Rabu, 19 Juni 2019

MAKALAH MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA


MAKALAH
MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
                        Manajemen sarana prasarana memang menjadi bagian yang sangat penting bagi sebuah sekolah. Hal ini dikarenakan manajemen sarana prasarana menjadi hal yang di gunakan untuk mengelola sebuah sarana untuk mendukung kegiatan belajar mengajar yang di lakukan. Sebuah sekolah akan memiliki sarana prasarana yang baik apabila sekolah tersebut memiliki manajemen atau pengelolaan yang baik pula guna untuk mendukung proses belajar mereka.
                        Pada tingkat PAUD banyak hal yang mampu diadakan mengenai sarana prasarana yang di perlukan untuk mendukung proses belajar mengajar mereka. Karena pada tingkat PAUD sarana prsarana menjadi hal yang sangat penting untuk mengembangkan kreatifitas anak didik. Sarna prasarana yang perlu diadakan bagi sebuah jenjang PAUD yaitu mengenai penyediaan sarana bermain serta penyediaan media pembelajaran yang mampu mendukung kegiatan belajar mereka

B.     RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian manajemen sarana dan prasana PAUD?
2. Bagaimana pengelolaan sarana dan prasana PAUD?
3. Bagaimana sarana prasarana pembelajaran di PAUD?
4. Bagaimana manajemen perawatan sarana prasarana PAUD?

C.    TUJUAN
1.      Untuk mengetahui pengertian manajemen sarana dan prasana PAUD
2.      Untuk mengetahui pengelolaan sarana dan prasana PAUD
3.      Untuk mengetahui sarana Prasarana Pembelajaran di PAUD
4.      Untuk mengetahui manajemen perawatan sarana prasarana PAUD.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
                        Sebelum membahas lebih jauh mengenai manajemen sarana prasarana, alangkah baiknya mengetahui pengertian dari manajemen PAUD terlebih dahulu. pengertian manajemen PAUD adalah suatu upaya menegelola, mengatur, dan mengarahkan proses interaksi dan tersistematisasikan untuk mencapai tujuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).[1]
                        Sedangkan pengertian manajemen sarana prasarana PAUD itu sendiri adalah pengelolaan secara efektif terhadap aset lembaga PAUD yang dimiliki. Beberapa bentuk aset sarana dan prasarana tersebut mencakup tanah dan bangunan PAUD, perangkat pembelajaran yang terdiri dari alat-alat permainan edukatif, baik yang indoor dan outdoor.[2]
                        Dalam pasal 45 ayat satu UU No.20 tahun 2003 dinyatakan bahwa ”setiap satuan pendidikan formal maupun nonformal harus menyediakan sarana prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan perkembangan potensi . fisik, kognitif, sosial, emosi, dan kejiwaan anak didik.[3]
                        Sarana pendidikan umumnya mencakup semua fasilitas yang secara langsung dipergunakan dan menunjang dalam proses pendidikan, seperti: gedung, ruangan belajar/kelas, alat-alat/media pendidikan, meja, kursi dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan fasilitas atau prasarana yaitu yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan, seperti: halaman, kebun/taman, jalan menuju ke sekolah. Jadi sarana dan prasarana pendidikan adalah semua benda bergerak dan tidak bergerak yang dibutuhkan untuk menunjang penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung.[4]


B.     Pengelolaan sarana prasarana.
                        Pengelolaan sarana prasarana PAUD mencakup aset-aset yang di miliki oleh lembaga PAUD itu sendiri yaitu:
1.      Lokasi pendirian PAUD
                        Dalam merencanakan pengadaan lahan untuk gedung sekolah perlu mempertimbangkan hal berikut.
a.       Membuat perencanaan tanah, luas, dan lokasi yang sesuai dengan kebutuhan.
b.      Melakukan survei untuk menentukan lokasi tujuan dan perencanaan tata kota.
c.       Melakukan survei intuk melihat kondisi jalan, transportasi, air, dan listrik.
d.      Harga tanah.
                        Pemilihan lahan/tanah untuk bangunan sekolah tergantung kepada jenis sekolah, kebutuhan peserta didik, dan tujuan yang ditentukan secara institusional.[5] Sebelum mendirikan sebuah PAUD, yayasan pendiri harus berkonsultasi kepada tokoh masyarakat mengenai lokasi yang strategis untuk mendirikan lembaga PAUD. Karena tokoh masyarakat jauh lebih mengetahui tentang kawasan tempatnya bermukim daripada pihak lain. Hal ini di maksudkan agar pendiri lembaga PAUD benar-benar berada di pusat kawasam dan area perkampungan sehingga semua anak-anak di kawasan tersebut dapat mengakses lembaga PAUD secara lebih mudah. Tetapi jika pihak yayasan dari PAUD sudah mempunyai lokasi yang disediakan khusus, maka tidak perlu lagi konsultasi lagi dengan tokoh masyarakat melainkan untuk meminta persetujuan atau dukungan, terutama tetangga yang paling dekat dengan lokasi.[6]

2.      Luas Tanah dan Bentuk Bangunan
                        Sangat penting setiap pembangunan atau pendiri PAUD memperhatikan luas tanah dan bentuk gedung guna membuat anak menjadi nyaman dan betah di sekolah.
a.      Luas tanah
                        Pada prinsipnya adalah terdapat rasionalisasi perbandingan antara luas tanah, luas bangunan, dan daya tampung anak didik yang direkrut. Luas tanah berkaitan dengan penyediaan lahan bermain di area terbuka, berserta kelengkapan sarana prasarana, sedangkan luas bangunan berkaitan dengan kapasitas jumlah anak didik yang akan di tampung.
                        Pada teori ilmu pengetahuan (agrarian), perbandingan antara luas tanah dan luas bangunan adalah 1:3/4,. Artinya luas bangunan dalam sebidang tanah maksimal ¾ dari luas tanah. Misalnya, jika luas tanah adalah 200 , maka luas bangunan maksimum adalah 150. Dengan demikian, masih ada sisa tanah yang kosong 50 sebagai area pertamanan.
                        Banyak lembaga penyelenggara pendidikan prasekolah menggunakan ukuran 105 cm² per anak sebagai ukuran luas minimum dalam aturan pemberian izin pendirian sekolah. Ukuran 105 cm² per anak dianggap cukup untuk anak-anak usia 2-3 tahun (usia play group). Sementara itu, bagi anak usia 4-6 tahun dipersyaratkan untuk memiliki tempat aktivitas tambahan. Untuk anak usia 4-6 tahun ukuran 120-180 cm² per anak akan lebih mencukupi. Namun, ada pula pakar yang menganggap cukup ukuran 105 cm² digunakan di TK, selama ruangan tersebut terpisah dari bak cuci tangan, loker, dan lemari kabinet.[7]

b.      Bentuk bangunan
                        Kebanyakan yang sering di lihat bentuk bangunan PAUD itu cenderung hampir sama dengan bentuk bangunan lain, seperti rumah, toko dan sebagainya, cuma yang membedakan adalah warna cet dan gambar-gambar yang terpampang di tembok-tembok saja. Bentuk gedung PAUD sebenarnya tidak harus kotak. Tetapi bisa berupa lingkaran, dan persegi panjang.
                        Bangunan sekolah adalah semua ruangan yang didirikan di atas lahan yang digunakan untuk kepentingan pendidikan. Bangunan sekolah meliputi ruang kegiatan belajar/kelas, kantor, perpustakaan, ruang laboratorium, usaha kesehatan sekolah, kantin, gudang, dan kamar mandi. Sekolah merupakan lembaga tempat untuk mendidik, melatih, dan mengembangkan potensi peserta didik. Oleh karena itu, diperlukan bangunan yang memadai sehingga dapat menumbuhkan dan meningkatkah kreativitas dan produktivitas, serta dapat menumbuhkan rasa bangga dan betah bersekolah.[8]
                        Bangunan sckolah yang ideal adalah dengan memenuhi kriteria berikut.
1)      Memenuhi kcbutuhan dan syarat pedagogis, artinya:
a)      Ukuran dan bentuk setiap ruangan disesuajkan dengan kabutuhan;
b)      Datangnya atau masuknya sinar matahari harus dari sebelah kiri;
c)      Tinggi rendahnya tembok, letak kusen dan jendela disesuaikan dengan kondisi anak;
d)     Penggunaan warna yang cocok.
2)       Aman, artinya material dan kontruksi bangunan benar-benar dapat dipertanggungjawabkan, baik kekuatan/kekokohan bangunan itu sendiri maupun pengaruh dari lingkungannya, seperti pengaruh erosi, angin, getaran, pohon yang berbahaya, dan sebagainya.
3)      Menurut syarat kesehatan, sinar matahari cukup bagi setiap ruangan, memungkinkan adanya pergantian udara yang segar. Ruangan kelas yang tampil menghadap ke arah datangnya cahaya dan udara akan lebih nyaman dan terasa terang dengan cahaya yang masuk ke ruangan tersebut serta udara segar yang membuat anak dapat bernapas lega dan bebas.
4)      Menyenangkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan pendidikan dan tak saling mengganggu.
5)      Dapat memungkinkan untuk memperluas tanpa memakan biaya lagi yang besar.
6)      Fleksibel, artinya melihat kebutuhan hari depannya dan pula dapat dirubah-rubah setiap saat diperlukan.
7)      Memenuhi syarat keindahan.
8)      Ekonomis, artinya: luas setiap ruangan tepat dengan kebutuhan; setiap ruangan dapat dipergunakan untuk berbagai usaha; dari luas tanah yang ada biasanya 50% dipergunakan untuk bangunan bagi kegiatan di dalam dan 50% merupakan halaman dan kebun untuk melakukan kegiatan di luar.[9]

C.    Sarana Prasarana Pembelajaran
                        Sarana Prasarana Pembelajaran kegiatan di bagi menjadi 2 yaitu:
1.      Sarana prasarana perangkat pembelajaran indoor
                        Perangkat sarana perasarana di ruang tertutup di isi berbagai fasilitas permainan indoor seperti balok dengan berbagai aturan, bola, benda yang menyerupai bintang, mobil-mobilan dan sebagainya. Sarana prasarana ini akan merangsang kreativitas anak dengan memberdayakan sarana prasarana yang ada di runag tersebut.
Berikut ini adalah beberapa jenis alat permainan yang perlu di sediakan di dalam ruang atau aula tempat bermain anak diantaranya:
a.       Balok dengan berbagai ukuran
b.      Balok yang terbuat dari gabus atau kain
c.       Benda-benda berbentuk geometri
d.      Papan berwarna-warni dengan beanekaragam bentuk
e.       Berbagai gambar bertema yang lengkap misalnya: gambar dengan tema bintang, bangunan dan sebagainya.[10]
                        Masih banyak lagi alat permainan yang dapat di sediakan di aula atau ruangan tertutup sebagai kawasan bebas bergerak untuk anak-anak. Para pengelola lingkungan belajar dalam ruang (indoor) perlu menata berbagai pusat yang akan digunakan dalam belajar dan kegiatan anak, mereka juga harus berpikir tentang berbagai peralatan yang dibutuhkan oleh setiap pusat belajar. Kemampuan mereka melengkapi peralatan secara memadai akan dapat menciptakan lingkungan belajar yang cukup efektif dalam memfasilitasi perkembangan dan belajar anak. Sebaliknya, ketidakmampuan mereka memenuhinya akan mengakibatkan terjadinya hambatan-hambatan dalam membantu perkembangan dan belajar anak.[11]

2.      Sarana Prasarana Perangkat Pembelajaran Outdoor
                        Selain Sarana Prasarana dalam ruang atau indoor, lembaga PAUD juga harus melengkapi sarana prasarana di ruang terbuka (outdoor atau lapangan). Isinya sama yaitu berbagai fasilitas pembelajran atau permainan. Hanya saja, bentuk dan jenisnya lebih bervariasi sesuai dengan kondisi di luar ruangan yang ada. Jadi, selain memfasilatsi sarana prasarana pada rruang tertutup, juga harus di sediakan sarana prasarana di ruang terbuka atau lapangan.
                        Sekedar contoh, jika di dalam ruang telah terdapat berbagai gambar bertema, maka di alam terbuka anak dapat menyaksikan bahkan bersentuhan secara langsung merupakan wujud nyata berbagai lukisan di ruang terbuka. Sehingga anak-anak bisa melihat langsung, menyentuh secara nyata (jika memungkinkan), mendengar suara aslinya, bahkan mencium aroma berbagai binatang tersebut. Tentu hal ini mampu meningkatkan fungsi panca indra anak secara maksimal.
Daya tarik lapangan atau ruang terbuka bagi anak adalah perlengkapan berbagai edukatif yang sangat bervariatif seperti : menara, bola, bak pasir dan sebagainya. Secara terperinci beberapa alat permainan edukatif yang selanyaknyatersedia di ruang terbuka sebagai berikut:
a.       Kursi jungkit yang menyerupai kuda-kudaan
b.      Ban mobil bekas yang sudah di cat untuk di gelindingkan
c.       Ayunan kursi dan ayunan gantung
d.      Bola dunia untuk bermain memanjat
e.       Anyaman tali besar
f.       Terowongan buatan atau gorong-gorong dan sebagainya.
                        Satu hal tidak boleh di abaikan dalam sarana prasarana pembelajaran, baik di ruang tertup maupun di ruang terbuka adalah bahwa sistem layanan pembelajaran harus mengkomodasikan kemampuan minat, kebutuhan anak. Sebab, hal ini akan menimbulkan rasa aman dan nyaman dalam setiap aktivitas pembelajaran.[12]

D.    Manajemen Perawatan Sarana Prasarana PAUD
                        Pemeliharaan adalah kegiatan merawat, memelihara dan menyimpan barang-barang sesuai dengan jenis barangnya masing-masing sehingga tetap awet dan tahan lama, Pemeliharaan manajemen sarana prasarana di TK yang terlibat adalah semua warga sekolah, dari kepala TK sampai ke staf-staf lain. Pemeliharaan ini dilakukan, seperti merawat dan menjaga barang-barang milik sekolah supaya tetap awet dan penggunaannya bisa lebih lama. Pemeliharaan dilakukan setiap hari melakukan pemeliharaan semua warga sekolah terlibat dalam pemeliharaan barang bergerak maupun barang yang tidak bergerak, namun dalam setiap pemeliharaan ini ada orang-orang yang dikhususkan untuk melakukan pemeliharaan.[13]
                        Bagian ini membahas manajemen perawatan sarana prasarana, khususnya berbagai permainan edukatif, baik indoor maupun outdoor. Karena manajemen ini dianggap lebih penting dari pada manajemen yang lain, seperti gedung, mengingat sirkulasi penggunaan relative miskin. Di samping itu manajemen perawatan sarana prasarana, khususnya permainan edukatif baik indoor maupun outdoor sangat berkaitan awet tidaknya sebuah alat permainan edukatif. Bahkan merawat jauh lebih penting daripada membuat. Pengelolaan alat permainan edukatif yang baik akan membuat anak senang bermain dan betah menyesuaikan berbagai permainan. Oleh karena itu menata atau mengatur alat permainan sedemikian rupa sehingga menarik simpati anak sangat di perlukan.
                        Beberapa aspek penting dalam pengelolaan alat permainan edukatif adalah perencanaan, pengadaan, perawatan atau pengawetan dan evaluasi sekaligus penghapusan.[14]
1.      Perencanaan
                        Perencanaan adalah kegiatan yang di rancangkan dan akan segera di laksasanakan. Dalam konteks manajemen edukatif, supaya menghasilkan perencanaan yang baik, perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a.       Mempertimbangkan jumlah dan usia anak didik
b.      Sistem pembiasaan
            Sistem pembiasaan perlu di pertimbangankan dalam pembuatan perencanaan. Sistem pembiasaan yang di maksud adalah pembiasaan anak bermain setiap hari. Kebiasaan ini menuntut jenis yang awet dan tahan lama, sehingga walaupun di pakai setiap hari tetap dalam keadaan baik. Oleh karena itu, ketika mengadakan (membeli) alat permainan edukatif, jangan hanya mempertimbangkan dana atau uang semata. Tetapi, kualitas alat permainan harus di utamakan.
c.       Keuangan
            Dengan mempertimbangakan faktor keuangan sekolah, hasil perencanaan dapat lebih matang. Sehingga, walaupun alat permainannya sedikit (dengan pola giliran secara atau berurutan dengan baik) bisa mencakupi kebutuhan bermain anak sesuai deanga tingkat perkembangan mereka.

2.      Pengadaan
                        Aspek pengelolaan alat permaiana edukatif yang kedua adalah pengadaan. Pengadaan adalah proses memperoleh barang yang akan dibutuhkan untuk perlengkapan sekolah, pengadaan ini juga harus direncanakan sebelumnya. Dalam perencanaan juga harus ada keputusan bahwa barang apa saja yang akan dibeli atau dibutuhkan dari luar atau yayasan.

3.      Penggunaan
                        Sifat teknis dalam penggunaan alat permainan edukatif adalah keteraturan atau prosedur bermain yang sesuai dengan petunjuk teknis penggunaan dengan mempertimbangkan faktor keamanan.
                        Pertama, keteraturan atau prosedur langkah kerja dalam bermain. Alat-alat permainan edukatif yang juga mempunyai aturan bermain yang tertib dan menyenangkan. Kedua, faktor keamanan adalah aspek terpenting dari bermain terlebih lagi jika anak-anak bermain di alam terbuka atau alam bebas. Faktor keamanan tidak boleh di tawar-tawar. Identifikasi faktor keamanan ini dapat di lakukan dengan mendeteksi apakah bahan alat permainan edukatif berisi tajam, berserat kasar atau di cat dengan sembarang atau tidak? Jika anak-anak bermain di alam bebasidentifikasi apakah lokasi tersebut terdapat bintang melata yang berbisa, tanaman liar berdaun tajam dan lainnya.

4.      Perawat
                        Setelah alat permainan edukatif di gunakan dengan tertib dan teratur, maka alat-alat permainan tersebut harus di simpan dan dirawat sedemikian rupa, sehingga alat permainan edukatif awet (tahan / tidak cepat rusak) dan tetap aman di gunakan. Jadi jagan biarkan alat permainan edukatif berserakan dan sembarangan di simpan sembarngan setelah digunakan.
5.      Evaluasi
                        Dengan kegiatan evaluasi tingkat perkembangan anak yang telah mecapai melalui kegiatan bermain dapat di ketahui. Secara otomatis, efektivitas alat permainan edukatif dalam mencerdaskan anak dapat di tinjau ulang. Mana alat yang mengandung nilai edukatif tinggi, dan mana alat permainan yang kurang efektif bagi perkembangan anak-anak. Jika dalam proses evaluasi ini di temukan bebrapa jenis permainan yang kurang bermanfaat dalam perkmbangan potensi anak, sebaiknya alat permainan tersebut di ganti dengan alat permainan edukatif yang lain.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang dapat di lakukan untuk evaluasi semua alat permainan edukatif :
  1. Buatlah daftar semua alat permainan edukatif yang ada, dengan kriteria rusak ringan (Rr), rusak sedang (Rs), rusak berat (Rb)
  2. Masukkan semua jenis alat permainan edukatif yang ada, kedalam kolom “jenis alat edukatif”
  3. Identifikasi semua alat permainan edukatif dalam setiap satu pekan sekali
  4. Hasil identifikasi adalah pemberian tanda conteng (√) pada setiap jenis alat permainan edukatif
  5. Tindakan lanjut dari hasil evaluasi tersebut adalah, segera dicat ulang untuk alat permainan yang rusak ringan (Rr), segera di perbaiki untuk alat permainan yang rusak sedang (Rs),segera di ganti untuk alat permainan yang rusak berat (Rb).

6.      Penghapusan
                        Penghapusan adalah sesuatu kegiatan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) dalam melakukan penghapusan administrasi sarana dan prasarana dengan melakukan penghapusan atau menhilangkan sarana prasarana di dalam buku investaris yang dilakukan melalui rapat lembaga dan menentukan hasil apakah sarana prasarana tertentu akan di hapus dimana penghapusan tersebut terjadi karena beberapa hal misalnya karena barang tersebut hilang, karena barang tersebut di curi atau karena biaya perbaikan dari barang tersebut lebih tinggi dari biaya pembelian sehingga dilakukan penghapusan deangan mencatumkan tanggal penghapusan misalnya barang ini di hapus pada tanggal sekian, bulan sekian dan tahun sekian.


BAB III
PENUTUP


KESIMPULAN
                        pengertian manajemen sarana prasarana PAUD itu sendiri adalah pengelolaan secara efektif terhadap aset lembaga PAUD yang dimiliki. Pengelolaan sarana prasarana PAUD mencakup aset-aset yang di miliki oleh lembaga PAUD itu sendiri yaitu: Lokasi pendirian PAUD dan Luas Tanah dan Bentuk Bangunan Sarana prasarana pembelajaran dibagi menjadi 2 yaitu : sarana prasarana perangkat indoor dan outdoor. Beberapa aspek penting dalam pengelolaan alat permainan edukatif adalah perencanaan, pengadaan, perawatan atau pengawetan dan evaluasi sekaligus penghapusan.


DAFTAR PUSTAKA

El-Khuluqo, Ihsana. 2015. Manajemen PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini): Pendidikan                           Taman Kehidupan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rodah, Pelagia. Dkk. Jurnal Manajemen Sarana Prasarana Pendidikan Anak Usia Dinidi                                     Taman Kanak-kanak.
Sopiatin, Popi. 2010. Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa. Bogor: Ghalia Indonesia.
Suryadi. 2011. Manajemen paud. Jakarta: Pustaka Pelajar.   


                                [1] Suryadi, Manajemen paud, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 67.
                                [2] Ibid, hlm. 176.
                                [3] Ihsana El-Khuluqo, Manajemen PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini): Pendidikan Taman Kehidupan Anak, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hlm. 38.
                                [4] Ibid, hlm. 9.
                                [5] Popi Sopiatin, Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 73-74.
                                [6] Op. Cit, Suryadi, hlm. 176-182.
                                [7] Rita Mariyana, dkk, Pengelolaan Lingkungan Belajar, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm. 45.
                                [8] Op. Cit, Popi Sopiatin, hlm. 75.
                                [9] Mamusung dalam Popi Sopiatin, Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 76.
                                [10] Op. Cit, Suryadi, hlm. 183.
                                [11] Op. Cit, Rita Mariyana, hlm. 35.
                                [12] Op. Cit, Suryadi, hlm. 194.
                                [13] Pelagia Rodah, dkk, Jurnal Manajemen Sarana Prasarana Pendidikan Anak Usia Dinidi Taman Kanak-kanak, hlm.4.
                                [14] Op.Cit, Suryadi, hlm. 196.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar