukan pengamatan, pencatatan, dan penguatan
apabila diperlukan. Setelah kegiatan menggambar sketsa kemudian dilanjutkan
dengan memindahkan gambar sketsa pada kain. Kegiatan tahap awal membatik
dilakukan pada satu kali pertemuan, hal ini dikarenakan agar anak tidak cepat
bosan dan lelah.
Memberi
lem sesuai bentuk gambar, kegiatan
ini dilakukan secara kelompok, satu kelompok terdiri dari dua anak, dengan
maksud agar anak dapat bekerjasama saat proses ini. Alat yang digunakan adalah
lem putih kemasan tube yang mudah digunakan sehingga langsung dapat
diaplikasikan pada gambar yang ada di kain yang sudah dibuat terlebih dahulu di
tahap pertama. Kegiatan ini dilakukan di dalam kelas supaya lebih mudah
dipantau oleh guru, lebih tertib, dan proses pengerjaan akan lebih mudah bila
dilakukan diatas bidang datar seperti meja kelas. Kegiatan ini juga bertujuan
melatih keberanian siswa untuk mencoba mengaplikasikan lem pada gambar di atas
kain dengan penuh kehati-hatian dan kesabaran. Setelah selesai memberi lem pada
gambar diatas kain, kemudian kain
dijemur untuk mengeringkan lem, sambil menunggu lem kering siswa diajak untuk reviewing proses apa saja yang sudah
mereka lakukan, kemudian diisi pula dengan kegiatan permainan anak dan
bernyanyi agar anak tidak merasa jenuh dan tetap bersemangat. Pada proses atau
tahap kedua, dilakuan satu kali pertemuan karena proses pengeringan memerlukan
waktu yang cukup banyak tergantung dari intensitas cahaya matahari.
Mewarnai bidang kain, aktivitas menggambar ini sebagai kelanjutan tahap
kedua, setelah lem kering maka tahap berikutnya adalah tahap mewarnai. Siswa
diminta untuk mempersiapkan hasil praktikum yang telah dilakukan pada kegiatan
sebelumnya, guru akan memberi penjelasan tentang kegiatan praktikum yang akan
dilakukan pada pertemuan hari itu. Lalu siswa diajak keluar kelas, proses pewarnaan
akan dilakukan di luar kelas agar suasana belajar lebih menyenangkan. Setelah
siswa sudah terkondisikan dengan baik, guru memberikan contoh pencampura warna
cat dan memberikan alat dan bahan pada siswa untuk kebutuhan mewarnai. Siswa
diminta untuk memperiapkan gelas berisi air untuk pencampur cat, kemudian siswa
diberi palet, kuas, dan cat akrilik. Guru memantau kegiatan siswa selama proses
berlangsung. Setelah proses mewarnai selesai, hasilnya dijemur kembali agar cat
cepat kering. Selama menunggu proses pengeringan siswa diajak mengulas kembali
kegiatan yag sudah mereka lakukan, siswa diajak bermain dan bernyanyi. Kegiatan
ini dilakukan satu kali pertemuan.
Proses membilas menghilangkan sisa
lem, pada pertemuan kali ini, siswa diminta untuk membilas kain yang sudah
diwarnai, kegiatan dilakukan di luar kelas. Guru membantu siswa pada proses
pembilasan untuk menghilangkan lem. Kain dicuci/ dibilas pada air mengalir
sambil digosok perlahan sampai sisa lem hilang. Tahap berikutnya yaitu menjemur
kain yang telah dibilas, ketika kain sudah kering maka efek batik akan
terlihat.
Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
secara kuantitatif terjadi peningkatan kreativitas anak dengan menggunakan
metode praktikum membatik, diantaranya adalah membatik tulis dan batik
jumputan. Data kuantitatif perubahan masing-masing siklus dilakukan dengan
menggunakan prosentase rata-rata pencapaian peningkatan kreativitas pada anak
usia 6-8 tahun di SDN Drangong 2 Taktakan Serang Banten. Pencapaian peningkatan
reativitas anak melalui metode praktikum membatik pada anak usia 6-8 tahun
sesuai dengan kesepakatan antara peneliti dan kolaborator.
Indikator
keberhasilan dalam penelitian ini adalah meningkatnya kreativitas anak melalui
kegiatan praktikum membatik ditandai
dengan kemampuan anak yang menunjukkan kelancaran/fluency,
keluwesan/flexibility. keaslian/originality, dan elaborasi/elaboration.
Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila 75% dari jumlah anak
yang diteliti mendapat nilai dengan kriteria kreativitas tinggi yang
ditunjukkan dengan pencapaian yaitu sebesar 20% dari pra-intervensi telah
dicapai pada siklus kedua dengan rata-rata peningkatan sebesar 23,69%.
Implikasi Hasil Penelitian
Implikasi teoritik dari penelitian
ini adalah bagi pengembangan keilmuan di program studi pendidikan anak usia
dini, terutama dalam pengembangan keilmuan mengenai cara meningkatkan
kreativitas anak usia 6-8 tahun melalui metode praktikum membatik. Implikasi
praktis dari penelitian ini adalah guru dapat memberikan beragam kegiatan
membatik melalui metode praktikum yang dapat meningkatkan kreativitas pada anak
ddngan memperhatikan langkah-langkah kegiatan bermain yang sesuai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar