NURYATI, M.PD
PRODI PAUD STKIP Situs Banten
Jl. Bhayangkara Cipocok Jaya Serang – Banten Telp. (0254) 220193
HILDA
ZAHRA LUBIS, M.PD
PRODI PIAUD UIN SUMATERA UTARA
Jl. Williem Iskandar Pasar V
Medan Estate
Email: hildazahralubisz@gmail.com
Abstract: The purpose of this study is to find information about
morality of children aged 5-6 years, about the intensity of children in playing
the internet and about the influence of the internet against moral age 5-6
years in TK Kasih Ananda Serang Banten. This research is conducted in TK
Kasih Ananda Serang Banten addressed at
Jamaksari No. 1 Kaligandu Serang Banten. this reserch uses quantitative
methodology . reserch data obtained through observation, interview and
questionnaire. The results of this study indicate that the internet has a
considerable impact on morality of children aged 5-6 years if used as often as
possible and otherwise. The variables and moral variables are significant
because t is greater than t table where 9,5 >1,70. The use of the internet will
increasingly adversely affect the child if the use is continuous such as
playing games, and accessing accounts that are not feasible to be consumed by
children aged 5-6 years, but otherwise, if the use of the internet more
positive impacts such as sharpening creativity seeking knowledge will have an
impact good to morals child.
Keywords: Internet, Morals, children aged 5-6 years.
Abstrak:
Tujuan penelitian ini untuk mencari informasi tentang akhlak anak usia
5-6 tahun, tentang
intensitas anak dalam bermain internet dan tentang adanya pengaruh internet
terhadap akhlak anak usia 5-6 tahun di TK
Kasih Ananda Serang Banten. Penelitian ini dilakukan di TK
Kasih Ananda Serang Banten yang beralamat di jl. Jamaksari No. 1 Kaligandu
Serang Banten. Penelitian ini menggunakan metodologi kuantitatif. Data penelitian diperoleh melalui observasi, wawancara dan angket.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa internet memiliki dampak yang cukup besar pada
akhlak anak usia 5-6 tahun jika digunakan sesering mungkin dan sebaliknya. Hal
ini dapat dilihat dari hasil
perbandingan menunjukkan
bahwa korelasi antara variabel Internet dengan variabel Akhlak adalah signifikan karena t
hitung lebih besar dari t tabel dimana 9,5 > 1,70. Penggunaan internet akan semakin
berpengaruh buruk kepada anak jika penggunaanya bersifat terus menerus seperti
bermain game, dan mengakses akun yang tidak layak dikonsumsi oleh anak usia 5-6
tahun, namun sebaliknya, jika penggunaan internet lebih kedampak postif seperti
mengasah kreatifitas, mencari ilmu pengetahuan ini akan berdampak baik ke
akhlak anak.
Kata Kunci : Internet, Akhlak, Anak Usia 5-6 Tahun.
PENDAHULUAN
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang paling
tinggi, sebagai individu, masyarakat
maupun bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung pada bagaimana
akhlaknya. Apabila akhlaknya baik, maka baiklah lahir dan batinnya, apabila akhlaknya rusak,
maka rusaklah lahir dan batinnya.Kesuksesan seseorang terletak pada akhlaknya
yang baik, akhlak yang baik selalu membuat seseorang menjadi aman, tenang dan
tidak adanya perbuatan yang tercela. Seseorang yang berakhlak mulia selalu
melaksanakan kewajiban-kewajibannya. Dia melakukan kewajiban terhadap dirinya sendiri
yang menjadi hak dirinya, terhadap Allah yang menjadi hak Allah-Nya, terhadap
sesama manusia dan juga terhadap makhluk lain.
Seseorang yang berakhlak
buruk menjadi sorotan bagi sesamanya misalnya melanggar norma-norma yang
berlaku di kehidupan, banyak yang melakukan sifat – sifat tercela, tidak
melaksanakan kewajiban yang seharusnya dikerjakan secara objektif, maka yang
demikian dapat menyebabkan kerusakan pada diri sendiri, lingkungan, dan orang
lain. Manusia terdiri dari unsur jasmani dan rohani, didalam kehidupannya ada
masalah material (lahiriah) dan spiritual (rohaniah) dan akhlak. Apabila
seseorang tidak mempunyai rohani maka orang itu dikatakan mati dan sebaliknya
apabila tidak mempunyai jasmani maka tidak dapat disebut manusia. Perkembangan manusia saat ini dapat ditandai
dengan kemajuaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan didukung oleh
teknologi, dunia pendidikan dimungkinkan dapat dipersiapkan sumber daya manusia
yang mampu bersaing di era globalisasi.
Pola pembangunan SDM di Indonesia selama ini terlalu mengedepankan IQ
(kecerdasan Intelektual) dan materialisme tetapi mengabaikan EQ (kecerdasan
emosional) terlebih SQ (kecerdasan spiritual). Pada umumnya masyarakat
Indonesia memang memandang IQ paling utama dan menganggap SQ sebagai pelengkap,
sekedar modal dasar tanpa perlu dikembangkan lebih baik lagi. Fenomena ini yang
sering tergambar dalam pola asuh dan arahan pendidikan yang diberikan orang tua
dan juga sekolah negeri ataupun swasta pada umumnya. Maka tidak heran kalau
banyak siswa yang sudah Madrasah Tsanawiyah (setara dengan SMP/SLTP)
berprestasi tapi tidak sedikit kemudian mereka yang berprestasi juga menjadi
siswa yang urakan dan mengabaikan tanggung jawabnya dalam menjalani proses
pendidikan di sekolah, terjebak dalam pergaulan bebas, narkoba, dan budaya
tawuran sering dilakukan. Pengaruh obat-obatan terlarang, budaya kritis yang
negatif karena mengurangi kesopanan terhadap orang tua dan guru yang selama ini
menjadi ciri khas adanya perubahan budaya pada remaja siswa di Indonesia,
ditambah lagi dengan adanya teknologi yang saat ini berkembang pesat yang salah
satunya adalah internet. Hal tersebut dikarenakan kurangnya pendidikan akhlak
pada anak sejak dini. Pendidikan akhlak hanya dijadikan sebagai pelengkap saja.
Sebagai contoh kasus
yang terjadi dewasa ini yaitu sebuah
video seorang anak kecil yang sedang membuka video porno dan ibu yang berada disamping sang anak, namun ibu tersebut tidak mengetahui apa yang sedang
dilihat oleh anaknya dan kejadian tersebut terjadi di public area. Jika sedemikian
dekatnya jarak fisik ibu dan anak, tapi sang ibu nampak cuek, bagaimana jika sang anak sudah masuk kamar, ada dinding
besar yang membatasinya. Apa yang diketahui orang tua, Saat ini video tersebut sedang viral disemua
media sosial.
Gadis kecil tersebut adalah aset negara yang sangat berharga, yang mana ia adalah generasi penerus bangsa
ini, namun apa yang terjadi pada gadis
kecil itu adalah cerminan dari bangsa ini. Miris sekali, betapa lalainya para orang tua pada zaman sekarang, dan betapa mudah serta bangganya para orang tua yang membiarkan anak mereka menggunakan handphone, membekalinya dengan internet, lalu anak akan membuka youtube dan
terpaparlah apa yang seharusnya tidak dilihat oleh anak, karena internet (youtube) adalah jaringan informasi baik ataupun buruk yang
dapat diakses oleh siapapun dari seluruh dunia.
Air mata mengalir deras,
membayangkan jika gadis kecil itu adalah anak kita. Apa yang kelak akan kita
pertanggungjawabkan akan rusaknya mental jiwa anak-anak kita hanya karena
secuil kemalasan kita mengasuh anak. Apa hebatnya anak belia berhandphone? Apa urgensinya membiarkan
anak usia dini dengan gadget, tablet, dengan difasilitasi internet. Selain
kemalasan kita untuk mengajak mereka bercerita, mengajak mereka melek
mengajaknya keliling mengenalkan lingkungan sekitarnya, kita malas menjawab
detail pertanyaan anak dan lebih memilih mendiamkan mereka asik dengan
handphone sampai suatu waktu kita kehabisan kata akan “cerdasnya” pengetahuan anak akan konten pornografi yang
kita kasih ke tangan anak-anak kita. Video pornografi tersebut bersumber dari
internet kemudian disebarluaskan melalui telepon selular.
Permasalahan tersebut hanya
merupakan sebuah contoh yang memberikan fakta bahwa dewasa ini internet sangat
berpengaruh terhadap tingkah laku (akhlak) anak. Karena dari sekian banyaknya informasi yang
disajikan melalui internet, tidak
menutupi kemungkinan informasi tersebut dapat memberikan pengaruh
positif ataupun negatif terhadap penggunanya. Adapun sisi positif dari internet
adalah untuk memudahkan
seorang anak mengasah kreativitas dan kecerdasan anak, berdampak baik untuk
perkembangan otak anak seperti adanya aplikasi mewarnai, belajar membaca dan
belajar menulis huruf, anak lebih semangat dalam belajar karena aplikasi
semacam ini biasanya dilengkapi dengan animasi yang menarik, warna yang cerah
serta lagu-lagu yang ceria., kemampuan berimajinasi anak juga semakin terasah
karena permainan yang mereka gunakan bervariasi dan memiliki jalan cerita yang
beragam. Dampak negatifnya jika ditinjau dari segi fisik komputer dapat
menimbulkan rasa nyeri kronik pada tangan, pergelangan tangan, punggung dan
bahu jika berlangsung lama, dapat juga membuat ketegangan otot pada mata karena
monitor komputer atau handphone memancarkan radiasi yang dapat memicu penyakit
kangker, jika dilihat dari segi psikologisnya pengaruh internet, vidio games,
komputer akan mengikis waktu dan komunikasi bersama keluarga, anak sulit
berkonsentrasi dalam dunia nyata, anak akan menjadi lebih anarkis karena ketika
anak main games mayoritas permainannya menggunakan adu fisik seperti baku
tumbuk atau hantam, hal ini secara tidak langsung mengajarkan anak pada prilaku
kekerasan[1].
Berdasarkan pemaparan diatas banyak
dampak positif ataupun negatif dari penggunaan gadget, jadi para orang tua
haruslah padai-padai dalam memilah milah permaianan, situs ataupun pembelajaran
untuk anak usia dini, karena pada dasarnya anak tidak mampu untuk memfilter
informasi mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang fakta atau abstrak
(maya), sehingga ketakutan
terbesar dari orang tua dan guru pun menjadi kenyataan dimana hal-hal tersebut
berujung pada karakter anak yang kasar dan penurunan nilai-nilai moral dan
ajaran agama.
Gambaran
di atas merupakan salah satu siluet contoh rendahnya akhlakul karimah anak pada saat ini yang dapat diduga karena adanya
penyalahgunaan internet, kurangnya pengawasan maupun pengarahan orang tua dan
guru terhadap anak didik terhadap penggunaan internet. Pendidikan di sekolah seharusnya merupakan
tempat bagaimana anak belajar berinteraksi dengan orang lain. Sekolah harus
bisa membangun budaya yang mengedepankan aspek moral, cinta kasih, kelembutan,
nilai demokratis, menghargai perbedaan, berlapang dada menerima kenyataan, dan
menjauhkan diri dari nilai – nilai kekerasan. Sekolah harus bisa meningkatkan
kecerdasan emosional (psikologis) yang berpengaruh terhadap faktor akhlak
(tingkah laku) siswa agar dapat mencapai tujuan mutu pendidikan.
Hal inilah diperlukan peran orang tua
dan guru sebagai figur pengawas yang diharapkan dapat memberikan
arahan-arahan dalam menggunakan internet sebagai sumber informasi. Sehingga
pada akhirnya internet dapat memberikan nilai-nilai positif kepada anak,
khususnya dan memberikan dampak yang baik terhadap akhlak mereka.
Pengertian Internet
Secara
harfiah, internet ( singkatan dari ‘interconnected –
networking’) ialah rangkaian komputer yang terhubung satu sama lain. Hubungan
melalui suatu sistem antar perangkat komputer untuk lalu lintas data itulah
yang dinamakan network. Munkin kita mengenal istilah LAN ( Local Area
Network ), yang menghubungkan komputer – komputer dalam area tertentu, seperti
kantor, sekolah,atau warnet. Internet kurang lebih seperti itu, hanya dalam
area yang sangat luas, yaitu seluruh dunia. Jadi, komputer yang terhubung
melalui jaringan dan saling berkomunikasi dengan waktu dan wilayah tak
terbatas, disebut inernet. [2]
Menurut buku “Melindungi Anak Anda
Saat Berinternet “internet (Internasional
Network ) adalah kumpulan dari berbagai jaringan komputer kecil / lokal
atau LAN ( local Area Network ) yang saling terhubung.[3]
Menurut Alexander internet ( Interconnected Network) adalah
jaringan komputer yang menghubungkan antarjaringan ssecara gelobal, internet
dapat juga disebut jaringan[4].
Kemudian
dalam buku “ Membongkar Misteri Internet “ internet ( International network )
atau jaringan komputer internasional atau WAN (Wide Area Network )
adalah kumpulan dari berbagai jaringan komputer kecil / lokal atau LAN
(Local Area Netwok ) yang saling terhubung.[5]
Kemudian
menurut Budi Sutedjo Dharma Oetomo internet adalah sebuah jaringan komputer
yang sangat besar yang terdiri dari jaringan – jaringan kecil yang saling
terhubung yang menjangkau seluruh dunia.[6]
Mac Bride
mendefenisikan internet adalah jaringan komunikasi global yang terbuka dan
menghubungkan ribuan jaringan komputer, melalui sambungan telepon umum maupun
pribadi (pemerintah maupun swasta). Secara individual, jaringan komponennya
dikelola oleh agen-agen pemerintah, universitas, organisasi
komersial, maupun sukarelawan.[7]
Untuk mengetahui tentang internet
penulis mengembangkan sekilas tentang sejarah internet. Cikal bakal jaringan
Internet yang kita kenal saat ini pertama kali dikembangkan tahun 1969 oleh
Departemen Pertahanan Amerika Serikat dengan nama ARPAnet (US Defense Advanced Research Projects Agency).
ARPAnet dibangun dengan sasaran untuk membuat suatu jaringan komputer yang
tersebar untuk menghindari pemusatan informasi di satu titik yang dipandang
rawan untuk dihancurkan apabila terjadi peperangan. Dengan cara ini diharapkan
apabila satu bagian dari jaringan terputus, maka jalur yang melalui jaringan
tersebut dapat secara otomatis dipindahkan ke saluran lainnya.
1.
Tersambung ke
Internet
Untuk
tersambung ke jaringan internet, pengguna harus menggunakan layanan khusus yang disebut ISP (Internet Service Provider). Media yang umum
digunakan adalah melalui saluran telepon (dikenal sebagai PPP, Point to
Point Protocol). Pengguna memanfaatkan komputer yang dilengkapi
dengan modem (modultor and demodulator) untuk
melakukan dial up ke server milik ISP. Begitu tersambung
ke server ISP, komputer pengguna sudah siap digunakan untuk
mengakses jaringan internet. Pelanggan akan dibebani biaya pulsa telepon
plus layanan ISP yang jumlahnya bervariasi tergantung lamanya koneksi.
Saluran
telepon via modem bukan satu-satunya cara untuk tersambung ke layanan internet.
Sambungan juga dapat dilakukan melalui saluran dedicated line seperti ISDN (Integrated System Digital Network) dan ADSL
(Asymetric Digital Subscriber Line),
maupun via satelit melalui VSAT (Very Small Aperture Terminal).
Sayangnya, alternatif-alterantif ini terhitung cukup mahal untuk ukuran
pelanggan perorangan.
Dewasa ini,
saluran-saluran alternatif untuk akses internet yang lebih terjangkau masih
terus dikembangkan. Diantara alternatif yang tersedia adalah melalui gelombang
radio (radio
modem), maupun lewat saluran TV kabel yang saat ini sedang marak.
Alternatif lain yang saat ini sedang dikaji adalah dengan menumpangkan aliran
data pada saluran kabel listrik PLN. Di Indonesia, teknologi ini sedang diuji
cobakan oleh PLN di Jakarta, sementara di negara-negara maju konon sudah mulai
dimasyarakatkan.
Belakangan,
internet juga dikembangkan untuk aplikasi wireless (tanpa kabel) dengan
memanfaatkan telepon seluler. Untuk ini digunakan protokol WAP (Wireless
Aplication Protocol). WAP merupakan hasil kerjasama antar industri
untuk membuat sebuah standar yang terbuka (open standard) yang berbasis pada
standar Internet, dan beberapa protokol yang sudah dioptimasi untuk lingkungan wireless.
WAP bekerja dalam modus teks dengan kecepatan sekitar 9,6 kbps.
Selain WAP,
juga dikembangkan GPRS (General Packet Radio Service)
sebagai salah satu standar komunikasi wireless. Dibandingkan dengan
protokol WAP, GPRS memiliki kelebihan dalam kecepatannya yang dapat mencapai
115 kbps dan adanya dukungan aplikasi yang lebih luas, termasuk aplikasi grafis
dan multimedia.
Kemajuan teknologi internet telah merambah ke segala bidang kehidupan,
mulai dari bidang bisnis, hiburan, budaya dan bahkan pendidikan. Kita semakin
dipermudah dengan adanya teknologi yang satu ini. Sejak perkembangan pertamanya
internet telah merubah tatanan dan budaya hampir sebagian manusia diberbagai
penjuru dunia. Meninggalkan segala pekerjaan yang bersifat manual dan mulai
beralih kepada dunia digital (internet).
Internet
sangat berkembang pesat, ini dikarnakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang tinggi, adapun ayat yang disebutkan Allah dalam kitab-Nya adalah pada
surat Allah juga menyebutkan dalam firman-Nya tentang ilmu teknologi yang
selalu berkembang dari zaman ke zaman, yakni pada surah Ar-rahman.
Artinya : Hai jama'ah jin dan
manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka
lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.[8]
Berdasarkan
ayat tersebut islam itu sangat fleksibel dan relevan terhadap perkembangan
zaman, yaitu
dikategorikan dengan internet karna bisa menembus jaringan-jaringan
komunikasi keilmuan khususnya dalam bidang pendidikan.
Pengertian Akhlak
Pengertian akhlak berasal dari bahasa arab,
yang dalam bentuk jama’nya adalah “khuluk” kata ini berasal dari bahasa
Indonesia diterjemahkan dengan budi
pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat[9].
Secara terminologi menurut pendapat Soegarda
Poerbakawatja mengatakan akhlak ialah budi pekerti, watak, kesusilaan dan
kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap
khaliknya dan terhadap sesama manusia[10]. Akhlak dari segi etimologi adalah berasal dari kata
Al-Khalqa dan Al-khulqu yang bermakna satu, sebagaimana kata Asy Ayarabu dan Asy
Syurabu. Tetapi ketika harokat fathanya disukunkan pada huruf Kha’ dalam kata
al-Khalqu, maka ia bermakna suatu keadaan dan gambaran yang bisa dirasakan oleh
pandangan. Sedangkan tatkala harakat dhammahnya dikhususkan pada kha’nya, maka
ia bermakan suatu kekuatan dan peragai yang bisa dirasakan oleh pandangan hati[11].
Di dalam Al Mu’jam al-wasit disebutkan defenisi
akhlak sebagai berikut :
حال للنفَس راسخة تصدر عنها الأعمال من خيرٍ أو
شرً من غير حاجة الى فكر و روية الخلق
Akhlak ialah sifat yang tertanam
dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk,
tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.[12]
Menurut Ensiklopedia Pendidikan dikatakan bahwa
akhlak ialah budi pekerti, watak, kesusilaan ( kesadaran etik dan moral) yaitu
kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap
khaliknya dan terhadap sesama manusia.[13]Jadi
pada hakikatnya khuluk ( budi pekerti ) atau akhlak ialah suatu kondisi atau
sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi keperibadian hingga dari situ
timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara sepontan dan mudah tanpa
dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul
kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syari’at dan akal pikiran,
maka ia dinamakan budi pekerti mulia dan sebaliknya apabila yang lahir kelakuan
yang buruk, maka disebutlah budi pekerti yang tercela.
Sedangkan
Al-Ghazali mengatakan “Bagaimana orang mengatakan si A itu baik khalqunya dan
Khuluqnya, berarti si A itu baik sifat lahirnya dan sifat batinnya”. Dalam
pengertian sehari-hari, “akhlaq” umumnya disamakan artinya dengan arti kata
“budi pekerti” atau “kesusilaan” atau “sopan santun” dalam bahasa Indonesia,
dan tidak berbeda pula dengan arti kata “moral” atau “etic” dalam bahasa
ingris. Dalam bahasa Yunani, untuk pengertian “akhlaq” ini dipakai kata “ethos”
atau “ethikos” yang kemudian menjadi “etika” dalam istilah bahasa Indonesia.
Definisi
“akhlak” dilihat dari segi terminologi di kemukakan oleh para ahli. Diantaranya
sebuah definisi dari Iman Al-Ghazali mengemukakan definisi “akhlaq” sebagai
berikut:
الخلق عبارةعن
هئة في النفس راسخة عنها تصدرالافعال بسهولة ويسرمن غيرحاجةالى فكلروروية.
Artinya :
Akhlaq ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran
(lebih dulu.[14]
Menurut “Hamzah Ya’qub” mengemukakan pengertian akhlak sebagai
berikut : (a) Akhlak ialah ilmu yang menentukan
batas antara baik dan buruk, antara terpuji dan tercela, tentang perkataan atau
perbuatan manusia lahir dan batin. (b). Akhlak ialah ilmu pengetahuan yang
memberikan pengertian tentang baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan
manusia dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan
pekerjaan mereka[15]. Jadi pada hakikatnya khuluq (budi
pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi
kepribadian. Dari sini timbul berbagai macam perbuatan cara spontan tanpa
dibuat-buat dan tanpa memerlukan pikiran. Dapat dirumuskan bahwa akhlak
ialah ilmu yang mengajarkan manusia berbuat baik dan mencegah perbuatan jahat
dalam pergaulannya dengan Tuhan, manusia, dan makhluk sekelilingnya.[16]
Akhlak sangat penting dalam kehidupan manusia hal ini dapat dilihat antara lain
pada dasarnya ilmu akhlak bersumber pada Al-Quran dan hadist yang menjelaskan
tentang baik dan buruknya tingkah laku seseorang. Sebagaimana tercantum dalam ayat
:
Artinya : Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah
Memerhatikan
ayat diatas dapat diketahui bahwa akhlak sebagai fondasi dalam diri manusia,
dalam kehidupan yang modern ini Nabi Muhammad adalah contoh suri teladan bagi
umat manusia.
1.
Faktor – faktor
akhlak
Toto Tasmara
dalam bukunya Kecerdasa Ruhaniayah mengatagorikan
akhlakul karimah kedalam sifat-sifat Rasulullah, yang mana Rasulullahlah yang
memiliki akhlakul karimah yang paling sempurna. Toto Tasmara menyingkatnya
dengan kata SIFAT singkatan dari siddiq, istiqomah, fathanah, amanah, dan
tablihg.
Tentu saja akhlak beliau tidak dapat dibatasi pada lima kata tersebut karena
beliu adalah bentuk hidup dari aktualisasi Al-Qur’an yang sangat multidimensi
dan sangat luas batasannya.[18]
a.
Siddiq
Siddiq atau
Kejujuran adalah komponen ruhaniyah yang memantulkan berbagai sikap terpuji (honorable,
respectable, creditable, maqamam mahmudah). Mereka berani
menyatakan sikap secra transparan, terbebas dari segala kepalsuan dan penipuan
(free
from fraud or deception). Hatinya terbuka dan selalu bertindak
lurus (openmainded
and straight forwardness). Sehingga mereka memiliki keberanian
moral yang sangat kuat. Seorang sufi terkenal, yaitu al-Qusyairi, mengatakan
bahwa siddiq adalah
orang yang benar dalam semua kata, perbuatan, dan keadaan batinnya.[19]Ada
beberapa cirri-ciri orang disebut siddiq adalah sebagai berikut:
jujur pada diri sendiri, jujur terhadap orang lain, jujur terhadap allah,
menyebarkan salam. Sedangkan lawan dari siddiq adalah kidzib yang
berarti berbohong atau berdusta. Islam mengajarkan kita untuk menghindari sifat
bohong karena akan merusak hubungan sosial dan merugikan diri sendiri.
b.
Istiqamah
Istiqamah
diterjemahkan sebagai bentuk kualitas batin yang malahirkan sikap konsisten
(taat azas) dan teguh pendirian untuk menegakkan dan membentuk sesuatu menuju
pada kesempurnaan atau kondisi yang lebih baik, sebagaimana kata taqwim menuju
pula pada bentuk yang sempurna (qiwam), dalam hadis, yang artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .[20] Abu Ali Ad-Daqqaq berkata : ada tiga derajat
peringkat istiqomah, yaitu menegakkan atau membentuk sesuatu ( taqwim)
menyehatkan dan meluruskan ( isqomah ), dan berlaku lurus (istiqomah).
Taqwim menyangkut disiplin jiwa, istiqamah berkaitan dengan
penyempurnaan, dan istiqamah berhubungan dengan tindakan mendekatkan diri
kepada Allah[21]. Adapun lawan kata dari
istiqomah tidak teguh pendirian dan tidak konsisten terhadap apa yang diucapkan
atau perbuatan. Sedangkan ciri-ciri orang yang disebut sebagai orang yang
istiqomah adalah mereka mempunyai tujuan, mereka adalah orang yang kreatif,
mereka sangat menghargai waktu, mereka bersikap sabar.
c.
Fathanah
Pada umunya, fathanah
diatikan sebagai kecerdasan, kemahiran, atau penguasaan terhadap
bidang tertentu padahal makna fathanah
merupakan kecerdasan yang mencakup kecerdasan
intelektual, emosional, dan terutama spiritual. Seorang yang memiliki sifat fathah,
tidak saja menguasai bidangnya, tetapi memiliki dimensi ruhani yang kuat.
Keputusan-keputusannya menunjukkan warna kemahiran professional yang didasarkan
pada sikap moral atau akhlak yang luhur. Seorang yang fathanah
itu tidak saja cerdas, tetapi juga memiliki kebijaksanaan atau
kearifan dalam berfikir dan bertindak. Sedangkan lawannya adalah bodoh, yakni
melakukan perbuatan bodoh (jahil). Cir-ciri orang fathanah adalah Diberi Hikmah
Dan Ilmu, mereka berdisiplin dan proaktif, mampu memilih yang terbaik.
d.
Amanah
Amanah
merupakan dasar dari tanggung jawab, kepercayaan, dan kehormatan serta
prinsip-prinsip yang melekat pada mereka yang cerdas secara ruhani. Di dalam
nilai diri yang amanah itu ada beberapa nilai yang melekat yaitu: 1) Rasa
tanggung jawab (takwa), 2) kecanduan kepentingan dan sense of
urgency, 3) Al-Amin, krideble, ingin dipercaya
dan mempercayai, 4) Hormat dan di hormati (honorable).[22]
Lawan dari kata amanah adalah berkhianat atau tidak
bertanggung jawab terhadap apa yang telah menjadi tanggungannya.
e.
Tablihg
Kata tablihg di
dalam al-Qur’an disebut dalam bentuk kata kerja (fi’il) sedikitnya ada sepuluh kali
(al-Maidah:67, al-Azhab: 62 68, al-Ahqaaf: 23, al-Jin: 28, al-A’raaf: 79, 92,
Huud: 57) yang merupakan bentukan dari akar kata balagha-yublahgu-tabliighan.artinya
proses menyampaika sesuatu untuk mempengaruhi orang lain melalui
lambing-lambang yang berarti (the
process of transmitting the meaningful symbol). Nilai tablihg telah
memberikan muatan yang mencakup aspek kemampuan berkomunikasi (communication
skill), kepemimpinan, pengembangan dan peningkatan kualitas sumber
daya insani dan kemampuan diri untuk mengelola sesuatu.
2.
Pembentukan
akhlak
Banyak sekali
faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak antara lain adalah:
a. Insting (Naluri)
Aneka corak refleksi sikap, tindakan
dan perbuatan manusia dimotivasi oleh kehendak yang dimotori oleh Insting
seseorang ( dalam bahasa Arab gharizah). Insting merupakan tabiat yang
dibawa manusia sejak lahir. Para Psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi
sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku antara lain
adalah: (a). Naluri Makan (nutrive instinct): manusia lahir
telah membawa suatu hasrat makan tanpa didorang oleh orang lain. (b). Naluri
Berjodoh (seksual instinct), (c). Naluri Keibuan (peternal instinct): Tabiat
kecintaan orang tua kepada anaknya dan sebaliknya kecintaan anak kepada orang
tuanya. (d). Naluri Berjuang (combative instinct): Tabiat manusia
untuk mempertahnkan diri dari gangguan dan tantangan. (e). Naluri Bertuhan
: Tabiat manusia
mencari dan merindukan penciptanya.
b. Adat/Kebiasaan
Adat/Kebiasaan
adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara
berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Abu Bakar
Zikir berpendapat: perbutan manusia, apabila dikerjakan secara berulang-ulang
sehingga mudah melakukannya, itu dinamakan adat kebiasaan.
c. Wirotsah (keturunan)
Adapun warisan
adalah berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua) kepada cabang
(anak keturunan). Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi
orang tuanya. Kadang-kadang anak itu mewarisi sebagian besar dari salah satu
sifat orang tuanya.
d. Milieu
Artinya suatu
yang melingkupi tubuh yang hidup meliputi tanah dan udara sedangkan lingkungan
manusia, ialah apa yang mengelilinginya, seperti negeri, lautan, udara, dan
masyarakat[23]. milieu
ada 2 macam: (a). Lingkungan Alam : Alam yang
melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah
laku seseorang. Lingkungan alam mematahkan atau mematangkan pertumbuhn bakat
yang dibawa oleh seseorang. Pada zaman Nabi Muhammad pernah terjadi seorang
badui yang kencing di serambi masjid, seorang sahabat membentaknya tapi nabi
melarangnya. Kejadian diatas dapat menjadi contoh bahwa badui yang menempati
lingkungan yang jauh dari masyarakat luas tidak akan tau norma-norma yang
berlaku. (b). Lingkungan pergaulan : Manusia hidup
selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah sebabnya manusia harus
bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan akan saling mempengaruhi dalam
fikiran, sifat, dan tingkah laku. Contohnya Akhlak orang tua dirumah dapat pula
mempengaruhi akhlak anaknya, begitu juga akhlak anak sekolah dapat terbina dan
terbentuk menurut pendidikan yang diberikan oleh guru-guru disekolah. Setiap perilaku manusia didasarkan
atas kehendak. Apa yang dilakukan manusia timbul dari kejiwaan. Walaupun
pancaindra kesulitan melihat pada dasar kejiwaan, namun dapat dilihat dari
wujud kelakuan. Maka setiap kelakuan pasti bersumber dari kejiwaan.
Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak pada khususnya dan pendidikan pada umumnya,
ada tiga aliran yaitu: (a) Aliran
Nativisme: Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruhi
terhadap diri seseorang adalah faktor bawaan dari dalam yang bentuknya dapat
berupa kecendrungan, bakat, dan akal. Jika seorang telah memiliki bawaan kepada
yang baik maka dengan sendirinya orang tersebut lebih baik. Aliran ini begitu
yakin terhadap potensi batin dan tampak kurang menghargai peranan pembinaan dan
pendidikan. (b) Aliran Empirisme: Menurut
aliran ini faktor yang paling berpengaruhi terhadap pembentukan diri seorang
adalah faktor dari luar, yaitu lingkugan sosial; termasuk pembinaan dan
pendidikan yang diberikan. Jika penddidikan dan pembinaan yang diberikan kepada
anak itu baik, maka baiklah anak. Demikian jika sebaliknya. Aliran ini begitu
percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran.
(c). Aliran Konvergensi: Menurut
aliran ini faktor yang paling mempengaruhi pembentukan akhlak yakni faktor
internal (pembawaan) dan faktor dari luar (lingkungan sosial). Fitrah dan
kecendrungan ke arah yang lebih baik yang dibina secara intensif secara metode.
Anak Usia Dini
Menurut NAEYC (Brewer:4)
“The National Association for the
Education of Young Children (NAEYC) defines early childhood as the period from
birth to age eight”. Paparan
ini menjelaskan bahwa anak usia dini
adalah anak yang berada pada rentang
usia dan 0-8. Berdasarkan hal tersebut anak usia dini memerlukan
pendidikan sedini mungkin. Anak
usia dini sebagai individu yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan
bukan anak yang pasif melainkan aktif dalam proses tumbuh kembangnya. Jadi dapat dikatakan
bahwa bahwa anak memiliki kebutuhan yang harus
dipenuhinya seperti kebutuhan untuk bertahan hidup, memiliki, berkuasa, dan
kesenangan.[24] anak membutuhkan rasa aman, nyaman, rasa diterima, eksplorasi dan aktivitas.
Anak usia dini merupakan
kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang
bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik
(koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, daya cipta),
sosioemosional, bahasa, dan komunikasi.[25]
Keunikan dalam tingkat pertumbuhan dan perkembangannya anak usia dini mengalami
berapa tahapan perkembangan. Pendidikan anak usia dini
adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu
upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan ruhani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal,
nonformal, dan informal. Berdasarkan pendapat tersebut, Pendidikan
anak usia dini adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk
memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau
menekankan pada pengembangan seluruh aspek keperibadian anak.
Begitu juga yang
dikatakan Jamaris Bahwa pada masa tiga tahun pertama dalam kehidupan anak,
untuk dapat berinteraksi dengan dunia disekitarnya, anak memerlukan bantuan
orang-orang disekitarnya.Pada tahap selanjutnya, anak dapat mengembangkan
berbagai pengetahuan dan keterampilannya.[26]
Oleh sebab itu,
penyediaan lingkungan yang kaya dengan berbagai nilai kebudayaan dan stimulasi
yang tepat berdasarkan usia perkembangan anak sangat mendukung perkembangan
anak ke arah yang lebih baik.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada
pada rentang usia 0-8 tahun, dimana pada usia tersebut anak mengalami masa peka
dan sangat fundamental. oleh karena itu kita selaku orang tua atau pendidik
harus memberikan rangsangan pendidikan sebaik mungkin agar anak dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal.
Karakteristik Anak Usia 5-6 Tahun
Pada usia 5-6 tahun anak
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, anak berkepribadian yang unik, anak
senang berimajinasi, masa belajar anak yang paling tepat, bersikap egois,
memiliki konsentrasi yang pendek dan mulai melakukan sosialisasi dengan
lingkungan sekitar.
Anak memiliki tahapan tertentu dalam
perkembangannya. Baik dalam aspek perkembangan fisik motorik, kognitif, sosial
emosional, bahasa dan sosial emosional. Tahapan perkembangan yang dilalui anak
ketika anak mengalami kemajuan merupakan hal yang sangat menarik. Semua aspek
perkembangan anak meliputi fisik motorik, bahasa, kognitif, sosial emosional
serta moral perlu untuk distimulasi dengan berbagai macam aktivitas yang dapat
dilakukan sebagai wujud pencapaian tujuan pendidikan anak usia dini. Oleh
karena itu orang tua memegang faktor kunci yang bisa
menjadikan tumbuh dengan jiwa islami.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan
adalah pennelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak usia 5-6 tahun atau seluruh anak
yang berada pada kelompok B di TK Kasih Ananda Serang Banten yang
berjumlah 105 anak, terdiri dari 3 kelas mulai dari B1 sampai B3. Sampel yang
diambil pada penilitian ini adalah 30 anak usia 5-6 tahun atau yang berada
pada kelompok B. Pengambilan
sampel dilakukan dengan tehnik cluster
random sampling, dalam hal ini yang terpilih adalah tiap kelas dari
populasi TK
Kasih Ananda Serang Banten yakni 10 anak usia 5-6
tahun dari kelas B1, 10 anak usia 5-6 tahun dari kelas B2 dan 10 anak usia 5-6
tahun dari kelas B3. Tehnik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini
adalah observasi, wawancara dan angket, sedangkan analisis data yang digunakan
adalah dengan mengajukan atau melakukan tabel kerja product moment tentang pengaruh internet dan akhlak anak usia 5-6
tahun.
Rumusan
ini digunakan dalam menganalisa data khususnya untuk pembahasan hasil
penelitian dilapangan. Adapun rangkaian rumus tersebut adalah sebagai berikut :

Hasil Penelitian dan
Pembahasan
A.
Hasil Penelitian
1.
Uji Validitas Data
Menghitung validitas dengan analisis korelasi
tiap indikator
digunakan rumus koefisien korelasi
product moment dan perhitungannya dibantu dengan program SPSS 17.0 for windows di
peroleh data sebagai berikut: Jika r hitung lebih besar dari r tabel maka pernyataan tersebut valid.
Adapun kriteria yang digunakan dalam
menentukan valid tidaknya pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut : tingkat kepercayaan = 95 persen (α= 5 persen), derajat
kebebasan (df) = n –2 = 30 – 2 = 28,
didapat r tabel = 0,374. Jika r hitung (untuk tiap butir dapat dilihat pada
kolom Corrected Item –Total Correlation)
lebih besar dari r tabel dan nilai r positif, maka butir pernyataan
dikatakan valid (Ghozali, 2001).
Berdasarkan uji validitas terhadap
variabel x terhadap variabel y dapat disimpulan bahwa semua indikator yang
digunakan untuk mengukur variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini
mempunyai koefisien korelasi yang lebih besar dari r table = 0,374 (nilai r
tabel untuk n=28), sehingga semua indikator tersebut adalah valid.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
alat pengukuran konstruk atau variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau
handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil
dari waktu ke waktu (Ghozali, 2001). Uji reliabilitas adalah tingkat kestabilan
suatu alat pengukur dalam mengukur suatu gejala/kejadian. Semakin tinggi
reliabilitas suatu alat pengukur, semakin stabil pula alat pengukur tersebut. Dalam penelitian ini,
uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan tekhnik Formula Alpha Cronbach
dan dengan menggunakan program SPSS 17.0 for windows.
Menurut
Nunnaly (1967) dalam Ghozali (2001), suatu konstruk dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,6.
Adapun hasil uji reliabilitas dalam penelitian ( pada Lampiran 2) ini
dapat dilihat dalam tabel 4.5 dibawah ini.
Tabel 4.5
Hasil Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
|
||
Cronbach's Alpha
|
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
|
N of Items
|
.979
|
.979
|
2
|
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai Cronbach Alpha yang cukup besar
yaitu di atas 0,60 sehingga dapat dikatakan semua konsep pengukur masing-masing
variabel dari kuesioner adalah reliabel sehingga untuk selanjutnya item-item
pada masing-masing konsep variabel tersebut layak digunakan sebagai alat ukur
dalam penelitian ini.
B.
Analisis Data
1.
Korelasi
Teknik
korelasi ini digunakan untuk menentukan hubungan antara dua variabel yang
diteliti. Dalam penelitian ini dua variabel tersebut adalah internet dan
Akhlak. Untuk analisis korelasi akan digunakan rumus korelasi Pearson Product
Moment dengan bantuan program SPSS version 17
for windows. Setelah
mengetahui besar koefisien korelasi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
interpretasi terhadap nilai koefisien korelasi tersebut,apakah hubungan kedua
variabel tersebut tinggi atau rendah. Guilford (dalam Rakhmat, 2005) memberikan
pedoman untuk menginterpretasikan nilai r sebagai berikut:
Tabel 4.6
Tabel Guilford
R
|
Interpretasi
|
0
0,01-0,20
0,21-0,40
0,41-0,60
0,61-0,80
0,81-0,99
1
|
Tidak berkorelasi
Korelasi Sangat rendah
Rendah
Agak rendah
Cukup
Tinggi
Sangat tinggi
|
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
Selanjutnya,
uji signifikansi korelasi Product Moment dilakukan untuk mencari makna
hubungan antar variabel dan juga menguji hipotesis,menggunakan rumus uji t.
2.
Hasil Analisis Korelasi
Hasil
perhitungan korelasi Product Moment
antara variabel Internet terhadap variabel Akhlak dapat dilihat dalam tabel di
bawah ini:
Tabel 4.6
Hasil Korelasi
Korelasi Product Moment
|
Significant
|
|
Variabel Internet dengan Variabel Akhlak
|
0.759
|
.000
|
Sumber:
Data yang diolah, 2018
Pada
hasil tabel di atas dapat dilihat berdasarkan hasil
perhitungan secara statistik,
koefisien korelasi antara variable Internet terhadap variable
Akhlak adalah sebesar 0,759. Untuk dapat memberikan
penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan tersebut apakah
pengaruhnya cukup kuat atau tidak, maka dapat berpedoman pada ketentuan
yang tertera pada tabel 4 (tabel Guilford).
Hasil uji t berdasarkan data terlampir diperoleh 9,5. Sedangkan t
tabel dengan taraf uji 95 persen, dengan 30 responden, maka dk = n - 2 yaitu
(30-2=28), sehingga diperoleh t table 1,70 . Untuk
mengetahui nilai signifikan dari koefisien korelasi diatas maka nilai kedua t
dibandingkan satu sama lain, dari hasil
perbandingan menunjukkan bahwa korelasi antara variabel
Internet dengan variabel Akhlak adalah
signifikan karena t hitung lebih besar dari t tabel dimana 9,5 > 1,70.
Berpedoman
pada tabel tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hubungan variabel Internet terhadap
variabel Akhlak ada pada tingkat hubungan yang cukup , karena koefisien korelasinya sebesar 0,759 yaitu berada padaka tegori 0,61 – 0,80. Hubungan
yang cukup namun bernilai positif ini
berarti semakin sering menggunakan internet maka akhlak siswa juga
cenderung meningkat dan begitupun
sebaliknya. Dengan demikian
penelitian ini menunjukkan bahwa cukup memiliki hubungan antara internet dengan
akhlak murid di TK Kasih Ananda Serang Banten.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa pengaruh internet terhadap
akhlak anak usia 5-6 tahun di TK Kasih Ananda Serang Banten.memiliki hubungan yang cukup berpengaruh namun jika anak semakin sering menggunakan
internet maka akhlak anak usia 5-6 tahun akan semakin buruh atau berdampak negatif dan begitupun
sebaliknya. Berdasarkan uraian tersebut dapat
disintesiskan bahwa internet memiliki dua dampak yakni positif dan negatif dan
dampak itu sendiri akan berpengaruh kepada pengguna bagaimana pengguna
menepatkannya. Penggunaan internet akan semakin berpengaruh buruk kepada
anak jika penggunaanya bersifat terus menerus seperti bermain game, dan
mengakses akun yang tidak layak dikonsumsi oleh anak usia 5-6 tahun, namun jika
sebaliknya jika penggunaan internet lebih kedampak postifi seperti mengasah
kreatifitas mencari informasi yang positif seperti mendengarkan lagu anak-anak
terkait pengetahuan, moral, agama dan lain sebagainya, maka hal ini akan
berdampak baik ke akhlak anak.
Penggunaan internet atau gadget sudah dikonsumsi
dari semua kalangan baik orang dewasa, remaja dan anak-anak. Khusunya untuk
anak usia 5-6 tahun, penggunaan internet seharusnya dibawah pengawasan orang
tua atau guru, hal ini bertujuan untuk menghindari dampak buruk internet terhadap
akhlak anak itu sendiri. Terlepas dari itu guru ataupun orang tua harus
meminimalisir penggunaan internet ataupun gadget ketika berada disekitar anak
karena hal ini akan membuat anak merasa diacuhkan sehingga ia akan mencari
perhatian kepada orang tuanya seperti menangis minta handphone yang ada di
tangan guru atau orang tua atau kegiatan yang lain yang dapat mengalihkan
perhatian guru atau orang tua.
Kesimpulan Dan Saran
1.
Kesimpulan
·
Internet memiliki dampak positif dan negatif,
adapun dampak positifnya adalah sebagai sumber ilmu, mengasah kreatifitas anak,
dapat bersosialisasi dengan orang lain dari berbagai penjuru dunia, sebagai
hiburan dan anak dapat lebih peka terhadap kemajuan teknologi. Sedangkan dampak
negatif dari internet adalah dapat merusak kesehatan seperti mata, membuat anak
anti sosial, tidak mengenal waktu, dan bahaya informasi yang tidak mampu di
filter oleh anak seperti konten pornografi.
·
Terdapat pengaruh penggunaan internet terhadap
akhlak anak usia 5-6 tahun di TK Kasih Banten seperti anak lebih kasar, melawan
kepada orang tua, menonton hal yang tidak layak untuk di konsumsi anak usia 5-6
tahun.
2.
Saran
·
Internet seyogyanya digunakan sebagai pengembangan
ilmu pengetahuan serta kreatifitas anak yang di kemas sebaik mungkin oleh guru
ataupun orang tua.
·
Orang tua harus lebih memperhatikana penggunaan
gadget atau internet pada anak khusunya anak usia 5-6 tahun
·
Guru ataupun orang tua tidak menggunakan gadget
ketika berada disekitar anak.
·
Guru lebih menekankan kepada pemberian kasih sayang,
lebih banyak interaksi langsung dengan anak seperti bercerita, bermaindan lain
sebagainya sehingga anak merasa tidak diabaikan oleh guru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar