MAKALAH
MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Manajemen sarana prasarana memang menjadi bagian yang sangat
penting bagi sebuah sekolah. Hal ini dikarenakan manajemen sarana prasarana
menjadi hal yang di gunakan untuk mengelola sebuah sarana untuk mendukung
kegiatan belajar mengajar yang di lakukan. Sebuah sekolah akan memiliki sarana
prasarana yang baik apabila sekolah tersebut memiliki manajemen atau
pengelolaan yang baik pula guna untuk mendukung proses belajar mereka.
Pada tingkat PAUD banyak hal yang
mampu diadakan mengenai sarana prasarana yang di perlukan untuk mendukung
proses belajar mengajar mereka. Karena pada tingkat PAUD sarana prsarana
menjadi hal yang sangat penting untuk mengembangkan kreatifitas anak didik. Sarna prasarana yang
perlu diadakan bagi sebuah jenjang PAUD yaitu mengenai penyediaan sarana
bermain serta penyediaan media pembelajaran yang mampu mendukung kegiatan
belajar mereka
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian manajemen sarana dan prasana PAUD?
2. Bagaimana pengelolaan sarana dan prasana PAUD?
3. Bagaimana sarana prasarana pembelajaran di
PAUD?
4. Bagaimana manajemen perawatan sarana prasarana PAUD?
C. TUJUAN
1.
Untuk mengetahui pengertian manajemen
sarana dan prasana PAUD
2.
Untuk mengetahui pengelolaan sarana dan prasana PAUD
3.
Untuk mengetahui sarana Prasarana Pembelajaran di
PAUD
4.
Untuk mengetahui manajemen perawatan sarana prasarana
PAUD.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Manajemen Sarana dan Prasarana
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Sebelum membahas lebih jauh mengenai
manajemen sarana prasarana, alangkah baiknya mengetahui pengertian dari
manajemen PAUD terlebih dahulu. pengertian manajemen PAUD adalah suatu upaya
menegelola, mengatur, dan mengarahkan proses interaksi dan tersistematisasikan
untuk mencapai tujuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).[1]
Sedangkan pengertian manajemen sarana
prasarana PAUD itu sendiri adalah pengelolaan secara efektif terhadap aset
lembaga PAUD yang dimiliki. Beberapa bentuk aset sarana dan prasarana tersebut
mencakup tanah dan bangunan PAUD, perangkat pembelajaran yang terdiri dari
alat-alat permainan edukatif, baik yang indoor dan outdoor.[2]
Dalam pasal
45 ayat satu UU No.20 tahun 2003 dinyatakan bahwa ”setiap satuan pendidikan
formal maupun nonformal harus menyediakan sarana prasarana yang memenuhi
keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan perkembangan potensi . fisik,
kognitif, sosial, emosi, dan kejiwaan anak didik.”[3]
Sarana
pendidikan umumnya mencakup semua fasilitas yang secara langsung dipergunakan
dan menunjang dalam proses pendidikan, seperti: gedung, ruangan belajar/kelas, alat-alat/media pendidikan, meja, kursi
dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan fasilitas atau prasarana yaitu
yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan, seperti:
halaman, kebun/taman, jalan menuju ke sekolah. Jadi sarana dan prasarana
pendidikan adalah semua benda bergerak dan tidak bergerak yang dibutuhkan untuk
menunjang penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar, baik secara langsung
maupun tidak langsung.[4]
B.
Pengelolaan sarana prasarana.
Pengelolaan sarana prasarana PAUD
mencakup aset-aset yang di miliki oleh lembaga PAUD itu sendiri yaitu:
1.
Lokasi pendirian PAUD
Dalam
merencanakan pengadaan lahan untuk gedung sekolah perlu mempertimbangkan hal
berikut.
a.
Membuat perencanaan tanah, luas, dan
lokasi yang sesuai dengan kebutuhan.
b.
Melakukan survei untuk menentukan lokasi
tujuan dan perencanaan tata kota.
c.
Melakukan survei intuk melihat kondisi
jalan, transportasi, air, dan listrik.
d.
Harga tanah.
Pemilihan
lahan/tanah untuk bangunan sekolah tergantung kepada jenis sekolah, kebutuhan
peserta didik, dan tujuan yang ditentukan secara institusional.[5]
Sebelum mendirikan
sebuah PAUD, yayasan pendiri harus berkonsultasi kepada tokoh masyarakat
mengenai lokasi yang strategis untuk mendirikan lembaga PAUD. Karena tokoh
masyarakat jauh lebih mengetahui tentang kawasan tempatnya bermukim daripada
pihak lain. Hal ini di maksudkan agar pendiri lembaga PAUD benar-benar berada
di pusat kawasam dan area perkampungan sehingga semua anak-anak di kawasan
tersebut dapat mengakses lembaga PAUD secara lebih mudah. Tetapi jika pihak
yayasan dari PAUD sudah mempunyai lokasi yang disediakan khusus, maka tidak perlu
lagi konsultasi lagi dengan tokoh masyarakat melainkan untuk meminta persetujuan atau dukungan, terutama
tetangga yang paling dekat dengan lokasi.[6]
2.
Luas Tanah dan Bentuk Bangunan
Sangat penting setiap pembangunan
atau pendiri PAUD memperhatikan luas tanah dan bentuk gedung guna membuat anak
menjadi nyaman dan betah di sekolah.
a.
Luas tanah
Pada prinsipnya adalah terdapat rasionalisasi
perbandingan antara luas tanah, luas bangunan, dan daya tampung anak didik yang
direkrut. Luas tanah berkaitan dengan penyediaan lahan bermain di area terbuka,
berserta kelengkapan sarana prasarana, sedangkan luas bangunan berkaitan dengan
kapasitas jumlah anak didik yang akan di tampung.
Pada teori ilmu pengetahuan
(agrarian), perbandingan antara luas tanah dan luas bangunan adalah 1:3/4,.
Artinya luas bangunan dalam sebidang tanah maksimal ¾ dari luas tanah.
Misalnya, jika luas tanah adalah 200 , maka luas bangunan maksimum adalah 150. Dengan demikian, masih ada sisa tanah
yang kosong 50 sebagai area pertamanan.
Banyak lembaga penyelenggara
pendidikan prasekolah menggunakan ukuran 105 cm² per anak sebagai ukuran luas
minimum dalam aturan pemberian izin pendirian sekolah. Ukuran 105 cm² per anak
dianggap cukup untuk anak-anak usia 2-3 tahun (usia play group). Sementara itu, bagi anak usia 4-6 tahun
dipersyaratkan untuk memiliki tempat aktivitas tambahan. Untuk anak usia 4-6
tahun ukuran 120-180 cm² per anak akan lebih mencukupi. Namun, ada pula pakar
yang menganggap cukup ukuran 105 cm² digunakan di TK, selama ruangan tersebut
terpisah dari bak cuci tangan, loker, dan lemari kabinet.[7]
b.
Bentuk bangunan
Kebanyakan yang sering di lihat
bentuk bangunan PAUD itu cenderung hampir sama dengan bentuk bangunan lain,
seperti rumah,
toko dan sebagainya, cuma yang membedakan adalah warna cet dan gambar-gambar yang terpampang di
tembok-tembok saja. Bentuk gedung PAUD sebenarnya tidak harus kotak. Tetapi
bisa berupa lingkaran, dan persegi panjang.
Bangunan sekolah adalah semua ruangan
yang didirikan di atas lahan yang digunakan untuk kepentingan pendidikan.
Bangunan sekolah meliputi ruang kegiatan belajar/kelas, kantor, perpustakaan,
ruang laboratorium, usaha kesehatan sekolah, kantin, gudang, dan kamar mandi.
Sekolah merupakan lembaga tempat untuk mendidik, melatih, dan mengembangkan
potensi peserta didik. Oleh karena itu, diperlukan bangunan yang memadai
sehingga dapat menumbuhkan dan meningkatkah kreativitas dan produktivitas,
serta dapat menumbuhkan rasa bangga dan betah bersekolah.[8]
Bangunan
sckolah yang ideal adalah dengan memenuhi kriteria berikut.
1)
Memenuhi kcbutuhan dan syarat pedagogis, artinya:
a)
Ukuran dan bentuk setiap ruangan disesuajkan
dengan kabutuhan;
b)
Datangnya atau masuknya sinar matahari harus
dari sebelah kiri;
c)
Tinggi rendahnya tembok, letak kusen dan
jendela disesuaikan dengan kondisi anak;
d)
Penggunaan warna yang cocok.
2)
Aman, artinya
material dan kontruksi bangunan benar-benar dapat dipertanggungjawabkan, baik
kekuatan/kekokohan bangunan itu sendiri maupun pengaruh dari lingkungannya,
seperti pengaruh erosi, angin, getaran, pohon yang berbahaya, dan sebagainya.
3)
Menurut syarat kesehatan, sinar matahari cukup bagi
setiap ruangan, memungkinkan adanya pergantian udara yang segar. Ruangan kelas yang tampil menghadap ke arah datangnya
cahaya dan udara akan lebih nyaman dan terasa terang dengan cahaya yang masuk
ke ruangan tersebut serta udara segar yang membuat anak dapat
bernapas lega dan bebas.
4)
Menyenangkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan
pendidikan dan tak saling mengganggu.
5)
Dapat memungkinkan untuk memperluas tanpa memakan
biaya lagi yang besar.
6)
Fleksibel, artinya melihat kebutuhan hari depannya dan
pula dapat dirubah-rubah setiap saat diperlukan.
7)
Memenuhi syarat keindahan.
8)
Ekonomis, artinya: luas setiap ruangan tepat dengan
kebutuhan; setiap ruangan dapat dipergunakan untuk berbagai usaha; dari luas tanah yang ada biasanya 50% dipergunakan untuk bangunan bagi kegiatan di dalam dan 50% merupakan halaman dan kebun
untuk melakukan kegiatan di luar.[9]
C.
Sarana Prasarana Pembelajaran
Sarana Prasarana Pembelajaran kegiatan di bagi menjadi 2 yaitu:
1.
Sarana prasarana perangkat
pembelajaran indoor
Perangkat sarana perasarana di ruang
tertutup di isi berbagai fasilitas permainan indoor seperti balok dengan
berbagai aturan, bola, benda yang menyerupai bintang, mobil-mobilan dan
sebagainya. Sarana prasarana ini akan merangsang kreativitas anak dengan
memberdayakan sarana prasarana yang ada di runag tersebut.
Berikut ini adalah beberapa jenis alat permainan yang perlu
di sediakan di dalam ruang atau aula tempat bermain anak diantaranya:
a.
Balok
dengan berbagai ukuran
b.
Balok yang terbuat dari gabus atau kain
c.
Benda-benda
berbentuk geometri
d.
Papan
berwarna-warni dengan beanekaragam bentuk
e.
Berbagai
gambar bertema yang lengkap misalnya: gambar dengan tema bintang, bangunan dan
sebagainya.[10]
Masih banyak lagi alat permainan yang dapat di
sediakan di aula atau ruangan tertutup sebagai kawasan bebas bergerak untuk
anak-anak. Para pengelola lingkungan belajar dalam ruang (indoor) perlu menata berbagai pusat yang akan digunakan dalam belajar
dan kegiatan anak, mereka juga harus berpikir tentang berbagai peralatan yang
dibutuhkan oleh setiap pusat belajar. Kemampuan mereka melengkapi peralatan
secara memadai akan dapat menciptakan lingkungan belajar yang cukup efektif
dalam memfasilitasi perkembangan dan belajar anak. Sebaliknya, ketidakmampuan
mereka memenuhinya akan mengakibatkan terjadinya hambatan-hambatan dalam
membantu perkembangan dan belajar anak.[11]
2.
Sarana Prasarana Perangkat
Pembelajaran Outdoor
Selain Sarana Prasarana dalam ruang
atau indoor, lembaga PAUD juga harus melengkapi sarana prasarana di ruang
terbuka (outdoor atau lapangan). Isinya sama yaitu berbagai fasilitas
pembelajran atau permainan. Hanya saja, bentuk dan jenisnya lebih bervariasi
sesuai dengan kondisi di luar ruangan yang ada. Jadi, selain memfasilatsi
sarana prasarana pada rruang tertutup, juga harus di sediakan sarana prasarana
di ruang terbuka atau lapangan.
Sekedar contoh, jika di dalam ruang
telah terdapat berbagai gambar bertema, maka di alam terbuka anak dapat
menyaksikan bahkan bersentuhan secara langsung merupakan wujud nyata berbagai
lukisan di ruang terbuka. Sehingga anak-anak bisa melihat langsung, menyentuh
secara nyata (jika memungkinkan), mendengar suara aslinya, bahkan mencium aroma
berbagai binatang tersebut. Tentu hal ini mampu meningkatkan fungsi panca indra
anak secara maksimal.
Daya tarik lapangan atau ruang terbuka bagi anak adalah
perlengkapan berbagai edukatif yang sangat bervariatif seperti : menara, bola,
bak pasir dan sebagainya. Secara terperinci beberapa alat permainan edukatif
yang selanyaknyatersedia di ruang terbuka sebagai berikut:
a.
Kursi
jungkit yang menyerupai kuda-kudaan
b.
Ban
mobil bekas yang sudah di cat untuk di gelindingkan
c.
Ayunan
kursi dan ayunan gantung
d.
Bola
dunia untuk bermain memanjat
e.
Anyaman
tali besar
f.
Terowongan
buatan atau gorong-gorong dan sebagainya.
Satu hal tidak boleh di abaikan dalam
sarana prasarana pembelajaran, baik di ruang tertup maupun di ruang terbuka
adalah bahwa sistem layanan pembelajaran harus mengkomodasikan kemampuan minat,
kebutuhan anak. Sebab, hal ini akan menimbulkan rasa aman dan nyaman dalam
setiap aktivitas pembelajaran.[12]
D.
Manajemen Perawatan Sarana Prasarana
PAUD
Pemeliharaan adalah kegiatan merawat,
memelihara dan menyimpan barang-barang sesuai dengan jenis barangnya
masing-masing sehingga tetap awet dan tahan lama, Pemeliharaan manajemen sarana
prasarana di TK yang terlibat adalah semua warga sekolah, dari kepala TK sampai
ke staf-staf lain. Pemeliharaan ini dilakukan, seperti merawat dan menjaga
barang-barang milik sekolah supaya tetap awet dan penggunaannya bisa lebih
lama. Pemeliharaan dilakukan setiap hari melakukan pemeliharaan semua warga
sekolah terlibat dalam pemeliharaan barang bergerak maupun barang yang tidak
bergerak, namun dalam setiap pemeliharaan ini ada orang-orang yang dikhususkan
untuk melakukan pemeliharaan.[13]
Bagian ini membahas manajemen
perawatan sarana prasarana, khususnya berbagai permainan edukatif, baik indoor maupun outdoor. Karena manajemen ini dianggap lebih
penting dari pada manajemen yang lain, seperti gedung, mengingat sirkulasi penggunaan relative miskin.
Di samping itu manajemen perawatan sarana prasarana, khususnya permainan
edukatif baik indoor maupun outdoor sangat berkaitan awet tidaknya
sebuah alat permainan edukatif. Bahkan merawat jauh lebih penting daripada
membuat. Pengelolaan alat permainan edukatif yang baik akan membuat anak senang
bermain dan betah menyesuaikan berbagai permainan. Oleh karena itu menata atau mengatur
alat permainan sedemikian rupa sehingga menarik simpati anak sangat di
perlukan.
Beberapa aspek penting dalam
pengelolaan alat permainan edukatif adalah perencanaan, pengadaan, perawatan atau pengawetan
dan evaluasi sekaligus penghapusan.[14]
1.
Perencanaan
Perencanaan adalah kegiatan yang di
rancangkan dan akan segera di laksasanakan. Dalam konteks manajemen edukatif,
supaya menghasilkan perencanaan yang baik, perlu mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut:
a.
Mempertimbangkan
jumlah dan usia anak didik
b.
Sistem
pembiasaan
Sistem pembiasaan perlu di
pertimbangankan dalam pembuatan perencanaan. Sistem pembiasaan yang di maksud
adalah pembiasaan anak bermain setiap hari. Kebiasaan ini menuntut jenis yang
awet dan tahan lama, sehingga walaupun di pakai setiap hari tetap dalam keadaan
baik. Oleh karena itu, ketika mengadakan (membeli) alat permainan edukatif,
jangan hanya mempertimbangkan dana atau uang semata. Tetapi, kualitas alat
permainan harus di utamakan.
c.
Keuangan
Dengan mempertimbangakan faktor
keuangan sekolah, hasil perencanaan dapat lebih matang. Sehingga, walaupun alat
permainannya sedikit (dengan pola giliran secara atau berurutan dengan baik)
bisa mencakupi kebutuhan bermain anak sesuai deanga tingkat perkembangan
mereka.
2.
Pengadaan
Aspek pengelolaan alat permaiana
edukatif yang kedua adalah pengadaan. Pengadaan adalah proses memperoleh barang
yang akan dibutuhkan untuk perlengkapan sekolah, pengadaan ini juga harus
direncanakan sebelumnya. Dalam perencanaan juga harus ada keputusan bahwa
barang apa saja yang akan dibeli atau dibutuhkan dari luar atau yayasan.
3.
Penggunaan
Sifat teknis dalam penggunaan alat
permainan edukatif adalah keteraturan atau prosedur bermain yang sesuai dengan
petunjuk teknis penggunaan dengan mempertimbangkan faktor keamanan.
Pertama,
keteraturan atau prosedur langkah kerja dalam bermain. Alat-alat permainan edukatif yang juga
mempunyai aturan bermain yang tertib dan menyenangkan. Kedua, faktor
keamanan adalah aspek terpenting dari bermain terlebih lagi jika anak-anak
bermain di alam terbuka atau alam bebas. Faktor keamanan tidak boleh di
tawar-tawar. Identifikasi faktor keamanan ini dapat di lakukan dengan
mendeteksi apakah bahan alat permainan edukatif berisi tajam, berserat kasar
atau di cat dengan sembarang atau tidak? Jika anak-anak bermain di alam bebasidentifikasi
apakah lokasi tersebut terdapat bintang melata yang berbisa, tanaman liar
berdaun tajam dan lainnya.
4.
Perawat
Setelah alat permainan edukatif di
gunakan dengan tertib dan teratur, maka alat-alat permainan tersebut harus di
simpan dan dirawat sedemikian rupa, sehingga alat permainan edukatif awet
(tahan / tidak cepat rusak) dan tetap aman di gunakan. Jadi jagan biarkan alat
permainan edukatif berserakan dan sembarangan di simpan sembarngan setelah
digunakan.
5.
Evaluasi
Dengan kegiatan evaluasi tingkat
perkembangan anak yang telah mecapai melalui kegiatan bermain dapat di ketahui.
Secara otomatis, efektivitas alat permainan edukatif dalam mencerdaskan anak
dapat di tinjau ulang. Mana alat yang mengandung nilai edukatif tinggi, dan
mana alat permainan yang kurang efektif bagi perkembangan anak-anak. Jika dalam
proses evaluasi ini di temukan bebrapa jenis permainan yang kurang bermanfaat
dalam perkmbangan potensi anak, sebaiknya alat permainan tersebut di ganti
dengan alat permainan edukatif yang lain.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang dapat di lakukan
untuk evaluasi semua alat permainan edukatif :
- Buatlah daftar semua alat
permainan edukatif yang ada, dengan kriteria rusak ringan (Rr), rusak
sedang (Rs), rusak berat (Rb)
- Masukkan semua jenis alat
permainan edukatif yang ada, kedalam kolom “jenis alat edukatif”
- Identifikasi semua alat
permainan edukatif dalam setiap satu pekan sekali
- Hasil identifikasi adalah
pemberian tanda conteng (√) pada setiap jenis alat permainan edukatif
- Tindakan lanjut dari hasil
evaluasi tersebut adalah, segera dicat ulang untuk alat permainan yang
rusak ringan (Rr), segera di perbaiki untuk alat permainan yang rusak
sedang (Rs),segera di ganti untuk alat permainan yang rusak berat (Rb).
6.
Penghapusan
Penghapusan adalah sesuatu kegiatan
yang dilakukan oleh lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) dalam melakukan
penghapusan administrasi sarana dan prasarana dengan melakukan penghapusan atau menhilangkan
sarana prasarana di dalam buku investaris yang dilakukan melalui rapat lembaga
dan menentukan hasil apakah sarana prasarana tertentu akan di hapus dimana
penghapusan tersebut terjadi karena beberapa hal misalnya karena barang
tersebut hilang, karena barang tersebut di curi atau karena biaya perbaikan
dari barang tersebut lebih tinggi dari biaya pembelian sehingga dilakukan
penghapusan deangan mencatumkan tanggal penghapusan misalnya barang ini di
hapus pada tanggal sekian, bulan sekian dan tahun sekian.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
pengertian manajemen sarana prasarana
PAUD itu sendiri adalah pengelolaan secara efektif terhadap aset lembaga PAUD
yang dimiliki. Pengelolaan sarana
prasarana PAUD mencakup aset-aset yang di miliki oleh lembaga PAUD itu sendiri
yaitu: Lokasi pendirian PAUD dan Luas Tanah dan Bentuk Bangunan Sarana prasarana pembelajaran dibagi
menjadi 2 yaitu : sarana prasarana perangkat indoor dan outdoor. Beberapa aspek penting dalam
pengelolaan alat permainan edukatif adalah perencanaan, pengadaan, perawatan atau pengawetan
dan evaluasi sekaligus penghapusan.
DAFTAR
PUSTAKA
El-Khuluqo, Ihsana. 2015. Manajemen PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini):
Pendidikan Taman
Kehidupan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rodah, Pelagia. Dkk. Jurnal Manajemen Sarana Prasarana Pendidikan
Anak Usia Dinidi Taman Kanak-kanak.
Sopiatin, Popi. 2010. Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa.
Bogor: Ghalia Indonesia.
Suryadi. 2011. Manajemen paud. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar