Jumat, 12 Juli 2019

KOLABORASI PERMAINAN TRADISIONAL DENGAN PERMAINAN MODERN UNTUK ANAK USIA DINI


Nuryati, M.Pd
PRODI PG PAUD STKIP Situs Banten
Jl. Bhayangkara Cipocok Jaya Serang - Banten


ABSTRAK
Artikel ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kreatifitas guru, khususnya guru pendidikan anak usia dini yang disebabkan oleh rendahnya pemahaman serta kualifikasi pendidikan yang belum cukup memadai.  Kesehatan merupakan factor yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dan pendidikan olah raga harus diberikan dan dikenalkan kepada anak sejak dini. Karena anak usia dini yang pada dasarnya memiliki energy yang lebih tinggi dibandingkan manusia dewasa. Anak usia dini juga dikatakan sebagai masa kreatif dan diyakini bahwa kreativitas yang ditunjukkan anak merupakan bentuk kreativitas yang original dengan frekuensi kemunculannya seolah tanpa terkendali. Pendidikan olah raga untuk anak usia dini harus dikemas melalui suatu permainan yang menarik dan dapat menimbulkan kreativitas serta dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak. Melihat betapa pentingnya hal tersebut di atas, yang membutuhkan kreativitas seorang guru, maka peneliti ingin menumbuhkan kreativitas tersebut terhadap calon guru dengan menciptakan sebuah permainan kreatif untuk anak usia dini yaitu dengan mengkolaborasikan antara permainan tradisional dengan permainan modern. Metodologi yang digunakan adalah deskriptif analitis yakni mengungkapkan berbagai kejadian terkini yang berdampak positif terhadap peningkatan kompetensi professional guru di Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanudin Banten, dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Situs Banten.

Kata Kunci : Kolaborasi Permainan, tradisional dan modern.
PENDAHULUAN
            Di era yang sudah modern seperti ini banyak berbagai aspek kehidupan masyarakat yang mengalami perubahan. Perubahan zaman ini berpengaruh pula dengan gaya hidup setiap orang. Diantaranya dengan adanya gadget, semua aktivitas dan kebutuhan dapat terbantu dengan mudah, efisien, dan praktis. Dengan menggunakan aplikasi yang dapat di unduh kita langsung mendapatkan informasi, games/permainan, melakukan e-banking, dan semua kebutuhan yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna gadget tersebut.
Setiap perubahan pasti selalu ada dampaknya entah itu positif atau negative. Contohnya dengan tergerus zaman mainan tradisional semakin lama semakin tenggelam seperti kehilangan citranya di kalangan anak-anak. Itu terjadi karena adanya gadget, orang tua saat ini memfasilitasi anak-anaknya dengan benda tersebut sehingga anak tersebut tidak dapat terpisahkan dengan gadget.
Mirisnya anak-anak generasi sekarang ini mungkin tidak mengenal mainan tradisional  yang sejatinya dulu selalu menjadi hiburan untuk bermain dengan teman sepermainan. Seiring tergerus oleh zaman akhirnya secara perlahan pun mainan tradisional menjadi berkurang dimainkan oleh anak-anak dan cenderung anak zaman sekarang ini lebih tertarik dengan mainan digital yang terdapat pada gadget atau pun dengan play station dan lain sebagainya, bahklan mungkin juga anak-anak generasi sekarang ini tidak mengenal apa saja permainan tradisional. Dengan fenomena yang terjadi saat ini saya tertarik untuk membahas masalah tersebut, yaitu dengan membekali mahasiswa PAUD sebagai calon guru pendidikan anak usia dini, untuk menciptakan suatu permainan yang kreatif yaitu dengan mengkolaborasikan antara permainan modern dengan permainan tradisional untuk anak usia dini. Sehingga anak tidak merasa jenuh dalam melakukan suatu aktivitas yang berkaitan dalam pengembangan motoriknya, baik itu motoric kasar maupun motoric halusnya.
           
A. Permainan Tradisional
            Permainan tradisional menurut James Danandjaja (1987) adalah salah satu bentuk yang berupa permainan anak-anak, yang beredar secara lisan diantara anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional dan diwarisi turun temurun serta banyak mempunyai variasi. Sifat atau ciri dari permainan tradisional anak sudah tua usianya, tidak diketahui asal usulnya, siapa penciptanya dan darimana asalnya. Biasanya disebarkan dari mulut ke mulut dan kadang-kadang mengalami perubahan nama atau bentuk meskipun dasarnya sama. Jika dilihat dari akar katanya, permainan tradisional tidak lain adalah kegiatan yang diatur oleh suatu peraturan permainan yang merupakan pewarisan dari generasi terdahulu yang dilakukan anak-anak dengan tujuan mendapat kegembiraan.
Permainan tradisional dimainkan oleh anak-anak jaman dulu. Kebanyakan permainan ini dilakukan dengan cara kelompok. Kehidupan masyarakat dimasa lalu yang bisa dibilang tidak mengenal dunia luar dan lebih mengarahkan dan menuntun mereka pada kegiatan sosoial dan kebersamaan yang tinggi. Pada dasarnya permainan tradisional mempunyai ciri-ciri dari asal daerahnya sesuai dengan tradisi yang ada. Oleh sebab itu, sebenarnya dalam permainan tradisional terdapat unsur-unsur seperti permainan rakyat yang sudah masuk kedalamnya. Selain itu juga permainan tradisional memiliki banyak manfaat dan sangat baik bagi perkembangan dan pertumbuhan anak, baik itu secara fisik ataupun mental. Permainan tradisional juga dapat melatih otak kanan dan otak kiri si anak sehingga antar kecerdasan intelektual dan keceerdasan emosional mampu berjalan dengan seimbang.
B. manfaat permainan tradisional
Permainan tradisional anak-anak dahulu, saya rasa lebih banyak manfaatnya ketimbang permainan modern saat ini, misalnya :
1.      Permainan tradisional membuat anak menjadi lebih sederhana, mau berusaha dalam meraih sesuatu
2.      Permainan tradisional melatih sikap anak menjadi mental yang sportif,  misalnya seorang anak mau mengakui kesalahan saat ia melanggar aturan main
3.      Permainan tradisional lebih menyehatkan, melatih fisik dan ketangkasan. Karena biasanya permainan tradisional yang dilakukan diluar rumah membuat si anak lebih aktif  bergerak dan berkeringat.
4.      Permainan tradisional membuat anak lebih mudah bergaul, karena permainan tradisional lebih seru  dimainkan secara beregu atau berkelompok.
5.      Permainan tradisional membuat anak lebih percaya diri karena setiap anak dan regunya pasti pernah merasakan menjadi pemenang dan bagi yang kalah biasanya akan lebih berusaha di permainan selanjutnya.
6.      Permainan tradisional lebih memicu kreativitas seorang anak. Misalnya seorang anak dapat membuat permainan dari bahan-bahan yang kurang nilai guna seperti kulit jeruk bali yang dibuat menjadi mobil-mobilan, kayu yang dibuat mennjadi tongkat pemukul bola, batu yang dibuat menjadi biji dalam permainan congklak
C. Permainan Modern
Permainan modern ialah permainan yang berasal dari industri atau umumnya menggunakan teknologi dalam pembuatan serta permainannya. Permainan jenis ini menghadirkan bentuk permainan seperti video game, baik itu dalam console maupun komputer. Ada banyak jenis console game yang memberikan kemajuan teknologi, dalam segi tampilan gambar maupun cara memainkan yang beragam, sehingga menarik perhatian kita untuk memainkannya. Pabrikan video game pun senantiasa memanjakan kita dengan kemajuan teknologi yang semakin mengagumkan. Bahkan jenis game online yang sedang trend saat ini telah menjadi favorit hampir di seluruh dunia. Permainan modern ini merupakan gaya baru, dimana permainan ini dimainkan berdasarkan peraturan baru yang tentunya memiliki simulasi yang canggih dan terkini.
D. Dampak Permainan Modern Bagi Anak
   Hal yang paling sederhana ialah anak jadi malas belajar. Dari segi kesehatan apabila kita terlalu lama duduk dan bermain mata dapat lelah atau rusak, tubuh pun akan mengalami gangguan karena kita tidak banyak bergerak. Selain itu terlalu sering bermain video game membuat kita lupa untuk bermain di luar, berbagi keceriaan dengan teman bermain di alam terbuka. Hal ini dapat mengurangi rasa persaudaraan dan toleransi kita sesama teman, padahal banyak manfaat dan pelajaran yang dapat kita ambil dengan bermain bersama teman.
  Permainan modern yang menghadirkan ilusi virtual, ternyata telah membunuh rasa kemanusiaan anak-anak. Kebersamaan, kasih-sayang, jiwa sosial yang mereka temui dalam permainan tradisional, akhirnya dihancurkan oleh permainan industri modern. Anak-anak menjadi egois, introvert dan akhirnya saling curiga.


E. Kolaborasi Permainan Ttradisional Dengan Permainan Modern
Yaitu dengan menggabungkan antara permainan tradisional dengan permainan modern.
1.      Kolaborasi permainan engklek dengan permainan menyusun balok.
Permainan engklek ( dalam bahasa Jawa ) merupakan permainan tradisional lompat – lompatan pada bidang – bidang datar yang digambar diatas tanah, dengan membuat gambar kotak - kotak kemudian melompat dengan satu kaki dari kotak satu kekotak berikutnya. Permainan engklek biasa dimainkan oleh 2 sampai 5 anak perempuan dan dilakukan di halaman. Namun, sebelum kita memulai permainan ini kita harus mengambar kotak-kotak dipelataran semen, aspal atau tanah, menggambar 5 segi empat dempet vertikal kemudian di sebelah kanan dan kiri diberi lagi sebuah segi empat
Permainan ini mempunyai banyak nama atau istilah lain. Ada yang menyebutnya teklek ciplak gunung, demprak dan masih banyak lagi. Istilah yang disebutkan memang beragam, tetapi permainan yang dimainkan tetap sama. Permainan ini dapat ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia, baik di Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi dengan nama yang berbeda – beda tentunya. Terdapat dugaan bahwa nama permainan ini berasal dari '' zondag-maandag '' yang berasal dari Belanda dan menyebar ke nusantara pada jaman kolonial, walaupun dugaan tersebut adalah pendapat sementara.
Cara bermainanya sederhana saja, cukup melompat menggunakan satu kaki disetiap petak - petak yang telah digambarkan sebelumnya di tanah. Untuk dapat bermain setiap anak harus mempunyai kereweng atau gacuk yang biasanya berupa pecahan genting, keramik lantai atau pun batu yang datar. Kreweng/gacuk dilempar kesalah satu petak yang tergambar di tanah, petak yang ada gacuknya tidak boleh diinjak/ditempati oleh setiap pemain, jadi para pemain harus melompat ke petak berikutnya dengan satu kaki mengelilingi petak – petak yang ada. Saat melemparkannya tidak boleh melebihi kotak yang telah disediakan jika melebihi maka dinyatakan gugur dan diganti dengan pemain selanjutnya Pemain yang menyelesaikan satu putaran terlebih dahulu melemparkan gacuk dengan cara membelakangi engkleknya, jika pas pada petak yang dikehendaki maka petak itu akan menjadi “sawah”nya, artinya dipetak tersebut pemain yang bersangkutan dapat menginjak petak tersebut dengan dua kaki, sementara pemain lain tidak boleh menginjak petak itu selama permainan. Peserta yang memiliki “sawah” paling banyak adalah pemenangnya. Pemainan ini sangat seru karena bisanya paling sering kesalahan yang dilakukan adalah saat kita melempar gacuk tapi tidak pas dikotaknya atau meleset dari tempatnya.
Manfaat yang diperoleh dari permainan engklek ini adalah kemampuan fisik anak menjadi kuat karena dalam permainan engklek anak di haruskan untuk melompat – lompat. mengasah kemampuan bersosialisasi dengan orang lain dan mengajarkan kebersamaan, dapat menaati aturan – aturan permainan yang telah disepakati bersama, mengembangkan kecerdasan logika anak. Permainan engklek melatih anak untuk berhitung dan menentukan langkah-langkah yang harus dilewatinya, dan anak menjadi lebih kreatif. Permainan tradisional biasanya dibuat langsung oleh para pemainnya. Mereka menggunakan barang-barang, benda-benda, atau tumbuhan yang ada di sekitar para pemain. Hal itu mendorong mereka untuk lebih kreatif menciptakan alat-alat permainan.
Bermain Balok susun merupakan salah satu alat bermain konstruksi yang bermanfaat untuk anak. Tidak hanya untuk aspek kognitif, motoric, tetapi juga untuk meningkatkan kecerdasan emosi anak. Balok terdiri dari berbagai bentuk, ada yang berbentuk segitiga, segiempat, lingkaran, dengan berbagai warna yang menarik balok dapat di mainkan sendiri oleh anak, maupun berkelompok dengan teman-temannya.


2.      Kolaborasi permainan bakiak, lompat tali, berlari zigzag, dan menyusun puzzle
Permainan Bakiak ceria adalah permainan tradisional penggabungan antara permainan tradisional dan permainan modern. Penggabungan permianan tersebut diantaranya menggabungkan permainan bakiak, lompa tali, lari zig-zag dan menyusun puzzle. Dimana dalam permainan ini dapat mengembangkan berbagai aspek pertumbuhan dan perkembangan anak. Permainan ini dapat dilakukan untuk berbagai usia antara 4 tahun sampai orang dewasa. Dan permainan ini dapat dilakukan dengan kelompok atau individu, setiap kelompok terdiri dari 3 orang atau lebih.
Lompat tali adalah suatu permainan tradisional yang menyerupai tali yang disuusn dari karet gelang, ini merupakan permainan yang terbilang sangat populer sekitar tahun 70-an sampai 80-an, menjadi favorit sat ‘keluar main’ di sekolah dan setelah mandi sore di rumah. Sederhana tapi bermanfaat, bisa dijadikan sarana bermain seklaigus olah raga. Tali yang digunakan terbuat dari jalinan karet gelang yang banyak terdapat di sekitar kita.
Lari zig-zag atau  (lari belak-belok) yaitu lari yang dilakukan dengan zig-zag diantara beberapa titik (jarak titik 1-2 meter). Manfaat lari zig-zag untuk memperkuat otot kaki, meningkatkan kapasitas pernapasan, memberikan keseimbangan dan koordinasi saraf dan otot, meningkatkan kecepatan dan memberikan stabilitas, serta meningkatkan jangkauan gerak dan fleksibilitas kaki dan pinggul.
Kata puzzle berasal dari bahasa Inggris = teka-teki atau bongkar pasang, puzzle adalah media yang dimainkan dengan cara bongkar pasang. Manfaat Permainan Puzzle
Umumnya sisi edukasi permainan puzzle ini berfungsi untuk melatih konsentrasi, ketelitian dan kesabaran, melatih koordinasi mata dan tangan, melatih logika dan  memperkuat daya ingat, mengenalkan anak pada konsep hubungan dengan memilih gambar/bentuk, dapat melatih berfikir matematis (menggunakan otak kiri) serta melatih motorik halus anak dalam menyusun puzzle

3.      Permainan Gobak Sodor dengan permainan kelereng dan sepak bola
Permainan gobag sodor terkenal di wilayah pulau jawa barat. Banyak orang yang mengatakan bahwa permainan ini berasal dari daerah yogyakarta. Nama gobag sodor berasal dari kta gobag dan sodor. Gobag artinya bergerak dengan bebas, sedangkan sodor artinya tombak. Gobak sodor adalah permainan yang menuntut ketangkasan yang menyentuh badan lawan atau menghindar dari kejaran lawan. Garis-garis penjagaan dibuat dengan kapur seperti lapangan bulu tangkis, bedanya tidak ada garis yang rangkap. Gobak sodor sendiri terdiri dari dua tim, satu tim terdiri dari tiga atau lima orang. Kelompok pertama sebagai penyerang, kelompok kedua sebagai penjaga. Permainan kelereng merupakan jenis permainan rakyat yang banyak digemari mulai dari anak-anak sampai orang dewasa.
Kelerang merupakan mainan yang berbentuk bulat kecil. Manfaat permainan kelereng diantaranya adalah melatih emosi, melatih kemampuan berfikir, melatih kemampuan motorik, melatih kesabaran, dan melatih ketelitian dan kecermatan. Permainan sepak bola merupakan permainan yang menggunakan bola yang terbuat dari bahan kulit.permainan sepak bola adalah suatu permaina bola yang dilakukan dengan jalan menyepak dan bertujuan untuk menendang bola ke gawang lawan dan mempertahankan gawang sendiri agar tidak kemasukan bola.

4.      Permainan ular naga dengan boling
Ular naga adalah permainan yang sangat menyenangkan. Instrumen permainan ini sangatlah mudah, hanya dengan mengumpulkan beberapa anak-anak untuk dijadikan sebagai ular naga nya. Permainan ini juga sangat simple, sebelum bermain anak-anak mencari lapangan atau halaman rumah yang sedikit luas untuk tempat arena naga dan anggotanya. Permainan ini berasal dari 6-11 orang yang mana anak-anak akan berbaris sambil berpegangan baju bagian belakang milik teman yang di depannya seperti layaknya membuntut. Dalam permainan ini anak yang paling besar atau yang paling tinggi menjadi induk atau gerbang, berdiri saling berhadapa sambil menyatukan kedua tangan setinggi mungkin, mereka sebagai pintu masuknya naga yang diperankan oleh induk naga beserta anggotanya.
Permainan bowling adalah jenis permainan yang dimainkan dengan menggelindingkan bola menggunakan satu tangan. Bola boling akan digelindingkan ke botol  yang berjumlah 7 buah yang telah disusun menjadi bentuk sejajar. Manfaat Permainan Bola Bowling yaitu membuat otot anak menjadi lentur dan menjadi lebih kuat, dapat memperlancar sirkulasi darah anak dan meningkatkan koordinasi motorik anak.
5.      Permainan Ulat Bulu dengan Permainan Lompat Tali
Permainan ulat Bulu adalah jenis permainan tradisional yang banyak diminati oleh anak dan para remaja.Karena permainan ini tidak membahayakan anak dan permainan ini sangat mudah untuk anak-anak. Permainan Ulat Bulu terdiri dari 5-8 orang anak dan yang 1 menjadi lawan untuk ulat bulu. Oermainan ini mudah dimainkan oleh anak, saling bekerja sama dan terhindar dari lawan.
Permainan Karet atau Lompat Tali adalah permainan yang menyerupai tali yang disusun dari karet gelang, ini merupakan permainan yang terbilang sangat popular sekitar tahun 50-an sampai 80-an. Permainan lompat tali terdiri dari 3-10 orang anak. Manfaatnya adalah dapat mengembangkan motorik kasar, dapat mengelola emosi, Ketelitian, sosialisasi, inteletual, dan dapat mengembangkan aspek moral. Permainan lompat tali/karet sudah bisa dimainkan anak usia TK (sekitar 4-5 tahun) karena motorik kasar mereka telah siap, apalagi bermain lompat tali dapat menjawab keingintahuan mereka akan rasanya melompat.
6.      Permainan Menyusun Balok, Engklek dan Memasukan Bola Ke dalam Keranjang
Permainan Menyusun Balok merupakan salah satu permainan modern yang disediakan dan biasa digunakan di PAUD. Melalui permainan ini anak-anak dapat belajar banyak hal. Misalnya mengenal bentuk, ukuran, konsep ruang, klasifikasi, team work, mengembangkan imajinasi, melatih kesabaran, mengembangkan rasa percaya diri anak, secara sosial anak belajar berbagi. Cara bermainnya anak di instruksikan untuk mengambil potongan-potongan balok, kemudian anak di arahkan untuk menyusun balok tersebut.
Permainan engklek adalah permainan tradisional di Indonesia. Permainan ini sangat baik untuk anak-anak dikarenakan anak akan belajar bersosialisasi dan juga baik untuk kesehatan karena permainan ini cukup banak gerakan sehingga mengurangi peningkatan obesitas pada anak. Cara bermainnya yang pertama kita menggambar beberapa kotak di tanah, kemudian ada 1 kotak yang dibagi dua. Lalu anak-anak melempar gacon/batu ke salah satu kotak, kemudian anak berjalan/meloncat diatas kotak dengan 1 kaki untuk mengambil batu tersebut dengan tidak menyentuh garis atau dengan 2 kaki. Setelah batu terambil dan kembali ke tempat semula maka permainan telah selesai.
Permainan mengambil bola dan membawanya lalu memasukkan bola ke dalam keranjang merupakan permainan tradisonal dan bisa juga disebut permainan modern, melalui permainan ini anak dapat melatih motorik kasar dan halus dan melatih kecepatan gerak. Cara bermainnya anak berlari untuk mengambil bola kemudian anak berlari lagi menuju keranjang dan memasukkannya ke dalam keranjang.

7.      Permainan rangku alu dengan bola basket.
Permainan rangku alu merupakan permiainan tradisional yang menggunakan bamboo sebagai alat permainannya. Rangku alu tidak hanya sekedar permainan biasa,  permainan ini dikenal dengan nama rngku alu yaitu dari Nusa Tenggara Timur dalam masyarakat Mangggarai.   Permainan rangku alu dilakukan untuk merayakan hasil panen  perkebunandan pertanian yang biasanya jatuh pada bulan juni hingga juli tiap tahunnya.
Bola basket adalaholahraga bola berkelompok yang terdiri atas dua  tim beranggotakan masing-masing 5 orang yang saling bertanding mencetak point dengan memasukkan bola kedalam keranjang lawan. Lari zig-zag adalah latihan mengubah arah gerak tubuh dengan arah berkelok-kelok, cara melakukannya dengan lari sekencang mungkin dengan lintasan berkelok.

8.      Permainan Engklek dan Adventure Games
Engkle merupakan permainana tradisional yang sering dimainkan anak-anak yang berumur 5-12 tahun.Permainan ini dapat dimainkan dengan beberapa anak biasanya mencapai 5 anak dengan menunggu giliran masing-masing.Permainan engkle bisa dimainkan pada waktu pagi dan sore hari, tempat bermain engkle biasanya di halaman rumah dan membutuhkan lahan yang luas.
Permainan engkle sangat baik untuk pertumbuhan anak.Anak menjadi sehat karena dalam bermain harus selalu aktif bergerak, juga dapat mengasah kejelian saat melemepar batu dan belajar menjaga keseimbangan saat melompat, dan bisa bersosialiasasi dengan kawan saat bermain juga dapat menumbuhkan rasa kebersamaan dan keceriaan. Manfaat Permainan Engkle yaitu melatih anak untuk berhitung dan menentukan langkah-langkah yang harus dilewatinya, mengembangkan kecerdasan logika anak.
Adventure Game (Permainan Petualangan) dalam game petualangan (Adventure Game) permainan dituntut kemampuan berfikir untuk menganalisa tempat secara visual, memecahkan teka-teki maupun menyimpulkan rangkaian peristiwa dan percakapan karakter, menggunakan benda-benda yang tepat dan diletakan di tempat yang dituju. Dalam permainan ini anak dituntut untuk bisa mengumpulkan item tertentu yang sudah ditentukan sebnyak mungkin. Manfaat Adventure game ini bisa membuat kita untuk lebih tekun dan berkonsentrasi dalam melihat situasi sekitar, dapat membantu perkembangan anak dalam segi motorik kasar yaitu dalam berlari, mengasah kejeliatan anak dalam mencari item-item tersebut.

Metode Penelitian
Pemilihan metode dalam penelitian ini didasarkan atas beberapa pertimbangan, yakni peneliti ingin secara serius memahami dan mendalami masalah yang berkaitan dengan kreativitas guru dan calon guru khususnya di bidang seni dan kreativitas Pendidikan Anak Usia Dini, tentu dengan membandingkan beberapa literature, maka pendekatan kualitatif dan deskriptif dianggap lebih tepat terutama dalam mengungkapkan berbagai kejadian yang bersifat langsung dan terjadi serta perlu penanganan yang lebih serius sebab jika dibiarkan akan memberikan dampak yang cukup signifikan baik bagi peningkatan kompetensi guru itu sendiri, juga bagi peserta didik serta bagi perkembangan lembaga dimasa yang akan datang.

Kesimpulan
Kolaborasi antara permainan tradisional dengan permainan modern merupakan penggabungan antara permainan tradisional seperti permainan engklek yang dikolaborasikan dengan permainan modern Adventure Games, dan permainan yang lainnya. Kolaborasi permainan tersebut merupakan bentuk dari kreativitas mahasiswa yang dipersiapkan sebagai calon guru pendidikan anak usia dini yang berkompeten. Memiliki daya berfikir dan kreativitas yang tinggi,  karena pada dasarnya dunia anak adalah bermain. Oleh karena itu seorang guru dituntut untuk lebih kretif agar tercipta peserta didik yang sehat, ceria, kreatif dan imajinatif.
Maka disinilah peran guru dan orang tua yang harus lebih mengedukasi anak-anak dalam menggunakan gadget yang mereka miliki, pendekatan secara baik dan benar harus dilakukan. Diantaranya adalah dengan menciptakan suatu permainan yang menarik untuk anak usia dini, bukan dengan cara melarangnya bermain tapi lebih kepada pendekatan secara personal dan kreatifitas seorang guru itu lebih penting. Karena seorang anak akan lebih mudah jika ia diberikan pengertian ketimbang harus mengikuti kehendak dan larangan. Bermain bersama anak saat waktu luang dan memperkenalkan permainan tradisional dan mengkolaborasikan dengan permainan modern dapat menjadi alternatif solusi. Agar sang anak merasakan dan tahu kalau permainan tradisional juga tak kalah asyiknya jika dikolaborasikan dengan permainan modern.


Daftar Pustaka
Sahman, S. Hibanna. 2002.  Konsep Dasar Kependidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: PGTKI Press.
Masitoh, dkk. 2005. Pendekatan Belajar Aktif Ditaman Kanak-Kanak. Jakarta: Departeman Pendidikan Nasional.
Zulkifli. 2002. Model Pengembangan Motorik Anak Prasekolah. Jakarta: Ditjen Olahraga Depdiknas.
M. Sajoto. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik  Dalam Olahraga. Jakarta: Gemilang Press.
     Undang undang  Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Undang undang  Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan dosen.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
Admin .November 23, 2012. “Permainan Tradisional vs. Permainan Modern”. http://maricari.com/permainan-modern-vs-permainan-tradisional/ (1/12/2014)
Sarjan, Ali. 2014. “Permainan Tradisional di Tengah Game Modern”.http://budaya.kampung-media.com/2014/03/04/permainan-tradisional-di-tengah-game-modern-1405(10/01/2015)

Rabu, 19 Juni 2019

MAKALAH MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA


MAKALAH
MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
                        Manajemen sarana prasarana memang menjadi bagian yang sangat penting bagi sebuah sekolah. Hal ini dikarenakan manajemen sarana prasarana menjadi hal yang di gunakan untuk mengelola sebuah sarana untuk mendukung kegiatan belajar mengajar yang di lakukan. Sebuah sekolah akan memiliki sarana prasarana yang baik apabila sekolah tersebut memiliki manajemen atau pengelolaan yang baik pula guna untuk mendukung proses belajar mereka.
                        Pada tingkat PAUD banyak hal yang mampu diadakan mengenai sarana prasarana yang di perlukan untuk mendukung proses belajar mengajar mereka. Karena pada tingkat PAUD sarana prsarana menjadi hal yang sangat penting untuk mengembangkan kreatifitas anak didik. Sarna prasarana yang perlu diadakan bagi sebuah jenjang PAUD yaitu mengenai penyediaan sarana bermain serta penyediaan media pembelajaran yang mampu mendukung kegiatan belajar mereka

B.     RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian manajemen sarana dan prasana PAUD?
2. Bagaimana pengelolaan sarana dan prasana PAUD?
3. Bagaimana sarana prasarana pembelajaran di PAUD?
4. Bagaimana manajemen perawatan sarana prasarana PAUD?

C.    TUJUAN
1.      Untuk mengetahui pengertian manajemen sarana dan prasana PAUD
2.      Untuk mengetahui pengelolaan sarana dan prasana PAUD
3.      Untuk mengetahui sarana Prasarana Pembelajaran di PAUD
4.      Untuk mengetahui manajemen perawatan sarana prasarana PAUD.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
                        Sebelum membahas lebih jauh mengenai manajemen sarana prasarana, alangkah baiknya mengetahui pengertian dari manajemen PAUD terlebih dahulu. pengertian manajemen PAUD adalah suatu upaya menegelola, mengatur, dan mengarahkan proses interaksi dan tersistematisasikan untuk mencapai tujuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).[1]
                        Sedangkan pengertian manajemen sarana prasarana PAUD itu sendiri adalah pengelolaan secara efektif terhadap aset lembaga PAUD yang dimiliki. Beberapa bentuk aset sarana dan prasarana tersebut mencakup tanah dan bangunan PAUD, perangkat pembelajaran yang terdiri dari alat-alat permainan edukatif, baik yang indoor dan outdoor.[2]
                        Dalam pasal 45 ayat satu UU No.20 tahun 2003 dinyatakan bahwa ”setiap satuan pendidikan formal maupun nonformal harus menyediakan sarana prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan perkembangan potensi . fisik, kognitif, sosial, emosi, dan kejiwaan anak didik.[3]
                        Sarana pendidikan umumnya mencakup semua fasilitas yang secara langsung dipergunakan dan menunjang dalam proses pendidikan, seperti: gedung, ruangan belajar/kelas, alat-alat/media pendidikan, meja, kursi dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan fasilitas atau prasarana yaitu yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan, seperti: halaman, kebun/taman, jalan menuju ke sekolah. Jadi sarana dan prasarana pendidikan adalah semua benda bergerak dan tidak bergerak yang dibutuhkan untuk menunjang penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung.[4]


B.     Pengelolaan sarana prasarana.
                        Pengelolaan sarana prasarana PAUD mencakup aset-aset yang di miliki oleh lembaga PAUD itu sendiri yaitu:
1.      Lokasi pendirian PAUD
                        Dalam merencanakan pengadaan lahan untuk gedung sekolah perlu mempertimbangkan hal berikut.
a.       Membuat perencanaan tanah, luas, dan lokasi yang sesuai dengan kebutuhan.
b.      Melakukan survei untuk menentukan lokasi tujuan dan perencanaan tata kota.
c.       Melakukan survei intuk melihat kondisi jalan, transportasi, air, dan listrik.
d.      Harga tanah.
                        Pemilihan lahan/tanah untuk bangunan sekolah tergantung kepada jenis sekolah, kebutuhan peserta didik, dan tujuan yang ditentukan secara institusional.[5] Sebelum mendirikan sebuah PAUD, yayasan pendiri harus berkonsultasi kepada tokoh masyarakat mengenai lokasi yang strategis untuk mendirikan lembaga PAUD. Karena tokoh masyarakat jauh lebih mengetahui tentang kawasan tempatnya bermukim daripada pihak lain. Hal ini di maksudkan agar pendiri lembaga PAUD benar-benar berada di pusat kawasam dan area perkampungan sehingga semua anak-anak di kawasan tersebut dapat mengakses lembaga PAUD secara lebih mudah. Tetapi jika pihak yayasan dari PAUD sudah mempunyai lokasi yang disediakan khusus, maka tidak perlu lagi konsultasi lagi dengan tokoh masyarakat melainkan untuk meminta persetujuan atau dukungan, terutama tetangga yang paling dekat dengan lokasi.[6]

2.      Luas Tanah dan Bentuk Bangunan
                        Sangat penting setiap pembangunan atau pendiri PAUD memperhatikan luas tanah dan bentuk gedung guna membuat anak menjadi nyaman dan betah di sekolah.
a.      Luas tanah
                        Pada prinsipnya adalah terdapat rasionalisasi perbandingan antara luas tanah, luas bangunan, dan daya tampung anak didik yang direkrut. Luas tanah berkaitan dengan penyediaan lahan bermain di area terbuka, berserta kelengkapan sarana prasarana, sedangkan luas bangunan berkaitan dengan kapasitas jumlah anak didik yang akan di tampung.
                        Pada teori ilmu pengetahuan (agrarian), perbandingan antara luas tanah dan luas bangunan adalah 1:3/4,. Artinya luas bangunan dalam sebidang tanah maksimal ¾ dari luas tanah. Misalnya, jika luas tanah adalah 200 , maka luas bangunan maksimum adalah 150. Dengan demikian, masih ada sisa tanah yang kosong 50 sebagai area pertamanan.
                        Banyak lembaga penyelenggara pendidikan prasekolah menggunakan ukuran 105 cm² per anak sebagai ukuran luas minimum dalam aturan pemberian izin pendirian sekolah. Ukuran 105 cm² per anak dianggap cukup untuk anak-anak usia 2-3 tahun (usia play group). Sementara itu, bagi anak usia 4-6 tahun dipersyaratkan untuk memiliki tempat aktivitas tambahan. Untuk anak usia 4-6 tahun ukuran 120-180 cm² per anak akan lebih mencukupi. Namun, ada pula pakar yang menganggap cukup ukuran 105 cm² digunakan di TK, selama ruangan tersebut terpisah dari bak cuci tangan, loker, dan lemari kabinet.[7]

b.      Bentuk bangunan
                        Kebanyakan yang sering di lihat bentuk bangunan PAUD itu cenderung hampir sama dengan bentuk bangunan lain, seperti rumah, toko dan sebagainya, cuma yang membedakan adalah warna cet dan gambar-gambar yang terpampang di tembok-tembok saja. Bentuk gedung PAUD sebenarnya tidak harus kotak. Tetapi bisa berupa lingkaran, dan persegi panjang.
                        Bangunan sekolah adalah semua ruangan yang didirikan di atas lahan yang digunakan untuk kepentingan pendidikan. Bangunan sekolah meliputi ruang kegiatan belajar/kelas, kantor, perpustakaan, ruang laboratorium, usaha kesehatan sekolah, kantin, gudang, dan kamar mandi. Sekolah merupakan lembaga tempat untuk mendidik, melatih, dan mengembangkan potensi peserta didik. Oleh karena itu, diperlukan bangunan yang memadai sehingga dapat menumbuhkan dan meningkatkah kreativitas dan produktivitas, serta dapat menumbuhkan rasa bangga dan betah bersekolah.[8]
                        Bangunan sckolah yang ideal adalah dengan memenuhi kriteria berikut.
1)      Memenuhi kcbutuhan dan syarat pedagogis, artinya:
a)      Ukuran dan bentuk setiap ruangan disesuajkan dengan kabutuhan;
b)      Datangnya atau masuknya sinar matahari harus dari sebelah kiri;
c)      Tinggi rendahnya tembok, letak kusen dan jendela disesuaikan dengan kondisi anak;
d)     Penggunaan warna yang cocok.
2)       Aman, artinya material dan kontruksi bangunan benar-benar dapat dipertanggungjawabkan, baik kekuatan/kekokohan bangunan itu sendiri maupun pengaruh dari lingkungannya, seperti pengaruh erosi, angin, getaran, pohon yang berbahaya, dan sebagainya.
3)      Menurut syarat kesehatan, sinar matahari cukup bagi setiap ruangan, memungkinkan adanya pergantian udara yang segar. Ruangan kelas yang tampil menghadap ke arah datangnya cahaya dan udara akan lebih nyaman dan terasa terang dengan cahaya yang masuk ke ruangan tersebut serta udara segar yang membuat anak dapat bernapas lega dan bebas.
4)      Menyenangkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan pendidikan dan tak saling mengganggu.
5)      Dapat memungkinkan untuk memperluas tanpa memakan biaya lagi yang besar.
6)      Fleksibel, artinya melihat kebutuhan hari depannya dan pula dapat dirubah-rubah setiap saat diperlukan.
7)      Memenuhi syarat keindahan.
8)      Ekonomis, artinya: luas setiap ruangan tepat dengan kebutuhan; setiap ruangan dapat dipergunakan untuk berbagai usaha; dari luas tanah yang ada biasanya 50% dipergunakan untuk bangunan bagi kegiatan di dalam dan 50% merupakan halaman dan kebun untuk melakukan kegiatan di luar.[9]

C.    Sarana Prasarana Pembelajaran
                        Sarana Prasarana Pembelajaran kegiatan di bagi menjadi 2 yaitu:
1.      Sarana prasarana perangkat pembelajaran indoor
                        Perangkat sarana perasarana di ruang tertutup di isi berbagai fasilitas permainan indoor seperti balok dengan berbagai aturan, bola, benda yang menyerupai bintang, mobil-mobilan dan sebagainya. Sarana prasarana ini akan merangsang kreativitas anak dengan memberdayakan sarana prasarana yang ada di runag tersebut.
Berikut ini adalah beberapa jenis alat permainan yang perlu di sediakan di dalam ruang atau aula tempat bermain anak diantaranya:
a.       Balok dengan berbagai ukuran
b.      Balok yang terbuat dari gabus atau kain
c.       Benda-benda berbentuk geometri
d.      Papan berwarna-warni dengan beanekaragam bentuk
e.       Berbagai gambar bertema yang lengkap misalnya: gambar dengan tema bintang, bangunan dan sebagainya.[10]
                        Masih banyak lagi alat permainan yang dapat di sediakan di aula atau ruangan tertutup sebagai kawasan bebas bergerak untuk anak-anak. Para pengelola lingkungan belajar dalam ruang (indoor) perlu menata berbagai pusat yang akan digunakan dalam belajar dan kegiatan anak, mereka juga harus berpikir tentang berbagai peralatan yang dibutuhkan oleh setiap pusat belajar. Kemampuan mereka melengkapi peralatan secara memadai akan dapat menciptakan lingkungan belajar yang cukup efektif dalam memfasilitasi perkembangan dan belajar anak. Sebaliknya, ketidakmampuan mereka memenuhinya akan mengakibatkan terjadinya hambatan-hambatan dalam membantu perkembangan dan belajar anak.[11]

2.      Sarana Prasarana Perangkat Pembelajaran Outdoor
                        Selain Sarana Prasarana dalam ruang atau indoor, lembaga PAUD juga harus melengkapi sarana prasarana di ruang terbuka (outdoor atau lapangan). Isinya sama yaitu berbagai fasilitas pembelajran atau permainan. Hanya saja, bentuk dan jenisnya lebih bervariasi sesuai dengan kondisi di luar ruangan yang ada. Jadi, selain memfasilatsi sarana prasarana pada rruang tertutup, juga harus di sediakan sarana prasarana di ruang terbuka atau lapangan.
                        Sekedar contoh, jika di dalam ruang telah terdapat berbagai gambar bertema, maka di alam terbuka anak dapat menyaksikan bahkan bersentuhan secara langsung merupakan wujud nyata berbagai lukisan di ruang terbuka. Sehingga anak-anak bisa melihat langsung, menyentuh secara nyata (jika memungkinkan), mendengar suara aslinya, bahkan mencium aroma berbagai binatang tersebut. Tentu hal ini mampu meningkatkan fungsi panca indra anak secara maksimal.
Daya tarik lapangan atau ruang terbuka bagi anak adalah perlengkapan berbagai edukatif yang sangat bervariatif seperti : menara, bola, bak pasir dan sebagainya. Secara terperinci beberapa alat permainan edukatif yang selanyaknyatersedia di ruang terbuka sebagai berikut:
a.       Kursi jungkit yang menyerupai kuda-kudaan
b.      Ban mobil bekas yang sudah di cat untuk di gelindingkan
c.       Ayunan kursi dan ayunan gantung
d.      Bola dunia untuk bermain memanjat
e.       Anyaman tali besar
f.       Terowongan buatan atau gorong-gorong dan sebagainya.
                        Satu hal tidak boleh di abaikan dalam sarana prasarana pembelajaran, baik di ruang tertup maupun di ruang terbuka adalah bahwa sistem layanan pembelajaran harus mengkomodasikan kemampuan minat, kebutuhan anak. Sebab, hal ini akan menimbulkan rasa aman dan nyaman dalam setiap aktivitas pembelajaran.[12]

D.    Manajemen Perawatan Sarana Prasarana PAUD
                        Pemeliharaan adalah kegiatan merawat, memelihara dan menyimpan barang-barang sesuai dengan jenis barangnya masing-masing sehingga tetap awet dan tahan lama, Pemeliharaan manajemen sarana prasarana di TK yang terlibat adalah semua warga sekolah, dari kepala TK sampai ke staf-staf lain. Pemeliharaan ini dilakukan, seperti merawat dan menjaga barang-barang milik sekolah supaya tetap awet dan penggunaannya bisa lebih lama. Pemeliharaan dilakukan setiap hari melakukan pemeliharaan semua warga sekolah terlibat dalam pemeliharaan barang bergerak maupun barang yang tidak bergerak, namun dalam setiap pemeliharaan ini ada orang-orang yang dikhususkan untuk melakukan pemeliharaan.[13]
                        Bagian ini membahas manajemen perawatan sarana prasarana, khususnya berbagai permainan edukatif, baik indoor maupun outdoor. Karena manajemen ini dianggap lebih penting dari pada manajemen yang lain, seperti gedung, mengingat sirkulasi penggunaan relative miskin. Di samping itu manajemen perawatan sarana prasarana, khususnya permainan edukatif baik indoor maupun outdoor sangat berkaitan awet tidaknya sebuah alat permainan edukatif. Bahkan merawat jauh lebih penting daripada membuat. Pengelolaan alat permainan edukatif yang baik akan membuat anak senang bermain dan betah menyesuaikan berbagai permainan. Oleh karena itu menata atau mengatur alat permainan sedemikian rupa sehingga menarik simpati anak sangat di perlukan.
                        Beberapa aspek penting dalam pengelolaan alat permainan edukatif adalah perencanaan, pengadaan, perawatan atau pengawetan dan evaluasi sekaligus penghapusan.[14]
1.      Perencanaan
                        Perencanaan adalah kegiatan yang di rancangkan dan akan segera di laksasanakan. Dalam konteks manajemen edukatif, supaya menghasilkan perencanaan yang baik, perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a.       Mempertimbangkan jumlah dan usia anak didik
b.      Sistem pembiasaan
            Sistem pembiasaan perlu di pertimbangankan dalam pembuatan perencanaan. Sistem pembiasaan yang di maksud adalah pembiasaan anak bermain setiap hari. Kebiasaan ini menuntut jenis yang awet dan tahan lama, sehingga walaupun di pakai setiap hari tetap dalam keadaan baik. Oleh karena itu, ketika mengadakan (membeli) alat permainan edukatif, jangan hanya mempertimbangkan dana atau uang semata. Tetapi, kualitas alat permainan harus di utamakan.
c.       Keuangan
            Dengan mempertimbangakan faktor keuangan sekolah, hasil perencanaan dapat lebih matang. Sehingga, walaupun alat permainannya sedikit (dengan pola giliran secara atau berurutan dengan baik) bisa mencakupi kebutuhan bermain anak sesuai deanga tingkat perkembangan mereka.

2.      Pengadaan
                        Aspek pengelolaan alat permaiana edukatif yang kedua adalah pengadaan. Pengadaan adalah proses memperoleh barang yang akan dibutuhkan untuk perlengkapan sekolah, pengadaan ini juga harus direncanakan sebelumnya. Dalam perencanaan juga harus ada keputusan bahwa barang apa saja yang akan dibeli atau dibutuhkan dari luar atau yayasan.

3.      Penggunaan
                        Sifat teknis dalam penggunaan alat permainan edukatif adalah keteraturan atau prosedur bermain yang sesuai dengan petunjuk teknis penggunaan dengan mempertimbangkan faktor keamanan.
                        Pertama, keteraturan atau prosedur langkah kerja dalam bermain. Alat-alat permainan edukatif yang juga mempunyai aturan bermain yang tertib dan menyenangkan. Kedua, faktor keamanan adalah aspek terpenting dari bermain terlebih lagi jika anak-anak bermain di alam terbuka atau alam bebas. Faktor keamanan tidak boleh di tawar-tawar. Identifikasi faktor keamanan ini dapat di lakukan dengan mendeteksi apakah bahan alat permainan edukatif berisi tajam, berserat kasar atau di cat dengan sembarang atau tidak? Jika anak-anak bermain di alam bebasidentifikasi apakah lokasi tersebut terdapat bintang melata yang berbisa, tanaman liar berdaun tajam dan lainnya.

4.      Perawat
                        Setelah alat permainan edukatif di gunakan dengan tertib dan teratur, maka alat-alat permainan tersebut harus di simpan dan dirawat sedemikian rupa, sehingga alat permainan edukatif awet (tahan / tidak cepat rusak) dan tetap aman di gunakan. Jadi jagan biarkan alat permainan edukatif berserakan dan sembarangan di simpan sembarngan setelah digunakan.
5.      Evaluasi
                        Dengan kegiatan evaluasi tingkat perkembangan anak yang telah mecapai melalui kegiatan bermain dapat di ketahui. Secara otomatis, efektivitas alat permainan edukatif dalam mencerdaskan anak dapat di tinjau ulang. Mana alat yang mengandung nilai edukatif tinggi, dan mana alat permainan yang kurang efektif bagi perkembangan anak-anak. Jika dalam proses evaluasi ini di temukan bebrapa jenis permainan yang kurang bermanfaat dalam perkmbangan potensi anak, sebaiknya alat permainan tersebut di ganti dengan alat permainan edukatif yang lain.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang dapat di lakukan untuk evaluasi semua alat permainan edukatif :
  1. Buatlah daftar semua alat permainan edukatif yang ada, dengan kriteria rusak ringan (Rr), rusak sedang (Rs), rusak berat (Rb)
  2. Masukkan semua jenis alat permainan edukatif yang ada, kedalam kolom “jenis alat edukatif”
  3. Identifikasi semua alat permainan edukatif dalam setiap satu pekan sekali
  4. Hasil identifikasi adalah pemberian tanda conteng (√) pada setiap jenis alat permainan edukatif
  5. Tindakan lanjut dari hasil evaluasi tersebut adalah, segera dicat ulang untuk alat permainan yang rusak ringan (Rr), segera di perbaiki untuk alat permainan yang rusak sedang (Rs),segera di ganti untuk alat permainan yang rusak berat (Rb).

6.      Penghapusan
                        Penghapusan adalah sesuatu kegiatan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) dalam melakukan penghapusan administrasi sarana dan prasarana dengan melakukan penghapusan atau menhilangkan sarana prasarana di dalam buku investaris yang dilakukan melalui rapat lembaga dan menentukan hasil apakah sarana prasarana tertentu akan di hapus dimana penghapusan tersebut terjadi karena beberapa hal misalnya karena barang tersebut hilang, karena barang tersebut di curi atau karena biaya perbaikan dari barang tersebut lebih tinggi dari biaya pembelian sehingga dilakukan penghapusan deangan mencatumkan tanggal penghapusan misalnya barang ini di hapus pada tanggal sekian, bulan sekian dan tahun sekian.


BAB III
PENUTUP


KESIMPULAN
                        pengertian manajemen sarana prasarana PAUD itu sendiri adalah pengelolaan secara efektif terhadap aset lembaga PAUD yang dimiliki. Pengelolaan sarana prasarana PAUD mencakup aset-aset yang di miliki oleh lembaga PAUD itu sendiri yaitu: Lokasi pendirian PAUD dan Luas Tanah dan Bentuk Bangunan Sarana prasarana pembelajaran dibagi menjadi 2 yaitu : sarana prasarana perangkat indoor dan outdoor. Beberapa aspek penting dalam pengelolaan alat permainan edukatif adalah perencanaan, pengadaan, perawatan atau pengawetan dan evaluasi sekaligus penghapusan.


DAFTAR PUSTAKA

El-Khuluqo, Ihsana. 2015. Manajemen PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini): Pendidikan                           Taman Kehidupan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rodah, Pelagia. Dkk. Jurnal Manajemen Sarana Prasarana Pendidikan Anak Usia Dinidi                                     Taman Kanak-kanak.
Sopiatin, Popi. 2010. Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa. Bogor: Ghalia Indonesia.
Suryadi. 2011. Manajemen paud. Jakarta: Pustaka Pelajar.   


                                [1] Suryadi, Manajemen paud, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 67.
                                [2] Ibid, hlm. 176.
                                [3] Ihsana El-Khuluqo, Manajemen PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini): Pendidikan Taman Kehidupan Anak, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hlm. 38.
                                [4] Ibid, hlm. 9.
                                [5] Popi Sopiatin, Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 73-74.
                                [6] Op. Cit, Suryadi, hlm. 176-182.
                                [7] Rita Mariyana, dkk, Pengelolaan Lingkungan Belajar, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm. 45.
                                [8] Op. Cit, Popi Sopiatin, hlm. 75.
                                [9] Mamusung dalam Popi Sopiatin, Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 76.
                                [10] Op. Cit, Suryadi, hlm. 183.
                                [11] Op. Cit, Rita Mariyana, hlm. 35.
                                [12] Op. Cit, Suryadi, hlm. 194.
                                [13] Pelagia Rodah, dkk, Jurnal Manajemen Sarana Prasarana Pendidikan Anak Usia Dinidi Taman Kanak-kanak, hlm.4.
                                [14] Op.Cit, Suryadi, hlm. 196.