Senin, 13 Mei 2019

PENINGKATAN KREATIVITAS PADA ANAK USIA DINI KELAS SD AWAL USIA 6-8 TAHUN MELALUI METODE PRAKTIKUM MEMBATIK


NURYATI, M.PD
PRODI PG PAUD STKIP Situs Banten
Jl. Bhayangkara Cipocok Jaya Serang – Banten Telp. (0254) 220193

NUNI YUNIAWATI, M.PD
PRODI PG PAUD STKIP Situs Banten
Jl. Bhayangkara Cipocok Jaya Serang – Banten Telp. (0254) 220193

Abstract: This article describes the activities of practicum batik in early childhood early childhood is age 6-8 years. Methods of this action research using a combined method that is using qualitative methods and quantitative methods. The action research model used is the Kemmis and Taggart model. Research data obtained from observation and interview. The results of this study indicate an increase in the creativity of children through the practice of batik namely batik and batik jumputan. Playing activities and interests of children on the practice of batik, is a capability that is characterized by four aspects of creativity: fluency, flexibility, originality, and elaboration.
Keywords: Creativity, early childhood, practicing batik

Abstrak: Artikel ini mendeskripsikan  tentang kegiatan praktikum membatik pada anak usia dini SD awal yaitu usia 6-8 tahun. Metode penelitian tindakan ini menggunakan metode gabungan yaitu menggunakan metode kualitatif dan metode kuantitatif. Model penelitian tindakan yang digunakan adalah model Kemmis dan Taggart. Data penelitian diperoleh dari observasi dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukan adanya  peningkatan dalam kreativitas anak melalui praktikum membatik yaitu batik tulis dan batik jumputan. Kegiatan bermain dan ketertarikan yang dimiliki anak terhadap praktikum membatik, adalah suatu kemampuan yang ditandai dengan empat aspek kreativitas: kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), dan elaborasi (elaboration).
Kata Kunci :  Kreativitas, anak usia dini, praktikum membatik



PENDAHULUAN
         Salah satu cara meningkatkan kreativitas anak usia dini adalah dengan banyak melakukan kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk berperan lebih aktif dan eksploratif, yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran praktikum. Metode pembelajaran praktikum adalah suatu cara mengajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu fakta yang diperlukan atau ingin diketahuinya. (Mirnayati, 2011:37). Praktikum yang menarik dan cocok bagi anak usia dini adalah kegiatan seni. Saat peneliti mengobservasi siswa kelas 1 dan 2 SDN Drangong II Taktakan Serang menjumpai bahwa di sekolah tersebut tingkat kreativitas siswa masih rendah, dan masih sangat jarang untuk melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum untuk pembelajaran seni. Pada umumnya anak yang masih masuk dalam kategori anak usia dini senang bertanya dan senang untuk mencoba hal-hal baru. Namun pada kelas 1 dan 2 di SDN Drangong II Taktakan, anak- anak kurang berani bertanya dan takut menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Setiap membuat atau mengerjakan sesuatu, anak selalu menunggu contoh dari guru. Mereka  mau mencontoh  tetapi tidak mau membuat sendiri, belum mencoba tapi sudah menyatakan tidak bisa. Peneliti  melihat anak-anak tersebut sebenarnya bisa dan kreatif, hanya perlu diberi kesempatan dan ditingkatkan.
         Pembelajaran seni bagi siswa kelas 1 dan 2 SDN Drangong II Taktakan yang sering dilakukan adalah menggambar dan mewarnai dengan menggunakan media kertas dan pensil warna. Untuk melakukan kegitan praktikum seni membatik belum pernah dilakukan, hal tersebut dikarenakan beberapa hal yang menjadi kendala seperti sarana dan prasarana yang belum memadai untuk melakukan kegiatan praktikum, serta guru yang kurang kompeten. 
         Pada dasarnya membatik adalah menggambar dengan mengunakan canting dan zat perintang berupa wax yang digoreskan pada kain, namun untuk membatik pada anak bisa diterapkan dengan alat dan bahan yang lebih sederhana. Membatik dapat dijadikan alternatif untuk pembelajaran seni bagi anak usia dini. Dengan kegiatan membatik diharapkan siswa mendapatkan pengalaman baru dalam membuat sebuah karya seni dan lebih meningkatkan kreativitasnya. Dari uraian  diatas maka peneliti mengharapkan metode praktikum membatik untuk anak dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menjadi tempat bagi anak untuk menuangkan ide/gagasan serta dapat meningkatkan kreativitas anak . Maka penulis bertujuan untuk melakukan penelitian tentang “Peningkatan Kreativitas Anak Usia 6-8 Tahun Melalui Metode Praktikum Membatik di Kelas 1 dan 2 SDN Drangong II taktakan Serang”.

Kreativitas
         Kreativitas merupakan ide atau pikiran manusia yang bersifat inovatif, berdaya guna, dan dapat dimengerti, sehingga hasil pikiran anak yang baru merupakan bentuk kreativitas dari individu anak. (Lawrence dalam Suratno, 2003: 24). Kreatif merupakan suatu sifat yang dimiliki oleh seseorang yang mempunyai kreativitas. Hal ini dikarenakan hanya orang kreatif  yang mempunyai ide gagasan kreatif dan original. Orang akan menjadi kreatif apabila distimulasi sejak dini. Anak dikatakan kreatif apabila mampu menghasilkan produk secara kreif serta tidak tergantung dengan orang lain yang berarti bahwa dalam memuaskan diri bukan karena tekanan dari luar.
         Kreativitas yang ditunjukkan anak merupakan bentuk kreativitas yang original dengan frekuensi kemunculannya seolah tanpa terkendali. (Sujiono, 2005:134). Motivasi dalam diri atau intrinsik tercipta dengan sendirinya dan mendorong timbulnya kreativitas, dan itu akan berlangsung dalam kondisi mental tertentu. (Suratno, 1990: 10).
         Kreativitas dapat dibedakan menjadi tiga pengertian, yaitu: Pertama, kemampuan untuk membuat kondisi baru, berdasarkan data, informasi, dan unsur-unsur yang ada (daya cipta). Kedua, kemampuan menggunakan data atau informasi yang tersedia. Ketiga, kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, kemurnian (orisinal) dalam mengembangkan dan memperkaya gagasan. Secara khusus, kreativitas berkarya senirupa diartikan sebagai kemampuan  menemukan, mencipta, membuat, merancang ulang, dan memadukan suatu gagasan baru maupun lama menjadi kombinasi baru yang divisualkan ke dalam komposisi suatu karya senirupa dengan didukung kemampuan terampil yang dimilikinya (Dirjen Dikti, 2005: 11).
         Berdasarkan dari beberapa pendapat yang telah dipaparkan diatas dapat diartikan bahwa kreativitas adalah suatu kemampuan untuk menghasilkan gagasan baru, memecahkan masalah, dan ide serta mempunyai maksud dan tujuan yang ditentukan. Kreativitas dalam bidang seni dimaknai sebagai berkarya yaitu suatu kemampuan untuk mewujudkan karya seni sebagai hasil kreativitasnya. Kreativitas dalam penelitian ini adalah suatu kemampuan yang ditandai dengan empat aspek kreativitas: kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), dan elaborasi (elaboration).
         Memahami kreativitas anak perlu diperhatikan karakteristik tindakan anak secara umum yang menunjukkan kreativitas. Paul Torrance dari Universitas Georgia (Suratno, 2005: 11) menyebutkan karakteristik tindakan anak yang menunjukkan kreativitas adalah sebagai berikut; belajar kreatif,  rentang perhatian panjang, mampu mengorganisasikan yang menakjubkan, dapat kembali kepada sesuatu yang sudah dikenalnya dan melihat dari cara yang berbeda, belajar banyak melalui fantasi dan memecahkan permasalahan dengan menggunakan pengalamannya, menikmati permainan dengan kata-kata dan tempat sebagai pencerita yang alami.
         Ciri-ciri kreativitas anak dapat diketahui melalui pengamatan terhadap perilaku anak yang berbeda dengan anak pada umumnya. Peningkatan kreativitas dapat dilakukan dengan berbagai macam kegiatan eksperimen dan eksplorasi yang dapat dilakukan oleh anak. Hal yang perlu dipahami adalah cara memfasilitasi anak agar kreativitasnya dapat berkembang, dan hal tersebut menjadi tugas orang tua, guru, dan linkungan sekitar. Ciri-ciri Kreativitas Anak menurut pendapat Utami Munandar (2009: 71) diantaranya yaitu:
a. Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam
b. Sering mengajukan pertanyaan yang baik
c. Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah
d. Bebas dalam menyatakan pendapat
e. Mempunyai rasa keindahan yang dalam
f. Menonjol dalam salah satu bidang seni
g. Mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi/sudut pandang
h. Mempunyai rasa humor yang luas
i. Mempunyai daya imajinasi
j. Orisinal dalam ungkapan gagasan dan dalam pemecahan masalah.
         Orang yang kreatif dalam berpikir berbeda dengan orang yang tidak kreatif. Berdasarkan berbagai definisi tentang kreativitas yang dikemukakan para ahli, Rhodes menyebutkan empat ciri kreativitas sebagai “Four P’s Creativity”  atau empat P, yaitu:
1)        Person, merupakan keunikan individu dalam pikiran dan ungkapnya.
2)        Process, yaitu kelancaran, fleksibilitas dan orisionalitas dalam berpikir.
3)        Press, merupakan situasi kehidupan dan lingkungan sosial yang memberi kemudahan dan dorongan untuk menampilkan tindakan kreatif.
4)        Product, diartikan sebagai kemampuan dalam menghasilkan karya yang baru dan orisinil dan bermakna (Sugihartono dkk.;  2007: 14-15).

Faktor Pendukung Kreativitas
                   Untuk terciptanya suatu kreatifitas, ada beberapa faktor yang dapat mendukung perkembangan kreativitas pada anak. Kondisi yang dapat meningkatkan kreativitas anak menurut Hurlock (1978: 11), yaitu adalah :
 a) Waktu, anak kreatif membutuhkan waktu untuk menuangkan ide/gagasan atau konsep-konsep dan mencobanya dalam bentuk baru atau original. Anak-anak TK jika sudah mencoba sesuatu mereka tidak mau atau sulit untuk pindah pada kegiatan yang lain.
b) Kesempatan menyendiri, anak membutuhkan waktu dan kesempatan menyendiri untuk mengembangkan imajinasinya. Adakalanya anak tidak mau membaur dengan teman-temannya karena sedang melakukan sesuatu yang menarik perhatiannya.
c) Dorongan, terlepas seberapa jauh hasil belajar anak memenuhi standar orang dewasa, mereka memerlukan dorongan atau motivasi untuk kreatif, bebas dari ejekan. Anak kreatif biasanya dianggap tidak sama dengan teman lain dan mungkin berbuat sesuatu yang aneh menurut orang dewasa dan membuat orangtua khawatir.
d) Sarana, untuk merangsang dorongan eksperimen dan eksplorasi perlu disediakan sarana bermain.

Faktor Penghambat Kreativitas
         Selain faktor-faktor yang mendukung kreativitas, ada pula beberapa faktor yang dapat menjadi pengambat kreativitas bagi anak. Berikut ini adalah faktor-faktor penghambat kreativitas menurut Imam Musbikin (2007: 7) :

Metode Pembelajaran Praktikum
                   Metode praktikum adalah metode mengajar yang mengajak siswa melakukan kegiatan percobaan untuk membuktikan atau menguji teori yang telah dipelajari memang memiliki kebenaran. (Nurlaeli, 2013:19). Menurut Djamarah dan Zain (2002:95)  memberi pengertian bahwa metode pembelajaran praktikum adalah proses pembelajaran dimana siswa melakukan dan mengalami sendiri, mengikuti proses, mengamati obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan suatu obyek, keadaan dan proses dari materi yang dipelajari tentang gejala alam dan interaksinya. Metode pembelajaran praktikum adalah suatu cara mengajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu fakta yang diperlukan atau ingin diketahuinya. (Mirnayati, 2011:37).
                   Dari pengertian yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa metode praktikum adalah metode pembelajaran yang dilakukan siswa untuk melakukan proses, mengalami sendiri dalam meneliti obyek, serta membuktikan dan menguji kebenaran tentang suatu konsep yang dipelajari. melalui metode pembelajaran praktikum siswa dapat memiliki banyak pengalaman, baik pengalaman yang dilakukan berupa pengamatan langsung, ataupun melakukan percobaan sendiri dengan objek tertentu. Melalui pengalaman langsung (first-hand experiences), siswa dapat belajar lebih mudah dibandingkan dengan belajar melalui sumber sekunder, misalnya buku. Hal tersebut sangat sesuai dengan pendapat Bruner yang menyatakan bahwa anak belajar dengan pola inactive melalui perbuatan (learning by doing) akan dapat mentrasnfer ilmu pengetahuan yang dimilikinya pada berbagai situasi. (Mirnayati, 2011:46).

Membatik
     Batik sama artinya dengan menulis, tetapi batik secara umum memiliki arti khusus yaitu melukis pada kain mempergunakan lilin (malam) dengan menggunakan alat yaitu canting. Berikut ini adalah pendapat yang menyebutkan tentang asal mula kata batik : Kata tik pada kain batik berasal dari kata Melayu, yang berarti titik-titik atau tetes-tetes, maksudnya sama dengan menulis atau menggambar. Batik yang mengandung titik-titik atau tetes-tetes menunjukkan bahwa dalam proses batik dibutuhkan kesabaran serta kesungguhan. (Taruna, 1999:22).
      Jika ditinjau dari asal katanya, batik berarti suatu tulisan atau gambar, yang seolah-olah mempunyai bayangan. Pada kain batik, garis-garis yang membentuk motif serta memiliki warna yang berbeda namun saling berdekatan, maka warna tersebut akan tercipta seperti warna gelap dan terang yang menjadikan seolah-olah garis tersebut menyerupai bayangan. batik dapat juga disebut sebagai suatu karya seni di atas kain yang dihasilkan dari proses rintang warna dengan menggunakan malam. (Yussac,1969).
            Batik juga dapat dikatakan sebagai suatu teknik untuk memberi hiasan pada kain dengan cara menutupi bagian-bagian tertentu dengan menggunakan zat perintang. Zat perintang yang sering digunakan adalah lilin atau malam. Kain yang sudah selesai digambari dengan malam kemudian diberi warna dengan cara dicelup, bisa juga dicolet dengan menggunakan zat pewarna dengan alat bantu berupa kuas. Setelah melalui proses pewarnaan, malam dihilangkan dengan cara merebus kain. Akhirnya dihasilkan sebuah kain yang disebut batik atau batikan berupa beragam motif.
           Dalam penelitian ini, membatik akan diajarkan pada anak usia 6-8 tahun siswa SD. Untuk lebih memudahkan dan disesuaikan dengan kemampuan anak, maka media yang akan digunakan adalah media yang sifatnya serupa namun lebih sederhana. Wax atau zat lilin yang digunakan untuk menggambar motif diganti dengan lem putih, pewarna batik menggunakan cat akrilik, pewarnaan menggunakan kuas lukis, dan media gambar berupa kain katun ukuran 20 cm x 25 cm.

Metode Penelitian
       Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan yang bersifat partisipatif dan kolaboratif. Pendekatan kualitatif menjelaskan peristiwa yang dilakukan dalam penelitian ini sehingga mendapatkan gambaran dan penjelasan uang lengkap dalam pelaksanaan penelitian tindakan. Pendekatn kuantitatif digunakan untuk menganalisis data hasil proses belajar mengajar atau membandingkan nilai peserta didik sebelum dan sesudah penelitian tindakan dilakukan.
       Penelitian ini menggunakan desain Kemmis dan Taggart. Desain dan prosedur pada penelitian tindakan ini meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Sebelum membuat perencanaan program kegiatan, dilakukan tes awal terlebih dahulu. Tes awal dengan maksud untuk mengetahui kemampuan kreativitas yang dimiliki anak. Hasil ters tersebut digunakan untuk membandingkan hasil tes pada ahkir tindakan untuk melihat apakah tindakan yang dilakukan sudah menunjukkan peningkatan atau belum. Dalam peoses perencanaan, dirancang kegiatan yang memadukan pengembangan kreativitas membatik dengan menggunakan media kertas HVS untuk menggambar sketsa yang kemudian akan digambar kembali pada kain untuk membatik.
        Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan observasi untuk mengukur kreativitas anak yang berkaitan dengan kelancaran dalam melakukan proses membuat batik, mengamati seberapa kemampuan anak untuk menuangkan kreativitasnya dalam membuat gambar pada media kertas dan kain, membandingkan hasil pekerjaan satu siswa dengan siswa yag lain apakah siswa tersebut mampu mengolah bidang gambar dengan baik / gambar yang dibuat dapat memenuhi bidang gambar. Observasi  dilakukan pada  saat aktivitas membuat motif/ gambar berjalan selama praktikum berjalan di kelas 1 dan 2 SDN Drangong II taktakan Serang, dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan pada saat kegiatan/aktivitas praktikum berjalan, tanpa mengganggu proses belajar mengajar yang sedang berlangsung. Observasi dilakukan oleh guru dibantu guru pendamping sebagai kolaborator.
        Selanjutnya adalah melalui wawancara, Teknik  wawancara ini digunakan untuk mengukur flexibility atau kelancaran dapat dilihat ketika masing- masing anak menggambar apa yang mereka sukai dan menuangkan idenya dengan goresan pada media gambar dengan mudah, mewarnai gambar dengan kuas dan cat akrilik. Alasan anak dalam menjelaskan gambar yang dibuatnya dan untuk mengukur pengembangan ide/gagasan anak atau elaborasi. Wawancara juga dilakukan untuk memastikan kembali seberapa jauh kemampuan siswa dalam memahami proses praktikum yang ia lakukan. Wawancara dilakukan oleh guru dengan cara mengajukan pertanyaan berkaitan dengan apa yang digambar atau dilakukan anak  pada saat kegiatan membuat gambar pada kertas sketsa. Wawancara bertujuan untuk mengetahui keterangan dari siswa terhadap pengembangan idenya tentang gambar yang dibuatnya.

Hasil Penelitian dan Pembahasan
       Setelah diberikan tindakan berupa kegiatan membatik melalui metode praktikum, terdapat peningkatan skor kemampuan membatik dari pra-intervensi sampai pada akhir siklus II. Peningkatan kreativitas anak dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1
Peningkatan Kreativitas membatik dari Pra-Interval,
Siklus I sampai Siklus II

Responden
Pra-Intervensi
Siklus I
Siklus II
Peningkatan
Skor
%
Skor
%
Skor
%
AD
31
51,67
36
60,00
46,5
77,50
25,83
IN
31,5
50,42
35,5
58,75
42,5
75,83
25,41
TG
38
63,3
44
72,50
51
84,17
20,84
SI
32,5
54,17
37,5
62,50
45
75,00
20,83
MA
27
45,00
33,5
55,83
43
71,67
26,67
DK
29
48,33
34
56,67
42
70,00
21,67
KL
30,5
50,83
37
61,67
43,5
72,50
21,67
TG
34,5
57,50
37,5
62,50
46,5
77,50
20,00
BR
31,5
52,50
38
63,33
45
75,00
22,50
GK
29
48,33
35
58,33
44
73,33
25,00
ST
30,5
50,83
39
65,00
43,5
72,50
21,67
EG
26,5
44,17
32,5
54,17
43,5
72,50
28,33
YH
28,5
47,50
33,5
55,83
43,5
72,50
25,00
YN
29
48,33
32
53,33
46,5
77,50
29,17
NY
28
46,67
36,5
60,83
44,5
74,17
27,50
KIA
29,5
49,17
36
60,00
42
70,00
20,83
PG
25
41,67
33,5
55,83
39
64,17
22,50
JN
28,5
47,50
34
56,67
45
75,00
27,50
LH
37,5
62,50
44
73,33
50
83,33
20,83
PK
32
53,33
36
60,00
45
75,00
21,67
UK
34,5
57,50
41,5
69,17
51,5
85,83
28,33
YG
28,5
47,5
35
58,33
44
73,33
25,80
NN
37,5
62,5
42
70,00
49,5
82,50
220,00
KS
27
45,00
33,5
55,83
42,5
70,83
25,83
PM
31
51,67
38
63,33
47
78,33
26,66
HG
31
51,67
33,5
55,83
44
73,33
21,66
SK
37,5
62,50
46
76,67
50,5
84,17
21,67
TR
34,5
57,50
36,5
60,83
47
78,33
20,83
KP
34,5
57,50
37
61,67
47,5
79,17
21,67
Rata-rata Kelas
31,22
52,00
36,90
61,45
45,34
75,69
23,69

           Berdasarkan data hasil penimgkatan kreativitas anak di SDN Drangong 2 Taktakan Serang Banten usia 6-8 Tahun yang berjumlah 29 orang dapat dilihat dari Pra-intervensi dengan rata-rata hasil kreativitas 52,00% mengalami peningkatan pada siklus I sebesar 9,45%  menjadi 61,45%. Selanjutnya, dari siklus I ke siklus II peningkatan kreativitas anak mengalami peningkatan sebesar 14,24% dari 61,45% menjadi 75,69%.
         Kegiatan pembelajaran diawali dengan doa bersama, menyiapkan kondisi kelas untuk siap menerima pembelajaran, Guru menerangkan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, memberi penjelasaan teori dan prosedur atau tahapan yang akan dilakukan pada praktikum membatik. Selanjutnya anak diajak menuju ke lapangan atau area terbuka di sekitar sekolah. Anak diberi kertas A4 dan diberikan kebebasan dalam menggambar. Selama kegiatan berlangsung guru bersama kolaborator melakukan pengamatan, pencatatan, dan penguatan apabila diperlukan. Setelah kegiatan menggambar sketsa kemudian dilanjutkan dengan memindahkan gambar sketsa pada kain. Kegiatan tahap awal membatik dilakukan pada satu kali pertemuan, hal ini dikarenakan agar anak tidak cepat bosan dan lelah.
       Memberi  lem sesuai bentuk gambar, kegiatan ini dilakukan secara kelompok, satu kelompok terdiri dari dua anak, dengan maksud agar anak dapat bekerjasama saat proses ini. Alat yang digunakan adalah lem putih kemasan tube yang mudah digunakan sehingga langsung dapat diaplikasikan pada gambar yang ada di kain yang sudah dibuat terlebih dahulu di tahap pertama. Kegiatan ini dilakukan di dalam kelas supaya lebih mudah dipantau oleh guru, lebih tertib, dan proses pengerjaan akan lebih mudah bila dilakukan diatas bidang datar seperti meja kelas. Kegiatan ini juga bertujuan melatih keberanian siswa untuk mencoba mengaplikasikan lem pada gambar di atas kain dengan penuh kehati-hatian dan kesabaran. Setelah selesai memberi lem pada gambar diatas kain,  kemudian kain dijemur untuk mengeringkan lem, sambil menunggu lem kering siswa diajak untuk reviewing proses apa saja yang sudah mereka lakukan, kemudian diisi pula dengan kegiatan permainan anak dan bernyanyi agar anak tidak merasa jenuh dan tetap bersemangat. Pada proses atau tahap kedua, dilakuan satu kali pertemuan karena proses pengeringan memerlukan waktu yang cukup banyak tergantung dari intensitas cahaya matahari.
          Mewarnai bidang kain, aktivitas menggambar ini sebagai kelanjutan tahap kedua, setelah lem kering maka tahap berikutnya adalah tahap mewarnai. Siswa diminta untuk mempersiapkan hasil praktikum yang telah dilakukan pada kegiatan sebelumnya, guru akan memberi penjelasan tentang kegiatan praktikum yang akan dilakukan pada pertemuan hari itu. Lalu siswa diajak keluar kelas, proses pewarnaan akan dilakukan di luar kelas agar suasana belajar lebih menyenangkan. Setelah siswa sudah terkondisikan dengan baik, guru memberikan contoh pencampura warna cat dan memberikan alat dan bahan pada siswa untuk kebutuhan mewarnai. Siswa diminta untuk memperiapkan gelas berisi air untuk pencampur cat, kemudian siswa diberi palet, kuas, dan cat akrilik. Guru memantau kegiatan siswa selama proses berlangsung. Setelah proses mewarnai selesai, hasilnya dijemur kembali agar cat cepat kering. Selama menunggu proses pengeringan siswa diajak mengulas kembali kegiatan yag sudah mereka lakukan, siswa diajak bermain dan bernyanyi. Kegiatan ini dilakukan satu kali pertemuan.
            Proses membilas menghilangkan sisa lem, pada pertemuan kali ini, siswa diminta untuk membilas kain yang sudah diwarnai, kegiatan dilakukan di luar kelas. Guru membantu siswa pada proses pembilasan untuk menghilangkan lem. Kain dicuci/ dibilas pada air mengalir sambil digosok perlahan sampai sisa lem hilang. Tahap berikutnya yaitu menjemur kain yang telah dibilas, ketika kain sudah kering maka efek batik akan terlihat.

Simpulan
          Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara kuantitatif terjadi peningkatan kreativitas anak dengan menggunakan metode praktikum membatik, diantaranya adalah membatik tulis dan batik jumputan. Data kuantitatif perubahan masing-masing siklus dilakukan dengan menggunakan prosentase rata-rata pencapaian peningkatan kreativitas pada anak usia 6-8 tahun di SDN Drangong 2 Taktakan Serang Banten. Pencapaian peningkatan reativitas anak melalui metode praktikum membatik pada anak usia 6-8 tahun sesuai dengan kesepakatan antara peneliti dan kolaborator.
              Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah meningkatnya kreativitas anak melalui kegiatan praktikum membatik ditandai  dengan kemampuan anak yang menunjukkan kelancaran/fluency, keluwesan/flexibility. keaslian/originality, dan elaborasi/elaboration. Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila 75% dari jumlah anak yang diteliti mendapat nilai dengan kriteria kreativitas tinggi yang ditunjukkan dengan pencapaian yaitu sebesar 20% dari pra-intervensi telah dicapai pada siklus kedua dengan rata-rata peningkatan sebesar 23,69%.

Implikasi Hasil Penelitian
             Implikasi teoritik dari penelitian ini adalah bagi pengembangan keilmuan di program studi pendidikan anak usia dini, terutama dalam pengembangan keilmuan mengenai cara meningkatkan kreativitas anak usia 6-8 tahun melalui metode praktikum membatik. Implikasi praktis dari penelitian ini adalah guru dapat memberikan beragam kegiatan membatik melalui metode praktikum yang dapat meningkatkan kreativitas pada anak ddngan memperhatikan langkah-langkah kegiatan bermain yang sesuai.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar